Tittle : Still
Author : Kim Joungwook
Pairing : ChangHo/HoMin seme!Changmin
Length : 1
Genre : Romance
Summary : ["kau dimana, bodoh? Tidakkah kau merindukanku?", Jung Yunho] ["kuharap kau tahu, aku selalu mengingatmu. Dimanapun aku berada.", Shim Changmin] ChangHo/HoMin. Uke!Yunho
Warning : YAOI! Boyxboy! Tak suka dengan pairing-nya jangan dibaca! XP. Yunho-sentris. Jadi nanti isi FF ini dari sudut pandang Yunho, walaupun nanti tetap Author POV. Jadi semua full of Yunho's life.
.
.
.
Part 1
.
Pagi yang tak terlalu bersahabat di minggu terakhir sekolah. Matahari tampak malu-malu mengeluarkan sinarnya, awan putih cukup tebal menutupi sang sinar mentari menuju bumi. Suhu udara menjadi turun secara teratur, membuat keadaan pagi ini sedikit suram dengan kabut putih yang tak terlalu tebal. Belum memasuki libur musim dingin yang merangkap libur akhir tahun, tetapi udara yang tidak bersahabat membuat banyak orang lebih memilih bergelung dibalik selimut daripada menghadiri jadwal kuliah yang ada.
Termasuk namja itu.
"Yunho bangun!" sebuah teriakan terdengar menggelegar di sebuah apartement di Seoul. Tersangka yang berteriak berjalan cepat menuju sebuah kamar yang masih tertutup rapat, belum menandakan adanya kehidupan.
"irrona! Kau ada kuliah pagi ini!" lagi-lagi namja itu berteriak. Tanpa mengetuk pintu, ia menerobos masuk kamar tersebut. Sang pemilik kamar hanya menggeliat kecil dan kembali menggelung dirinya dibalik selimut. Yoochun -namja yang tadi berteriak- mengguncang kasar tubuh sang pemilik kamar. Membuat namja yang masih tidur itu menggeliat tak nyaman.
"Palli! Kau bisa terlambat, Yunho!" teriak Yoochun yang kesekian kalinya. Yunho membuka kasar selimutnya dan menatap tak suka ke arah Yoochun dengan mata setengah sadarnya.
"kau menggangguku, Chun!" suara Yunho sedikit serak, khas orang bangun tidur. Yoochun menghela nafasnya, ia silangkan tangannya di depan dada dan memandang malas ke arah Yunho.
"kau ada kelas jam 8 dan sekarang kau belum bangun. Lihat dulu sekarang sudah jam berapa?!" ucap Yoochun kesal. Yunho mengerjapkan matanya berkali-kali dan mendudukkan dirinya. Ia mengusap kasar wajah lelahnya dan menengok ke atas, lebih tepatnya ke dinding tempat jamnya berada.
"baru jam 7, Chun. Masih ada waktu satu jam." ucap Yunho. Yoochun menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang sahabat.
"kau masih harus bersiap, mandi, sarapan, dan melakukan perjalanan dari sini menuju kampus. Kau pikir waktu satu jam cukup?!" balas Yoochun masih kesal. Yunho menghela nafasnya.
"lebih baik kau berangkat lebih dulu." ucap Yunho akhirnya. Yoochun mendengus kasar.
"kau pikir aku kesini untuk apa? Aku kesini untuk menyeretmu agar tidak membolos kelas lagi." ucap Yoochun tak terima. Yunho menyengir polos.
"aku akan berangkat hari ini. Tenang saja. Jika aku mengingkari ucapanku, kau boleh mengobrak-abrik apartement ini." balas Yunho sembari menunjukkan tanda peace dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. Yoochun menghela nafasnya melihat Yunho yang masih menyengir tak berdosa itu.
"baiklah. Aku pegang janjimu!" ucap Yoochun sembari berjalan keluar dari kamar, ia menyetujui usul Yunho. Yunho langsung tersenyum lebar. Yoochun berhenti saat mencapai pintu kamar, ia berbalik dan menatap tajam ke arah namja itu.
