Luhan, seorang namja yang memiliki hobi MENCOPET walaupun sebenarnya ia anak dari keluarga yang mampu. Suatu hari, ia tertangkap basah oleh seorang namja tampan ketika mencoba mengambil dompet namja tersebut. Tak disangka, takdir akan membuat mereka lebih sering bertemu dan membuat Luhan mulai tertarik pada namja tersebut. HUNHAN
XxXxXxX
Title: A Pickpocket
Cast: HunHan, EXO member
Disclaimer: EXO milik SM, saya Cuma pinjam nama
Warning: Typo, OOC, Boys love, alur nggak jelas
HAPPY READING!
"Hooamm!" Entah kali keberapa namja cantik ini menguap lebar. Tangan kanannya digunakan unuk menopang dagunya, sedangkan matanya dipaksa untuk tetap terbuka sambil memperhatikan kedepan. Andai saja yang mengajar saat ini bukanlah seorang guru killer, ia tidak akan keberatan untuk membolos ke perpustakaan atau atap sekolah untuk tidur. Salahkan Kai― hoobae sekaligus sahabatnya yang semalam mengajaknya untuk bermain game hingga pukul 2 pagi.
"Hei Lu, apa semalam kau tidak tidur? Kau terlihat sangat mengantuk" Xiumin, namja manis dengan pipi chubby itu bertanya pada teman sebangkunya―Luhan yang sedaritadi hanya menguap seperti kudanil. Ia memang sering melihat temannya itu tidur pada saat jam pelajaran, tapi ia tahu bahwa Luhan tidur karena bosan pada pelajaran atau guru yang menerangkan didepan. Namun sepertinya kali ini sedikit berbeda. Luhan terlihat lelah dan kurang tidur, dapat dilihat dari wajahnya yang kusut dan lingkaran hitam dibawah matanya.
"uhmm.. Aku dan Kai baru saja bermain semalam. Ternyata dia boleh juga, aku sampai kewalahan menghadapinya" jawab Luhan sambil menghapus air liur yang berserakan disekitar mulutnya. "Apaaa? K-kau bermain dengan Kai?" sepertinya otak Xiumin salah menangkap maksud Luhan, sehingga ia sedikit syok dengan jawaban Luhan.
"Ne, untung saja aku bisa mengimbanginya..hehe" balas Luhan. "Ah, jadi selama ini kau dan Kai..." Xiumin menatap Luhan tak percaya. "Apa maksudmu?" tanya Luhan sedikit heran, namun pertanyaannya tak dibalas oleh Xiumin. Setelah beberapa saat, Luhan akhirnya menyadari maksud Xiumin. "astaga! Apa yang kau pikirkan? Maksudku aku dan Kai bermain game! Game! Kau pikir kami melakukan apa? Jangan berpikiran aneh-aneh!" Luhan berkata setengah berteriak.
"Xi Luhan! jika kau tidak senang dengan pelajaranku, kau boleh keluar!" Han seonsaengnim berkata dengan nada dingin sambil melempar tatapan tajam Pada Luhan, dan sukses membuat Luhan membatu di tempat duduknya. "J-jjoseonghamnida, seonsaengnim" ucap Luhan.
"ugh, dasar orangtua! Mukamu yang jelek itu jadi semakin bertambah buruk saat kau marah!" Gerutu Luhan. "Hehehe, mianhae lu" bisik Xiumin pada Luhan yang hanya dibalas dengan tatapan 'enyah kau'
'KRIINGG'
Bel istirahat pun berbunyi. Sontak terdengar helaan napas lega dari para siswa didalam kelas. Sepertinya Luhan orang yang paling bahagia dari mereka semua. Ia tidak sabar pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang lapar.
"Xiumin-ah, kau mau ikut ke kantin?" ajak Luhan. "aku masih kenyang. Sepertinya kau sendiri─" "ayolah! Aku yang traktir" Potong Luhan. Mendengar kata 'traktir' Xiumin pun langsung mengiyakan ajakan Luhan sebelum ia berubah pikiran untuk tidak jadi mentraktirnya.
.
