Anyway, this is my first time writing using indonesian. I know I'm still a newbie, but critics and comments are always appreciated. Thank you sooo much :* :*
Disclaimers: KHR belongs to Amano Akira. Yamamoto and Hibari belong to each other :)
Three Days of Yamajirou
Jumat sore. Seperti biasa, Yamamoto Takeshi dan rekan-rekan sesama klub bisbolnya sedang berlatih di lapangan Namimori Junior High. Pertandingan besar melawan SMP dari prefektur sebelah akan berlangsung kurang dari sebulan lagi, dan semua orang sangat bersemangat untuk tetap mempertahankan piala yang berhasil mereka rebut tahun lalu. Karena itulah, tak ada seorang pun yang mengeluh meskipun latihan mereka terus berlanjut hingga jauh malam.
"Waw, teman-teman, tak terasa waktu sudah..." Yamamoto melirik arlojinya, "...jam delapan malam! Ayo kita sudahi saja!" Ia menepuk tangannya, memberi pertanda bagi teman-temannya untuk berkumpul.
Setelah evaluasi sejenak yang dipimpin oleh Yamamoto ー pelatih mereka pulang lebih awal ー mereka pun berjalan beriringan ke kamar ganti, masing-masing berceloteh riang. Yamamoto sendiri memanggul tongkat bisbolnya di bahu, bersiul-siul ringan.
Mendadak dari kegelapan, sesosok bayangan muncul. Seluruh tim terhenti.
"Membuat keributan, hah?" sosok bayangan itu mendesis.
Kompak, seluruh tim mundur, namun kapten mereka masih bertahan di tempatnya, berdiri dengan tenang.
Hibari Kyouya muncul dari naungan bayang-bayang tempatnya mengawasi mereka selama ini, memelototi Yamamoto dan timnya dengan raut muka terganggu.
"Coba kulihat. Berkelompok, membuat kegaduhan, dan bermain-main di lapangan sekolah sampai jauh malam. Tiga pelanggaran berat sekaligus. Well, apakah kalian sebegitu inginnya kugigit sampai mati?" Hibari menggenggam tonfanya dengan erat sembari menatap korbannya dengan angkuh.
Semua orang gelisah, kecuali si kapten bisbol.
"Tenanglah, Hibari," Yamamoto mencoba menenangkan, kedua tangannya di depan dada, "Kami telah mendapat izin dari guru olahraga agar dapat berlatih hingga pukul sembilan. Kau tahu, turnamen bisbol antar-SMP akan berlangsung kurang dari sebulan lagi. Ini juga demi nama baik sekolah, kan?"
Hibari masih memelototinya dengan tidak suka. "Dan aku tak melihat dimana pelatih kalian," katanya, kedua alisnya naik ke atas. "Tidak ada satu pun klub yang boleh berlatih di luar jam latihan tanpa bimbingan atau pengawasan pelatih, guru olahraga, atau komisi disiplin. Itu peraturannya."
Yamamoto mencoba tersenyum. "Pelatih kami baru saja pulang. Istrinya baru saja melahirkan, kau tahu," jawabnya dengan jantung berdebar. Tentu saja ia tahu peraturan itu. Ia juga tahu bahwa ketika pelatihnya pulang, seharusnya mereka juga langsung pulang, namun Yamamoto merasa bahwa membuang waktu latihan sementara turnamen akan terselenggara sebentar lagi bukanlah sesuatu yang bijak, sehingga dengan nekat ia memimpin teman-temannya untuk melanjutkan latihan mereka tadi.
Kentara sekali, Hibari tidak puas dengan jawaban tersebut. Matanya yang sebiru es menatapnya dengan penuh spekulatif. Yamamoto masih memberinya senyuman lembut, meski di dalam hati ia akan siap jika Hibari mengajaknya berkelahi. Tentu saja, keselamatan teman-teman timnya lah yang dipertimbangkannya.
Hibari masih menatapnya selama beberapa detik yang terasa lama sebelum akhirnya menjawab, "Baiklah. Kuberi kalian lima menit untuk mengambil barang-barang kalian dan kabur dari sini."
Tak ada yang menarik napas lega ー semuanya terlalu terburu-buru untuk mengambil barang-barang mereka di loker ruang ganti sebelum kemarahan sang prefek menggilas mereka menjadi debu.