"makan sarapanmu! Kau terlihat sedikit kurus." pesan Yoochun sebelum benar-benar keluar dari kamar Yunho. sang pemilik kamar hanya meringis kecil sebagai balasan kalimat Yoochun.
.
.
.
Yunho berjalan tenang sepanjang koridor kampus-nya. Tangan kanan masuk ke dalam mantel hitamnya, sedangkan tangan kirinya membawa sebuah buku yang cukup tebal. Ia sedang berjalan menuju perpustakaan, tempat yang akhir-akhir ini selalu ia datangi. Tentu saja bukan untuk belajar! Ia bukan seseorang yang suka diam dibalik buku. Ia kesana karena mengerjakan tugas dari dosen karena ia terlmbat masuk kelas tadi pagi. Yang sudah entah kesekian kalinya ia terlambat.
"terlambat lagi, Yunho-ssi?" tanya sang penjaga perpustakaan begitu Yunho melangkahkan kakinya masuk kedalam perpustakaan. Yunho tertawa dan menunjukkan ibu jarinya sebagai jawaban. Tanpa mengucapkan sepatah katapun ia melewati sang penjaga itu dan duduk di sebuah meja yang terletak sedikit pojok, tertutup sebuah rak tinggi. Dan Yunho sebenarnya selalu menghindari masuk ke dalam ruangan penuh buku ini, tetapi setiap tugas yang diberikan padanya mengharuskan ia ke perpustakaan.
"aku selalu benci bernostalgia." gumam Yunho tak suka. Dengan cepat ia mengambil buku yang ia perlukan dan meletakkan di atas meja. Ia mengambil beberapa buku lagi lalu segera pergi dari perpustakaan. Ia muak dengan tempat itu.
"hah~"
Yunho langsung melempar buku-buku yang tadi ia pinjam dari perpustakaan ke atas rumput begitu saja. Diikuti tubuhnya yang ikut ia rebahkan. Tempat paling nyaman di universitas ini. Taman belakang. Tempat favoritnya mengerjakan tugas. Dan dapat dipastikan, berjam-jam setelah ini akan dihabiskan Yunho mengerjakan tugas dari sang dosen. Dia memang bukan seorang yang disiplin, tapi ia termasuk mahasiswa yang mengerjakan tugas yang telah diberikan dosennya.
.
"Yun!" sebuah teriakan melengking menyapa gendang telinga Yunho. ia yang tengah duduk nyaman di atas rumput belakang gedung universitas langsung menoleh, memandang ke arah namja jangkung yang tadi meneriakkan namanya.
"aku mencarimu, bodoh!" ucap Changmin -namja jangkung tadi- sembari melingkarkan kedua tangannya di leher Yunho, membuat namja itu sedikit tersentak.
"kau tahu sendiri aku punya ponsel. Kenapa tidak kau telpon aku?" tanya Yunho bingung. Changmin kini mengerucutkan bibirnya tak terima.
"jika punya ponsel disimpan yang baik, chagi~ lihat! Ini punya siapa?" balas Changmin sembari memperlihatkan sebuah ponsel putih di tangan kanannya. Yunho terkejut. Itu ponsel miliknya.
Dengan tergesa namja itu mengambil tasnya dan mengobrak-abrik isi tas itu. Dan nihil! Ia tak menemukan ponsel kesayangannya.
"hah~" Yunho menghela nafasnya dan memandang Changmin sembari menyengir kecil.
"mian. aku tak tahu bagaimana bisa ponselku tidak ada di dalam tas." jawab Yunho. Changmin tersenyum maklum dan pindah duduk disamping Yunho.
"kau meninggalkannya di atas kamarku kemarin. Salah siapa pulang tergesa-gesa." jelas Changmin mengenai tragedi ponsel Yunho yang kini ada ditangannya. Yunho tersenyum.