.
.
Saat ini Luhan, Xiumin, dan Kai tengah dalam perjalanan pulang dari sekolah. Kebetulan rumah mereka searah, bahkan rumah Kai dan Luhan hanya terpisah oleh dua rumah saja. Mereka berjalan dengan sunyi. Sepertinya saat ini tak seorangpun dari mereka yang berniat untuk membuka percakapan, semuanya larut dalam pikiran masing-masing. "kalian tahu? Kemarin aku mendapat 'rejeki' yang lumayan, hehe. Aku mendapatkan uang sebesar dua juta dan sebuah jam tangan yang kelihatannya mahal". Kata-kata Luhan barusan memecah keheningan diantara mereka.
"Sampai kapan kau seperti itu, hyung? Aku tidak suka" protes Kai. "Apa masalahmu? Bisa-bisanya kau berpikiran untuk mencuri. Jelas-jelas kau itu kan bukan orang yang kekurangan" Xiumin menimpali. "Ayolah, aku kan hanya bersenang-senang. Lagipula kalian juga ikut senang kan?" balas Luhan. "senang apanya?" tukas Kai. "Ingat waktu minggu lalu aku aku membelikanmu sepatu baru? Dan juga Xiumin, aku sering mentraktirmu kan? Nah, uang itu hasil dari pekerjaanku" jawab Luhan santai.
"What? Kalau begini caranya aku tidak mau ditraktir olehmu lagi" Xiumin mendadak panik. Ia pernah mendengar cerita jika memakan sesuatu dari hasil yang tidak halal maka perut orang itu akan membesar, kemudian meledak. Oh tidak, membayangkannya saja sudah membuat Xiumin keringat dingin. "Cih, aku juga tidak mau dibelikan barang dari uang yang bukan hakku. Besok akan kukembalikan saja sepatunya" Timpal Kai sok bijak. Dalam hati ia sebenarnya tidak rela jika sepatu itu akan dikembalikan, ia hanya jual mahal pada Luhan.
"Uh! Kalian menyebalkan. Setidaknya kalian memahami kesenanganku ini" Luhan mengerucutkan bibirnya sebal. "Justru kami ini baik, hyung. Mana mungkin kami membiarkan teman kami menjadi orang jahat?" Jawab Kai pede. Tiba-tiba langkah Xiumin terhenti, membuat Kai dan Luhan juga menghentikan langkahnya. "Ah aku hampir lupa! Tadi ibuku berpesan untuk membelikan daging ayam sepulang sekolah" Xiumin menepuk jidatnya. "Didekat sana ada minimarket, aku akan kesana dulu. Sebaiknya kalian pulang duluan saja" lanjutnya. "Memangnya siapa yang mau menunggumu? Tanpa disuruhpun kami akan pulang. Kajja, Kai" Luhan berkata sambil menarik lengan Kai. Xiumin pun hanya memasang muka -_- "Bye Xiumin hyung!" ucap kai, yang dibalas dengan lambaian tangan.
.
.
.
"Haahh! Rasanya hari ini membosankan sekali" Luhan merebahkan badannya dikasur. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Luhan membalikkan badannya, lalu mengambil sesuatu dari laci meja disamping tempat tidurnya. Ia mengamati sebuah jam tangan berwarna keemasan yang 'didapatinya' kemarin. Tiba-tiba pikirannya kembali menerawang ke saat dimana ia melakukan aksi nistanya itu.
-FLASHBACK-
"Sampai jumpa, Lu" Xiumin melambaikan tangannya pada Luhan. "Ne, sampai jumpa" balas Luhan sambil memandangi Xiumin yang perlahan hilang dibalik pintu rumahnya. Luhan pun membalikkan badan lalu melanjutkan perjalanannya. "Ah, aku tidak mau terlalu cepat pulang kerumah. Paling-paling aku akan disuruh mengupas bawang lagi" kata Luhan entah pada siapa. Memang keluarga Luhan memiliki Kedai ramen yang tidak terlalu besar, namun selalu ramai sehingga orangtuanya begitu sibuk. Tidak jarang Luhan juga sering direpotkan dalam kesibukan mereka itu. Mulai dari mengupas bawang, membuang sampah, dan mencuci piring. Ia selalu kebagian pekerjaan yang tidak menyenangkan. Ayah Luhan tidak pernah mau menyuruhnya untuk jaga dibagian kasir. "Terlalu beresiko" katanya.