Beberapa menit kemudian, semua anggota tim bisbol telah berada di luar gerbang Namimori Junior High dengan napas terengah-engah, kecuali kapten tim mereka, yang masih tampak tenang dan bahkan bersiul-siul.
Semua anggota bisbol menatapnya heran.
"Yama-kun, kau benar-benar tenang ya..." komentar salah satu pitcher, Sou, kedua matanya menatap sang kapten dengan kagum.
Yamamoto menurunkan kedua tangannya yang sedari tadi disilangkannya di belakang kepala. "Eh?" ia berkedip, tidak paham apa yang dimaksudkan rekannya.
Sou mendengus, "Itu loh, maksudku kita baru saja berhadapan dengan Hibari! Si Hibari!"
Teman-temannya yang lain mengangguk bersemangat.
Yamamoto tertawa kecil. "Well, kenapa dengannya? Ia hanya menjalankan tugasnya dengan baik," komentarnya.
Salah satu temannya yang lain berdecak. "Tch. Terlalu baik. Dia benar-benar menyeramkan, si Hibari itu..."
"Yeah, kelihatan haus darah!" celetuk temannya menanggapi.
Yamamoto nyengir kecil. Teman-temannya tidak tahu, bahwa ia telah banyak bertemu dengan orang-orang haus darah yang sesungguhnya... dan dibandingkan dengan mereka ー pikiran Yamamoto berkelebat ke arah tim Varia, Byakuran, dan Daemon Spade ー sikap Hibari dalam menjaga kedisiplinan di sekolahnya nyaris seperti tepukan lembut baginya.
...Tentu saja, tidak banyak juga orang yang tahu bahwa Hibari Kyouya bahkan tidak menunjukkan 5% dari kemampuan berkelahi yang sesungguhnya di sekolah. Yamamoto nyengir sendiri, mengingat-ingat kemampuan bertarung Hibari di masa depan. Hibari, The Strongest Cloud Guardian of Vongola Decimo.
"Eh, Yama-kun, bukankah rumahmu di sebelah sana?" Sou mengingatkan, menunjuk ke arah kanan ketika Yamamoto terus melangkah ke depan.
"Mau ke rumah Tsuna dulu," dia menjawab sambil nyengir.
Ketika Yamamoto tiba di rumah keluarga Sawada, rumah kecil tersebut telah penuh dengan orang. Selain penghuni tetap (Tsuna, mamanya, Lambo, Reborn, I-pin, Fuuta, dan Bianchi), di sana telah hadir pula Dino Cavallone, bawahannya Romario, Irie Shouichi, salah seorang mekanis Vongola gendut yang Yamamoto lupa namanya, serta cowok-yang-berambisi-jadi-tangan-kanan-bos-Vongola: Gokudera Hayato.
"Oh hai, semuanya," ia tersenyum pada semua orang yang berada di ruangan sempit itu.
"Hai, Yamamoto-kun," Tsuna menyambutnya dengan sopan, tersenyum cerah.
Gokudera menatapnya dengan tatapan bosan. "Jadi akhirnya kau datang juga, huh, bisbol idiot!"
Yamamoto duduk di depan cowok gendut yang ia lupa namanya itu, nyengir minta maaf. "Yeah, begitulah. Maaf deh telat, turnamen tinggal sebentar lagi..."
Dino Cavallone yang duduk di sebelahnya tertawa, menepuk punggungnya. "Hahaha, kurasa kau harus merahasiakan ini dari Squalo, hm? Ia tak bakal senang mendengar kau masih mengayun-ayunkan tongkat pemukul alih-alih pedangmu."
Yamamoto meringis, mengingat ekspresi tutornya yang gampang naik darah itu. "Bakal jadi masalah," gumamnya.
Dino masih mempertahankan cengirannya ketika tatapan matanya beralih ke lelaki gendut di depan Yamamoto yang kini memainkan sesuatu yang nampak seperti stank di tangannya. "Hei, Giannini, apa yang kau mainkan itu?" Dino bertanya.
Semua orang mulai menatap Giannini, si mekanis gendut andalan Keluarga Vongola, dengan penuh tanda tanya. Semburat pink muncul di kedua sisi wajah Giannini. "Ini suku cadang untuk senjata baru kalian," Giannini menjawab dengan penuh semangat.