"ah, ya. Habis kemarin tiba-tiba adikmu datang dan membuka pintu kamarmu tiba-tiba. Aku kan kaget! Apalagi adikmu itu memergoki kita sedang berciuman." ucap Yunho sembari mem-pout-kan bibirnya kesal. Changmin terkekeh.
"tapikan kau tak perlu malu dan langsung kabur begitu kan, Yun~" balas Changmin. Ia memeluk pinggang Yunho dari samping dan menyandarkan kepalanya di bahu namja itu. Yunho hanya diam dan sedikit menundukkan wajahnya, menyembunyikan rona merah yang tanpa ia suruh hadir di kedua pipinya.
"kau ada acara malam ini?" tanya Changmin. Yunho langsung menggeleng.
"eobseo. Wae? Mau main ke apartementku?" tanya Yunho. Changmin mengangguk.
"ne. aku sudah sangat merindukanmu." bisik Changmin tepat di telinga kanan Yunho, membuat namja berkulit tan itu bergidik.
"dasar pervert!" balas Yunho. Changmin tertawa dan mengangkat kepalanya dari bahu Yunho, meski tangannya masih setia melingkari pinggang namja itu.
"memang apa yang akan kulakukan? Kau yang berpikiran 'iya-iya'" ucap Changmin ditengah tawanya. Yunho menekuk wajahnya.
"memang kau pikir apa yang akan kau lakukan padaku saat tengah berdua di apartement malam-malam? Kau pikir aku tak tahu apa yang ada di otakmu?!" balas Yunho tak terima. Changmin menghentikan tawanya dan menatap tajam ke arah Yunho, membuat namja yang menyandang status sebagai kekasihnya itu menelan ludahnya gugup.
"W-wae?" tanya Yunho bingung. Ia sedikit merinding dengan tatapann Changmin dan keadaan yang tiba-tiba hening.
"kau benar. Malam ini aku akan benar-benar menerkammu." ucap Changmin pelan. Dan tiba-tiba ia mendorong tubuh Yunho hingga telentang di atas rumput dengan dirinya di atas tubuh Yunho.
"dan aku akan memberimu pemanasan dulu." bisik Changmin sebelum membungkam bibir Yunho dengan bibirnya, menelan setiap kata yang akan dilontarkan oleh Yunho.
"ngh.,." desahan rendah Yunho terdengar saat bibir Changmin dengan lihai menyesap bibir hati miliknya. Dan ciuman itu menjadi sedikit panas dan liar saat mengikut sertakan lidah keduanya.
"Chang-ahh, Min!" Yunho mendorong tubuh Changmin yang berada diatasnya, membuat tubuh jangkung itu telentang disampingnya. Keduanya terengah, tetapi Changmin lebih cepat menetralkan nafasnya dan kini tidur menyamping, memandang wajah memerah milik Yunho yang masih berusaha mengembalikan pasokan udaranya.
"sudah selesai netralisasinya?" tanya Changmin begitu melihat Yunho memejamkan matanya nyaman. Yunho menoleh dan menatap Changmin dengan alis yang betaut.
"kau selalu berusaha membunuhku saat kita berciuman." ucap Yunho. Changmin tertawa dan mendekatkan tubuhnya pada Yunho, memeluk tubuh namja yang lebih pendek beberapa centi darinya itu.
"setidaknya kau tak mati." bisik Changmin. Ia melingkarkan tangannya di sekeliling kepala Yunho yang kini berada di dadanya.
"Yah! aku tidak akan mati semudah itu, bodoh!"
.
Yunho langsung membuka matanya yang beberapa saat lalu terpejam. Bayangan masa lalunya berputar kembali. Dan demi apapun, ia tak suka bernostalgia!
"menunggumu bodoh!" gumam Yunho lirih.
.
.
.
Yunho melangkah cepat meninggalkan pekarangan universitas. Tangannya mengeratkan mantel yang ia pakai. Udara mendekati malam semakin dingin, apalagi kini Ia tak memakai pakaian terlalu tebal.
"dasar Yoochun sialan!" desis Yunho selama perjalanan. Pasalnya sahabatnya itu justru meninggalkannya di kantin dan langsung pergi dengan pacarnya.