Luhan melangkahkan kakinya disebuah taman. Disitu ia duduk disebuah bangku taman yang kosong. "tamannya sepi, mungkin orang-orang belum selesai bekerja" pikir Luhan. " oh tentu saja, Jeongmin-ssi. Apa? Baguslah. Hahaha..." Luhan memandangi seorang yeoja paruh baya yang sedang teleponan. Yeoja itu duduk dibangku yang berbeda disebelah Luhan. Dari penampilannya, sepertinya ia orang yang kaya. Terlihat dari pakaiannya yang sedikit glamour dan kulitnya yang mulus. Sepertinya ia suka melakukan perawatan untuk melawan umurnya, tapi tetap saja kerutan-kerutan diwajahnya terlihat dengan SANGAT jelas. Pfftt... Namun ia lebih tertarik pada benda disamping yeoja itu. Sebuah tas berwarna merah yang terletak agak jauh dari yeoja yang sedang teleponan itu.
"Wah, aku dapat mangsa lagi" Luhan menyeringai. Ia melihat-lihat sekelilingnya. "bagus! Taman sedang sepi, dan sepertinya yeoja itu terlalu sibuk dengan teleponnya" Luhan lalu berdiri dan berjalan perlahan menuju yeoja itu. Satu... dua... "DAPAATT!" Luhan berlari sekencang mungkin sambil membawa tas itu. Ia bersyukur karena mempunyai badan yang sedikit mungil sehingga memudahkannya untuk berlari seperti kecepatan cahaya. Oke, tidak secepat itu. "HEI..KEMBALIKAN TASKUUU! DASAR MALING! TOLONG! TOLONG!" Yeoja itu berlari mengejar Luhan sambil berteriak kesetanan.
'BUAGHH!'
Tak disangka, heels yang dipakai yeoja itu patah dan membuatnya jatuh kemudian tengkurap ditanah. "aww..ahh. Kakiku sakit. Shhh.. ahh.. tolong akuhh!" yeoja itu menjerit kuat yang sebenarnya lebih terdengar seperti mendesah. Orang-orangpun mulai berdatangan mengerumuni yeoja itu untuk melihat apa yang terjadi. Namun mereka benar-benar hanya mengerumuni, tak ada satupun yang berniat membantu yeoja ngenes (?) itu.
Kembali ke Luhan. Ia berlari sekencang-kencangnya sambil menabrak beberapa pejalan kaki yang dibalas dengan umpatan dan makian. Ia begitu panik, keringat mengucur deras dari pelipisnya. Namun ia tidak tahu bahwa sebenarnya daritadi tidak ada yang mengejarnya. Benar-benar hanya membuang tenaga.
Luhan menuju kerumahnya. Setelah sampai, ia bergegas masuk ke kamarnya lalu menguncinya rapat-rapat.
"Hosh..hosh! Capeknyaaa" napas luhan ngos-ngosan dan dadanya turun-naik. Setelah agak tenang, ia mengambil tas itu lalu membukanya. "whoaa, banyak sekali uangnya! Dan apa ini? Ah jam tangan! Sepertinya ini mahal. Hehehe, aku sungguh beruntung". Setelah puas mengobrak-abrik tas itu, Luhan mendapat beberapa barang lain seperti parfum, sisir, make-up, dan... pembalut wanita? ouch, Luhan mengangkat benda itu jijik menggunakan jari telunjuk dan jempolnya lalu membuangnya melalui jendela kamar. Ekspresi Luhan sangatlah berlebihan, padahal itu bukanlah pembalut bekas. Dasar namja!