Reborn, yang sedari tadi hanya terdiam di pojokan, tampak sedikit tertarik. "Senjata baru?" tanyanya, mengabaikan 'uh' pelan yang dikeluarkan Tsuna dengan merana.
Giannini mengangguk bersemangat. "Ya! Lihat ini!" Giannini mengambil sesuatu dari tasnya ー sesuatu yang besar, berwarna metalik, dan tampak mirip bazooka.
"Wow," celetuk Yamamoto bersemangat, meskipun ia tak tahu apa itu.
Giannini nyengir. "Ini adalah senjata terbaru rancanganku dan Shouichi!" Ia melirik Irie yang duduk di sebelahnya, "Shouichi yang merancang modelnya, aku yang merakitnya! Kami menyebutnya Il Sincronizzatore 4xx! Tampak luar biasa bukan?"
"Er.. Apa fungsinya senjata itu? Meledakkan kepala musuh atau apa?" tanya Gokudera dengan santai. Tsuna langsung memelototinya.
"Bukan, bukan seperti itu, Gokudera-kun!" Irie menghela napasnya. "Ini alat untuk menggabungkan kekuatanmu dengan Animal Box Weapon sekaligus Vongola Gear kalian dengan diri kalian sendiri! Tahu kan maksudnya.. Jadi kalian lah yang akan menjadi senjatanya. Senjatanya ada dalam diri kalian! Kami menciptakan alat ini dengan pertimbangan kepraktisan.."
"Ooooooh..." semua orang dalam ruangan kompak bersuara.
"Eh.. Jadi.. Pada kasusku, pedangnya ada dalam diriku sendiri atau bagaimana? Ahaha maaf, tapi itu terdengar agak... sulit bagiku," Yamamoto menggaruk bagian belakang kepalanya, merasa malu.
Giannini tersenyum penuh kemenangan. "Tidak, Yamamoto-kun. Yang akan bergabung dengan kalian hanya kekuatan dari Animal Box Weapon saja, kau akan tetap bertarung dengan Shigure Kintoki-mu seperti biasa. Bukankah itu lebih... efisien?"
Yamamoto mengangkat bahu, tak mengemukakan pendapat, meskipun tentu saja ia lebih suka bila Jirou dan Kojirou bertarung bersamanya.
"Yamamoto-kun, keberatan kah kalau kau memanggil Jirou ke sini?" tanya mekanis itu. Yamamoto mengangkat alis, ragu sejenak. Well, ia tidak suka Jirou menjadi percobaan... namun pikiran egois itu segera dienyahkannya. Merasakan aliran kekuatan dalam dirinya, ia mengontrol arus energi itu untuk menghidupkan api biru di Vongola Gearnya. Seekor anjing lucu dengan semburat api berwarna biru menyilaukan mendadak muncul di tengah-tengah mereka, menggonggong pelan untuk menyapa majikannya. Yanamoto tersenyum, menggaruk belakang leher anjing itu dengan sayang.
Semua orang terpaku pada anjing itu.
Giannini berdeham. "Ehm. Nah, contohnya akan jadi seperti ini..." ー dan Giannini pun menembakkan Il Sincronizzatore 4xx ke arah Yamamoto.
DUARRRR!
Segalanya terasa membingungkan bagi Yamamoto. Ia melihat Giannini menodongkan senjata itu padanya, semua orang di sekelilingnya mulai kalang kabut, ia merasa tersedot ke dalam sebuah sumur yang amat, amat dalam, lalu kepalanya seperti dibogem mentah berkali-kali. Yamamoto mengerjap sesaat sebelum ketidaksadaran melahap dirinya.
Yamamoto membuka matanya, merasa bingung. Dirinya berada di atas ranjang yang nampak seperti ranjang Tsuna, dikelilingi teman-temannya ー namun ada yang aneh.
Pertama, ia menyadari bahwa tatapan matanya menjadi lebih tajam, jauh lebih tajam. Kedua, ia juga merasa bahwa penciumannya meningkat hingga nyaris sepuluh kali lipat ー ia bahkan bisa mencium bau kaus kaki Gokudera. Uuurgh, bukan sesuatu yang menyenangkan! Ketiga...