"tahu akan sedingin ini lebih baik aku tadi membawa mobil." gumam Yunho menyesal. Tadi ia memilih menggunakan bus umum daripada mobil pribadi. Ia tak terlalu suka menyetir.
"dan sekarang aku butuh kopi hangat." ucap Yunho. ia mempercepat langkahnya dan memasuki sebuah café minimalis tak jauh dari universitasnya.
"selamat datang. Silahkan, maupesan apa?" tanya seorang pelayan. Yunho duduk di sebuah kursi dan menyebutkan pesanannya.
"cappucino satu." jawab Yunho singkat. Pelayan itu menulis pesanan yang barusaja disebutkan Yunho.
"ada lagi?" tanya pelayan itu lagi. Yunho hanya menggeleng sebagai jawaban. Pelayan itu menundukkan tubuhnya dan segera undur diri.
"hah~" Yunho menghela nafas, memandang tak tertarik pada pemandangan dibalik jendela yang berada disampingnya. Tangan kirinya terangkat dan menyentuh pelan jendela itu, telunjuknya menggambar abstrak di permukaan kaca jendela, mencoba mengusir kebosanannya. Ia tak akan mau bermain dengan ponselnya, itu akan membuatnya kembali bernostalgia.
"argh~ kenapa segala hal mengingatkanku padamu?!" ucap Yunho frustasi. Ia menerima cappucino miliknya dan menyesapnya perlahan. Cairan hangat itu cukup mampu menghilangkan sedikit dingin yang menerpanya.
"kau dimana, bodoh? Tidakkah kau merindukanku?" gumam Yunho pelan. Ia memandang nanar ke arah luar jendela. Pemandangan senja kota Seoul.
"indah." ucap Yunho tanpa sadar. Ia meletakkan cangkir cappucinonya dan mengeluarkan ponsel putih dari saku mantelnya. Ia mengotak-atik ponsel itu sejenak dan mengarahkan kamera ke cangkir cappucino miliknya. Ia memotret cappucino itu. Lalu ia mangarahkan lensa kameranya ke luar jendela dan mengambil gambar yang sama.
"yah~ setidaknya aku memiliki bukti untuknya jika selama ini aku sendiri."
.
.
.
"Yoochun~" sebuah teriakan melengking membuat Yoochun mau tak mau menutup telinganya. Tak ingin mengalami penulian dini.
"ada apa?" tanya Yoochun ketus, ia masih kesal karena namja itu berteriak di dekatnya. Junsu -namja itu- menyengir, sedikit merasa bersalah.
"apa kau melihat Yunho hyung?" tanya Junsu begitu mendudukkan dirinya disamping Yoochun. Yoochun yang tengah mengotak-atik laptopnya menoleh, memandang Junsu dengan salah satu alisnya terangkat.
"kenapa kau mencarinya?" tanya Yoochun balik. Junsu mengerucutkan bibirnya.
"aku mencarinya karena aku ingin mengambil makalah milikku yang dipinjamnya. Besok harus dikumpulkan." jawab Junsu sembari memutar kepalanya ke sekeliling apartement milik Yunho ini. Yoochun menutup laptopnya dan memutar duduknya hingga kini berhadapan dengan Junsu.
"Mungkin di café dekat kampus." jawab Yoochun. Junsu menatap bingung pada Yoochun.
"kau tahu apa yang sedang terjadi pada Yunho hyung?" tanya Junsu, sedikit melenceng dari pembicaraan awal. Yoochun tersenyum kecil.
"memang apa yang terjadi padanya?" Yoochun justru balik bertanya.
"eum, akhir-akhir ini Yunho hyung jarang terlihat di kampus. Hyung juga jadi sering ke café dekat kampus itu, dan juga Yunho hyung sedikit terlihat diam, dan…. Kurus?!" jawab Junsu tak yakin. Yoochun menghela nafasnya, ia menyandarkan tubuh lelahnya di sofa.