-END FLASHBACK-
"Uh, setidaknya aku selalu selamat" Luhan bersyukur, selama ini ia tidak pernah tertangkap oleh korban-korbannya. "Susah sekali menghentikan kebasaanku yang satu ini" Luhan menggaruk pantatnya─salah. Luhan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Minggu depan Tao ulang tahun. Apa yang harus kuberikan padanya? Dia itu terlalu banyak maunya" pikir Luhan. Tao, adik sepupunya itu suka mengoleksi barang-barang yang mahal dan bermerk. Jelas saja, dia anak dari keluarga yang kaya raya.
"Ah, kemarin aku melihat sepasang sepatu yang keren di etalase toko. Kubelikan itu saja!" Luhan menjentikkan jarinya. "Tapi mahal sekali, uangku masih belum cukup" Bahu Luhan merosot lemas.
"Apa boleh buat, sepertinya aku harus mencari mangsa lagi" ucap Luhan sok menyesal. Luhan pun bersiap-siap untuk berkeliling mencari targetnya. Ia mengganti baju, merapikan rambutnya, setelah itu bergegas keluar.
.
.
.
"ah, mengapa semuanya terlihat seperti orang yang kurang mampu? Lihat saja pakaiannya, terlalu sederhana! Apa yang bisa kudapatkan?" Luhan menggerutu tidak jelas. Disinilah Luhan, ia berdiri dibawah pohon yang tidak jauh dari sebuah mall. Ia memperhatikan setiap orang yang berlalu-lalang dihadapannya. Luhan berpikir bahwa orang yang pergi ke mall pastilah mempunyai uang, sehingga ia sengaja mencari target didekat mall agar ia bisa mendapatkan hasil yang banyak nantinya. Namun sedaritadi ia mengamati orang-orang yang berlalu-lalang, belum ada yang menurutnya cocok untuk dijadikan mangsa.
Tiba-tiba perhatiannya teralih pada seorang namja tinggi yang baru saja keluar dari mall tersebut. Dari penampilannya, dia pasti orang kaya. Kulitnya sangat putih, rambutnya dicat cokelat. Ia menggunakan baju abu-abu dengan jaket kulit hitam, dan celana jeans.
Namja itu berjalan melewati Luhan dan mengarah pada mobil sportnya. "itu dia!" Batin Luhan. Matanya berbinar melihat dompet yang terletak pada saku bagian belakang di celana namja itu.
Luhan mengikuti namja itu perlahan-lahan. Saat namja itu hendak membuka kenop pintu mobilnya, dengan cepat Luhan memasukkan tangannya ke saku celana namja itu dan menarik dompetnya. Namun sayang, setelah berhasil mengeluarkan dompetnya, dompet itu malah terjatuh.
"Ah sial!" Luhan mengumpat sambil mencoba mengambil dompet itu. Baru saja ia menggenggamnya, sebuah suara menginterupsinya. "Hei apa yang kau lakukan!? Ah dompetku!" Namja itu menunjuk dompetnya yang dipegangi oleh Luhan.
Luhan panik seketika itu juga. Ia buru-buru berdiri dan mengambil langkah seribu. Namja tadi mengejarnya dari belakang. Luhan berlari tak tentu arah, dan namja itu masih mengejarnya.
"Huaaa! Larinya cepat sekali, bisa-bisa aku tertangkap!" Luhan menoleh kebelakang dan mendapati namja itu berada tidak jauh dibelakangnya. "Hei, kembalikan dompetku!" teriak namja itu. Terjadilah aksi kejar-kejaran antara Luhan dan namja tadi. Setelah bingung ingin berlari kemana lagi, Luhan nekat menyebrangi jalan raya yang sedang ramai, menyebabkan beberapa pengendara mobil dan motor membunyikan klaksonnya.
'PIIIIP..PIIIP'
"Hei bodoh! Cari mati ya? Sini kupukul! Dasar" Luhan tidak memperdulikan teriakan kesal dari orang-orang itu. Untungnya ia menyebrang dengan selamat.
"astaga! Dia semakin dekat!" Luhan mempercepat larinya. Ia kembali menyebrangi jalan dan melewati sederetan toko. Kini Luhan memasuki area perumahan yang cukup padat. Lama-kelamaan Luhan makin lelah karena berlari terus-menerus. Ia berbelok arah dan masuk ke gang-gang yang lumayan sempit.