Ia sadar bahwa teman-temannya yang menatapnya dengan cemas... entah mengapa tampak membesar.
"Er, Tsuna..." ia berusaha bertanya, namun ia terhenti, shock.
Apakah barusan ia menggonggong?
Ia mencoba lagi. "Tsuna..." panggilnya lagi, namun sekali lagi ー bukan suara manusia yang dikeluarkannya, namun gonggongan.
Dengan ngeri Yamamoto mengalihkan pandang ke tubuhnya sendiri... Dan benar dugaannya! Alih-alih sepasang tangan berwarna kecokelatan yang biasa digunakannya untuk berlatih pedang dan bisbol, ia mendapati dua kaki penuh bulu berwarna kecokelatan... kaki anjing! Panik, ia mulai memeriksa seluruh bagian tubuhnya sekarang ー tak ada yang mirip dengan organnya yang biasa, semuanya telah berubah. Ia bahkan punya ekor penuh bulu yang, harus ia akui, cukup menggemaskan.
Tetapi... Bagaimana ini terjadi? Ia menatap teman-temannya dengan pandangan bertanya, menuntut penjelasan.
Giannini dan Irie langsung meminta maaf.
"Hwaaaah, maafkan kamiii, Yamamoto-kuuun...!" keduanya berseru dengan kompak, menunduk dalam-dalam padanya. Yamamoto melihat ada beberapa benjolan berbentuk seperti es krim di pucuk kepala mereka ー dan melihat ekspresi Reborn, dengan wajah datarnya dan kaki di pucuk kepala Giannini sementara pistol mengarah pada dahi Irie, seketika Yamamoto tahu siapa yang telah memberi mereka pelajaran. Yamamoto tak tahan untuk tidak meringis.
"Kami benar-benar minta maaf, Yamamoto-kun..! Ini hanya kesalahan teknis kecil...ー"
Sebuah sepatu melayang tepat di muka Giannini, memotong apapun yang ingin dikatakannya tadi. Gokudera memelototinya, "Dasar bodoh! Bagaimana kalau itu terjadi pada Bos? Bukannya memindahkan kekuatan Jirou ke dalam tubuh Yamamoto, kau malah memindahkan jiwa si maniak bisbol itu ke tubuh anjingnya!" Gokudera menunjuk sesosok laki-laki yang seperti sedang tertidur pulas di pangkuan Bianchi. Yamamoto menelitinya. Tidak salah lagi, sosok itu tubuh aslinya!
Yamamoto berpikir keras.
Oh, jadi dia sekarang berada di tubuh Jirou? Lantas, siapa yang menempati tubuhnya sekarang? Amankah membiarkan tubuhnya seperti itu, nampak seperti sel kosong tanpa jiwa? Ia merinding.
"Auuu, auuu, woof woof!" Yamamoto mencoba menanyakan teorinya itu, namun gagal ー tentunya tak seorang pun mengerti apa yang ia maksudkan sekarang, tetapi semua orang memandanginya dengan penuh pengertian, seakan mencoba untuk memahaminya. Yamamoto mencoba lagi. Ia mengarahkan tangannya ー kakinya ー yang berbulu ke arah tubuhnya yang tertidur di pangkuan Bianchi, lalu menunjuk dadanya sendiri.
Gokudera memberinya tatapan bersimpati ー Yamamoto berani bersumpah ini pertama kalinya ia menerima tatapan seperti itu dari si Storm Guardian ー lalu berkata, "Ya, bisbol idiot, itu tubuhmu... Kau pasti baru menyadari betapa idiotnya wajahmu sekarang, setelah terlepas dari tubuh itu kan?"
Yamamoto menggelengkan wajah anjingnya, merasa geli sekaligus kesal. Akhirnya ia turun dari tempat tidur Tsuna ー terpeleset sebentar karena belum terbiasa berjalan dengan empat kaki ー menuju tubuhnya yang tertidur di pangkuan Bianchi.
"Apa sih yang dia lakukan?" Dino bergumam, penasaran.
Yamamoto tak mengacuhkannya, namun ia menendang bahu tubuhnya dengan kaki anjingnya.