"kau mengenal baik Yunho" ucap Yoochun. Junsu mengerutkan keningnya bingung.
"tentu saja. Aku sepupunya." jawab Junsu. Yoochun terkekeh menyadari kebodohannya.
"ya. Aku juga menyadari semua itu. Keanehan yang terjadi pada Yunho akhir-akhir ini. Dan kurasa, aku tahu penyebabnya." ucap Yoochun. Junsu membelalakkan matanya.
"kenapa? Apa penyebabnya?" tanya Junsu tak sabar. Ia sudah cukup dibuat bingung oleh tingkah kakak sepupunya akhir-akhir ini.
"kau kenal Shim Changmin?" tanya Yoochun. Junsu memiringkan kepalanya menatap Yoochun.
"tentu saja aku mengenalnya. Dia temanku di kelas kalkulus." jawab Junsu.
"lalu apa hubungannya dengan Yunho hyung?" tanya Junsu lagi. Yoochun tersenyum kecil, ia menoleh dan mendapati wajah penasaran Junsu.
"dia kekasih Yunho hyung." dan Junsu membelalakkan matanya mendengar kalimat Yoochun. Ia membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu, tapi ia tutup kembali saat bibirnya tak mengeluarkan suara apapun. Yoochun terkekeh melihat ekspresi lucu milik Junsu.
"kau pasti sulit untuk percaya. Tapi itu kenyataannya." tambah Yoochun. Junsu menghela nafasnya dan ikut menyandarkan tubuhnya di sofa. Kenyataan itu membuatnya sedikit shock.
"lalu, kau menerima kenyataan itu? Sejak kapan Yunho hyung dan Changmin berpacaran?" tanya Junsu. Yoochun terdiam, ia sedikit menerawang saat pertama kali Yunho mengenalkan Changmin sebagai kekasihnya.
"Ya. Aku menentangnya dulu. 3 tahun yang lalu."
.
"kau gila!" teriak Yoochun begitu mendengar serentetan kalimat dari Yunho. Yunho menghela nafasnya dan menjatuhkan tubuhnya di sofa depan TV.
"aku tak gila! Berhenti mengataiku gila, Chun!" Yunho balas berteriak. Ia sudah lelah mendengar kata 'gila' yang sedari terlontar dari mulut Yoochun.
"bagaimana tidak gila! Jika kau mengencani seorang namja. NAMJA!" Yoochun kembali berteriak. Ia ikut mendudukkan dirinya di samping Yunho. Yunho tersenyum kecil.
"ya. Aku juga tak percaya awalnya." ucap Yunho. Yoochun membelalakkan matanya.
"jadi, bukan kau yang mengejar hobae kita itu?" tanya Yoochun. Yunho menoleh dan memandang tak suka ke arah Yoochun.
"kau pikir aku yang menggodanya? Tidak mungkin! Aku normal awalnya. Kau tahu itu." jawab Yunho. Yoochun mendengus kasar.
"ya. Itu dulu! lalu, bagaimana bisa dia membuatmu jatuh cinta?" tanya Yoochun lagi. Yunho tertawa, mencoba mengingat bagaimana bisa ia jatuh cinta pada hobaenya.
"ya. Dia selalu mendatangiku. Dia bukan seorang culun seperti yang kubayangkan. Kau tahukan dia termasuk mahasiswa jenius di universitas kita?" tanya Yunho. Yoochun mengangguk dan menyuruh Yunho kembali melanjutkan kalimatnya.
"dia selalu datang saat aku bermain basket dilapangan. Bahkan aku pertama kali bertemu dengannya di lapangan itu. Saat aku tak sengaja melempar bola basket pada Junsu, yang ternyata ada dia disampingnya. Dan sejak itu dia selalu mengikutiku kemanapun aku pergi." jelas Yunho. Yoochun mengerutkan keningnya.
"lalu, bagian mana yang membuatmu bisa jatuh cinta padanya?" tanya Yoochun lagi. Yunho tertawa lagi.