Luhan tidak peduli ia berada didaerah mana sekarang, yang penting dia tidak tertangkap oleh namja itu. "Hosh..hosh.. Apa dia masih mengejarku? HUAAAA─"
'BRUKKK'
Luhan menabrak setumpuk kayu milik warga disitu. Entah apa maksudnya setumpuk kayu diletakkan dipinggir jalan. "Ahh, sakit sekali" Luhan duduk meringis sambil memegangi lututnya yang terluka.
"Mau lari kemana kau sekarang?" Sebuah suara dingin membuat Luhan menghentikan kegiatan ringis-meringisnya dan menatap perlahan-lahan kearah pemilik suara tersebut.
"A-aku.. Akhh!" Luhan meringis (lagi) saat namja itu menarik paksa lengannya untuk berdiri. Rasanya lututnya itu mau patah saat ia meluruskan kakiknya.
"Kembalikan dompetku" Namja itu menekan setiap kata-katanya sambil menatap Luhan tajam. Demi semua bawang yang pernah ia kupas, bukannya takut Luhan malah terpesona pada tatapan namja itu. Matanya begitu indah, dan wajahnya sangat tampan. Sejenak Luhan merasa bagai di surga dan melupakan bahwa sebenarnya ia sedang dalam masalah.
"Dimana dompetku!?" Namja itu sedikit meninggikan suaranya sehingga membuat Luhan tersadar dari dunianya. 'Dompet? Astaga! Aku baru sadar kalau dompetnya terjatuh saat aku berlari tadi' batin Luhan.
"A-aku tidak tahu, dompetnya terjatuh saat aku berlari" Suara Luhan bergetar. "Bohong!" Namja itu meraba-raba tubuh Luhan, berharap mendapatkan dompetnya. Ia memeriksa setiap saku dibaju dan celana Luhan. Bahkan 'anu' Luhan tak sengaja tersenggol oleh tangan namja itu, membuat Luhan malu sendiri.
Helaan frustasi terdengar dari namja itu saat ia tidak juga menemukan dompetnya. "Kau ikut aku ke kantor polisi". "APA? Aku tidak mau! Jangan bawa aku kesana. HUEEEE!" Luhan mulai menangis, membuat namja didepannya menjadi bingung. Sungguh, Luhan sangat takut sekarang. 'kenapa dia? Sengaja menangis supaya kulepaskan ya? Cih, jangan harap aku terpengaruh' Batin namja itu. "Eomma..eomma! aku tidak mau dipenjara, hiks" Namja itu jadi semakin bingung 'Aneh, aku bahkan tidak berniat memenjarakannya' pikir namja itu. Ia kembali melihat namja yang sedang menangis tersedu-sedu dihadapannya. "Kenapa kau mencuri? Apa kau butuh uang?" Tanya namja itu. "hiks, aku..aku.." Rupanya Luhan masih belum sanggup berbicara. Ia masih menarik-narik napas dengan susah payah. Berlebihan sekali menangisnya. Namja itu menghela napas "Diamlah, aku tidak akan membawamu ke kantor polisi" Katanya sambil menepuk bahu Luhan. Luhan pun terperanjat, ia merasa sangat lega. Luhan segera mengangkat wajahnya untuk melihat namja itu, ternyata namja itu sedang menatapnya sehingga membuat Luhan tersipu dan kembali tertunduk.
Sejenak suasana hening, hanya terdengar isak tangis Luhan sesekali. "Baiklah, aku akan melepaskanmu. Lain kali jangan mencuri lagi" Namja itu berbalik hendak pergi, namun Luhan langsung menahannya. "tunggu dulu! i-itu.. lututku terluka dan aku kesulitan untuk berjalan. Apakah kau keberatan untuk uhm.. mengantarku pulang?" Luhan berkata sambil memandang ujung sepatunya.