"dia keren. Maksudku dia sangat tampan dan cool dengan otak cerdas dan juga penampilannya. Secara visual, dia menarik." jawab Yunho. Yoochun memandang tak percaya pada Yunho.
"jadi kau jatuh cinta hanya karena wajah dan penampilannya saja? Kau merubah orientasi seksualmu hanya karena itu?" tanya Yoochun. Masih belum percaya pada pendirian sahabatnya itu.
"bukan. Bukan karena itu yang membuatku jatuh cinta dan mau menjadi uke-nya." Yoochun tertawa mendengar kalimat terakhir Yunho. membuat Yunho menekuk wajahnya kesal.
"Kau uke, Yun? Aku tak percaya ini! Kau benar-benar gila!" ucap Yoochun. Yunho mendengus kasar.
"Yayayaya! Terserahlah! Mau kulanjut tidak ceritanya?" tanya Yunho dengan wajah kesalnya. Yoochun mengangguk di tengah tawanya.
"lanjutkan!" ucap namja itu begitu tawanya terhenti. Yunho tersenyum.
"dia sangat gentle. Dia selalu menelponku dan menggangguku di setiap kegiatan yang kulakukan. Bahkan dia sampai datang ke apartementku untuk menyeretku ke kampus." Yoochun hanya diam mendengarkan.
"kau tahukan bahwa akhir-akhir ini aku tak pernah terlambat masuk kelas pagi? Itu karenanya. Dia yang selalu menelponku dan menjemputku di apartement." tambah Yunho. Yoochun mengangguk setuju.
"aku juga sempat heran melihat kehadiranmu di pagi hari. Aku saja sudah angkat tangan untuk membangunkanmu." ucap Yoochun. Yunho tersenyum maklum.
"dan kurasa, aku jatuh cinta padanya karena setiap perhatian yang ia berikan padaku. Meski hanya perhatian kecil. Ia juga selalu mengingatkanku untuk makan. Entah darimana dia tahu jika aku memiliki masalah dengan lambungku." ucap Yunho lagi. Yoochun mendesah frustasi.
"baiklah, baiklah! Aku takbisa melarangmu untuk berpacaran dengan bocah itu. Lagipula itu juga hidupmu." ucap Yoochun akhirnya. Yunho tertawa dan langsung memeluk sahabatnya itu.
"Gomawo, Chun. Jeongmal gomawo~" ucap Yunho. Yoochun langsung melepas kasar pelukan Yunho.
"jangan bermesraan di depanku!" ancam Yoochun. Yunho mengerucutkan bibirnya di depan Yoochun.
"dia bukan seorang yang romantis ataupun mesra." ucap Yunho masih dengan kerucutan dibibirnya. Yoochun tertawa.
"ternyata kau lumayan imut jika sedang berpose seperti itu." ucap Yoochun. Yunho langsung membelalakkan matanya.
"Ya! Aku tidak imut! Aku namja, sialan!" teriak Yunho tak terima. Yoochun masih tertawa.
"oh, ya ngomong-ngomong, apa marga bocah itu?" tanya Yoochun. Yunho tersenyum
"Shim. Shim Changmin."
.
"ya. Tapi mau bagaimana lagi. itu haknya." ucap Yoochun begitu kembali dari masa lalu. Junsu tersenyum.
"yah~ memang haknya. Dan kurasa mereka berhasil menyembunyikan hal itu cukup lama." ucap Junsu. Yoochun mengangguk.
"ya. Hanya aku dan kedua adik Changmin. Lagipula Yunho tidak memiliki orang tua lagi." Yoochun terdiam begitu selesai mengucapkan kalimatnya. Junsu yang mendengar ucapan Yoochun memandang Yoochun horror.
"kedua orang tua Changmin tak tahu?" tanya Junsu. Yoochun menggeleng.
"tidak. Mereka tidak tahu." jawab Yoochun. Junsu mendesah frustasi.
"gila! Mereka berdua memang Gila!" gumam Junsu. Yoochun hanya tersenyum maklum. Dulu ia sudah pernah memberikan reaksi yang sama.
"lalu, apa hubungannya Changmin dengan tingkah Yunho hyung akhir-akhir ini?" tanya Junsu lagi. Yoochun menghela nafsanya.
"sudah tiga bulan Changmin menghilang. Ponselnya tidak dapat dihubungi." jawab Yoochun. Junsu membulatkan mulutnya.
"C-Changmin menghilang? Pantas aku tidak melihatnya akhir-akhir ini." ucap Junsu. Ia mengerutkan keningnya lagi.
" Yunho hyung tidak datang kerumahnya? Atau menghubungi adik Changmin?" tanya Junsu. Yoochun menggeleng.
"rumahnya kosong. Dan kedua adik Changmin tak bisa dihubungi. Yunho sudah mendatangi segala tempat yang memungkinkan didatangi oleh Changmin. Tetapi nihil. Ia tak menemukan sosok jangkung itu." jelas Yoochun. Junsu mendesah frustasi.
"aku jadi tahu bagiamana keadaan Yunho hyung saat ini." gumam Junsu.
"sepertinya sosok Changmin sangat berarti bagi Yunho hyung." ucap Junsu. Yoochun membenarkan.
"ya. Kurasa memang sangat berarti"
.
.
.
Bruk!
Yunho menjatuhkan tubuhnya diatas ranjangnya begitu saja. Ia sangat lelah. Apalagi begitu sampai apartement Junsu mengomelinya tak penting. Membuatnya harus bertahan dengan suara melengking namja itu.
"Yun! Ayo makan malam dulu." ucap Yoochun begitu melangkah masuk kedalam kamar Yunho. Yunho membalik tubuhnya dan menatap tak selera pada Yoochun.
"aku capek. Aku langsung tidur saja." jawab Yunho.
"dan kenapa kau masih di sini? Junsu sudah pulang kan? Telingaku sakit mendengar teriakannya." tambah Yunho. Yoochun terkikik kecil.
"iya. Junsu sudah pulang. Aku masih di sini karena memang aku masih ingin disini. Lagipula malam ini aku akan menginap di sini lagi." jawab Yoochun. Yunho mengerutkan keningnya, menatap tajam ke arah Yoochun.
"jangan bilang kau sedang bertengkar dengna pacarmu lagi? astaga~ Chun! Berhentilah bermain dengan pacar-pacarmu itu!" ucap Yunho. Yoochun hanya tertawa dan mendudukkan dirinya disamping Yunho.
"chun." panggil Yunho setelah membiarkan keadaan hening sesaat.
"hm?" Yoochun bergumam sebagai jawabannya.
"apa menurutmu Changmin akan kembali?" tanya Yunho, pandangannya menerawang ke atas, menatap lurus pada atap kamarnya.
Yoochun menoleh, menatap sendu ke arah Yunho.
"aku tak tahu." jawab Yoochun singkat. Ia hanya tak ingin memberi harapan palsu pada sahabatnya itu. Yunho tersenyum miris.
"aku lelah, Chun. Terkadang aku berpikir, kenapa aku masih menunggunya? Balasan apa yang kudapat karena telah menjaga hatiku? Aku selalu takut saat Changmin tak kembali lagi." gumam Yunho lirih. Yoochun hanya terdiam memandang sendu ke arah Yunho.
"kau tahu. Aku sudah muak dengan semua ini. Aku lelah membohongi diriku sendiri. Aku berkata bahwa aku baik-baik saja, padahal kenyataannya aku tidak baik-baik saja. Aku membutuhkannya, Chun." tambah Yunho. Yoochun terdiam. Sungguh! Ia tak dapat berkata apa-apa lagi saat melihat tetesan air mata yang mengalir dari sudut mata Yunho.
"aku cengeng, ya. Menangis hanya karena hal seperti ini." ucap Yunho sembari menghapus kasar air matanya. Yoochun menggeleng.
"tidak. Kau tidak cengeng. Kau berhak menangis. Menangislah! Itu akan mengurangi bebanmu." Yoochun mencoba tersenyum dan mengelus pelan pundak Yunho yang berbaring disampingnya.