Sungguh, dimana rasa malu Luhan? Berani sekali ia menyuruh orang yang jelas-jelas telah menangkap basah Luhan saat mencoba mengambil dompet orang itu dan masih mengampuninya untuk mengantarnya pulang? Tapi ayolah, kali ini Luhan memang merasakan sakit yang luar biasa pada lututnya. Namja itu menatap tak percaya pada Luhan. Namun saat melihat wajah Luhan yang benar-benar memelas , ia kembali menghela napas. "Baiklah, dimana rumahmu?" Luhan menarik napas lega."ah, rumahku tidak terlalu jauh darisini. Hanya sekitar tiga ratus meter" jawab Luhan senang.
Luhan menggerakkan kakinya perlahan. Nyeri kembali dirasakannya saat ia menggerakan kakinya itu. Namja itu mendekati Luhan, merangkul bahunya dan menuntunnya berjalan. Luhan merasa bahwa udara disekitarnya menjadi panas. Ia dapat mencium aroma parfum dari namja itu, vanilla mint yang sangat menyegarkan.
"ah, kita berada terlalu jauh dari mobilku. Apa kau masih kuat berjalan?" tanya namja itu. Luhan menggeleng "sebaiknya aku naik taxi saja darisini. Kau tidak usah mengantar─ whoaa" Luhan kaget saat namja itu menggendongnya dengan gaya bridal style. "Turunkan aku!" Luhan meronta-ronta. "Sudah jangan berisik!" tukas namja tadi.
' ternyata badannya sangat ringan, seperti yeoja saja' namja itu sedikit tersenyum simpul.
Dalam perjalanan, kerjaan Luhan hanya mendongak untuk memandangi namja yang sedang menggendongnya. Ia benar-benar menikmati saat angin menerpa wajah namja tersebut, membuat rambutnya bergerak lembut mengikuti arah tiupan angin.
"Kenapa melihatku seperti itu?" Namja itu bertanya tanpa menoleh sedikitpun kearah Luhan, membuatnya kaget setengah mati. 'Ah, jadi daritadi dia menyadarinya? Memalukan' batin luhan.
"Sudah sampai" Sehun menurunkan Luhan dari gendongannya. Ia membukakan pintu mobil untuk Luhan, kemudian membopongnya untuk masuk ke mobil.
"Kita tidak terlihat seperti 'penjahat dan korbannya' kekeke" Luhan membatin senang.
Dalam perjalanan, keduanya saling terdiam, hingga namja itu membuka suaranya "Siapa namamu?" "Luhan. Kau?" balas Luhan. "Sehun" Namja yang bernama Sehun itu tidak mengalihkan pandangannya kearah jalanan.,
"Ah itu rumahku, yang catnya berwarna abu-abu" Luhan menunjuk kearah rumahnya. Sehun menepikan mobilnya lalu berhenti. 'Apa ini benar rumahnya? Aneh sekali, terlihat cukup besar' batin Sehun yang masih menganggap bahwa Luhan adalah orang yang melarat.
Luhan turun dari mobil dengan agak terseok. Ia menutup pintu mobil, lalu menatap Sehun. "Sehun-ssi, terima kasih karena sudah mengantarku pulang. Uhm, aku juga benar-benar minta maaf karena sudah mengambil dompetmu" Nada Luhan melemah, ia menundukkan kepalanya. "Ne, tidak usah terlalu dipikirkan". Jawab Sehun singkat. "Baiklah, aku pulang dulu" Luhan membungkukkan badannya dan dibalas anggukan singkat.
Sehun memperhatikan Luhan hingga ia masuk kedalam rumahnya. "Manisnya" Sehun tersenyum sesaat, kemudian menjalankan mobilnya menjauh dari rumah Luhan.
TBC
Yosh! Selesai juga chapter pertamanya. Adakah yang mau baca ff aneh ini? Feelnya nggak dapet? Alurnya kecepetan? Mian ini ff pertama saya TTT_TTT
Cerita ini murni ide saya. Kalo nemuin ff yang mirip kayak gini saya minta maaf, saya benar-benar nggak sengaja *bow
Ah, mohon kritik dan sarannya dari para readers supaya besok bisa lebih baik lagi :D
RnR please?