Yunho terdiam. Ia menangis tanpa isakan, tanpa suara. Harus Yoochun akui, Yunho bukanlah seorang yang cengeng. Bertahun-tahun bersahabat dengan namja itu, baru kali ini ia lihat Yunho menangis didepannya. Setidaknya setelah namja itu kehilangan kedua orang tua dan juga adiknya.
"menangislah!" bisik Yoochun. Yunho hanya diam dan memejamkan matanya, membiarkan air matanya mengalir begitu saja. Setidaknya, untuk kali ini biarkan ia menangisi dirinya sendiri. Menangisi kebodohannya.
.
.
.
3 years later…
.
"Yoochun! Kau makan ramenku lagi!" Yunho berteriak begitu tak menemukan persedian ramen di lemarinya. Yoochun yang baru saja keluar dari kamar mandi, meringis kecil.
"Mianhae, Yun. Aku kemarin malam sangat lapar begitu pulang dari kantor, jadi aku memakan ramenmu." jelas Yoochun sembari menyusul Yunho di dapur. Yunho menghela nafasnya.
"lalu aku sarapan apa pagi ini? Aku harus segera berangkat kerja, bodoh!" ucap Yunho. Yoochun mengerucutkan bibirnya, tak terima dibilang bodoh.
"ayo berangkat bersama. Kita cari sarapan di jalan saja." Yoochun mencoba memberi usul. Yunho menghela nafsanya.
"baiklah. Aku tak punya pilihan lainkan, sajangnim~" ucap Yunho sembari melenggang pergi dari dapur. Ia perlu memakai pakaian kerjanya.
Ya, sekarang seorang Jung Yunho sudah lulus dari universitasnya. Ia sudah meninggalkan segala kebiasaan buruknya saat di universitas dulu. kini ia bekerja di perusahaan Yoochun, menjadi sekretaris namja cassanova itu. Yah~ setidaknya hidupnya terjamin.
"Cepatlah! Kau bisa membuat kita terlambat, Yun!" teriak Yoochun dari luar pintu apartement. Yunho menutup pintu apartement-nya dan berkacak pinggang di depan Yoochun.
"salah siapa kau tidur di apartement-ku lagi?! Kebiasaan buruk!" ucap Yunho. Yoochun tertawa dan segera menyeret lengan Yunho.
"kita harus segera jika tak ingin terlambat. Aku sudah snagat lapar." ucap Yoochun saat mereka sudah memasuki lift. Yunho memutar bola matanya malas.
"yah~ siapa juga yang ingin terlambat. Dan aku juga lapar, Chun." balas Yunho.
pintu lift sudah akan tertutup sempurna saat sebuah tangan menghalangi pintu itu tertutup.
"mianhae." seorang namja masuk ke dalam lift begitu pintu lift kembali terbuka. Yoochun hanya bergumam dan mengalihkan perhatiannya pada ponsel yang tadi bergetar di sakunya. Sedangkan Yunho menoleh, mencoba melihat siapa yang memasuki lift tadi. Dan saat ia melihat wajah namja itu, matanya membelalak. Ia menelan ludahnya tak percaya.
"C-Changmin"
.
.
.
TBC
Otte, otte? Baguskah? Jelekkah? Aku butuh pendapat kalian chingudeul~
ini FF ChangHo pertama milikku, jadi kalau sedikit absurd saya mohon maaf. Apakah Yunho-nya terlalu feminim? Aku tak suka Yunho yang terlalu uke. Bagaimanapun dia kan seme-nya Jaejoong. Nah hlo! Jadi bingung sendiri dengan identitasku.
Jadi akunya YJs, tapi aku juga suka Yunho!uke buat Changmin.
Just Info, saya bukan HoMinoids, tapi pecinta ChangHo, Yunho!Uke
Mian jika ada pihak yang tak terima, saya tidak bermaksud apapun, sungguh! ^^v
The last, mind to review?