"Hey," Bianchi mencoba menghalanginya. Yamamoto menggeram. Bianchi menarik kembali tangannya.
Yamamoto mencoba lagi, kali ini ia menendang pahanya tubuhnya sendiri. Tetap, tak ada reaksi.
Jadi, tubuh itu benar-benar seperti sel kosong sekarang. Ia tidak bertukar jiwa dengan Jirou atau apa; hanya jiwanya yang berpindah ke tubuh Jirou. Mungkin karena pada dasarnya, Jirou adalah refleksi dari kekuatan jiwanya, dan tidak memiliki jiwa sendiri...
"Woof!" ia mencoba memberi tahu mereka teorinya, namun tak bisa. Merasa sedih, Yamamoto terduduk di dekat tubuhnya yang kosong melompong itu.
Tsuna langsung meletakkan tangannya di bahunya. "Euhh.. Er.. Tenanglah Yamamoto-kun, kami pasti akan menemukan cara untuk mengembalikan tubuhmu seperti semula..." Ia menggigit bibir. "Ya kan, Giannini-kun?" Tsuna menanyakannya pada si mekanis gendut yang mulai keringatan.
Giannini mengelap keringatnya dengan sapu tangan. "Kami akan memperbaiki alat ini secepatnya, Yamamoto-kun, tenanglah..." gumamnya.
Reborn nampak kehabisan kesabaran. Ia ー masih berdiri di atas kepala Giannini, menghujamkan sol sepatunya dalam-dalam ke rambut hitam Giannini ー mengarahkan todongan pistolnya ke tenggorokan mekanis malang tersebut.
"Berapa hari?" tanyanya dengan suara datar. Di sebelah Yamamoto, Tsuna mengeluarkan suara seperti 'hiyeee!'.
"Uwaaah! Li.. Lima hari!" Giannini mencicit, matanya mengarah pada pistol di tenggorokannya. Tak satu pun makhluk hidup di sana yang cukup bodoh untuk mengusik Reborn lebih jauh. "Be.. Beri aku lima hari! Berbagai macam peralatannya ada di Italia, akuー "
"Tiga hari cukup, kan," Reborn menenggelamkan pucuk pistolnya makin dalam. Irie memucat bagai mayat sekarang.
"Baik! Baik! Tiga hari!" Giannini merajuk. "Meskipun bagaimana mungkin aku mencapai Italia dalam waktu sesingkat itu..."
"Hey teman," Dino Cavallone mendadak memotong rajukannya, "Kau pikir dengan siapa kau berurusan? Pesawat jet nomor satu di dunia adalah milik keluarga Vongola. Saat inipun kau bisa berangkat ke bandara dan mendarat di Italia esok pagi!"
Tsuna membuka mulutnya lebar-lebar, kentara sekali informasi itu cukup baru baginya. Yamamoto menyeringai melihat Tsuna bergidik sendiri.
"Baik. Pergi. Kau juga Shouichi," perintah Reborn. Mereka berdua langsung pergi, tak cukup bodoh untuk membuat masalah dengan Reborn yang sedang marah. Dino dan Romario menyusul mereka dengan cepat, berkata bahwa sebaiknya mereka mendampingi mekanis-mekanis tersebut selama penerbangan, yang disetujui oleh Reborn.
"...dan tubuh ini," Reborn berjalan ke arah tubuh Yamamoto yang tertidur, "Aku membaca bahwa tubuh tanpa jiwa akan rusak dalam waktu beberapa hari..." Yamamoto mengeluarkan bunyi 'guk' bersemangat, merasa lega karena Reborn tampaknya paham masalahnya. "...kita tak bisa mengambil risiko. Tsuna, buatlah pantatmu berguna! Telepon ambulans sekarang! Kita bawa dia ke rumah sakit. Setidaknya di sana, ia akan mendapatkan perawatan intensif."
"Ba... Baik!" Tsuna langsung berlari ke bawah, ke arah telepon.
Gokudera ikut berdiri.
"A.. Aku rasa... Kita harus menjelaskan sesuatu pada ayahmu juga, kalau tidak dia pasti cemas. Ak.. Akan kubilang bahwa kau menang lotere berlibur selama tiga hari ke Hokkaido atau apalah..." Gokudera menjelaskan dengan wajah sedikit merona.
Yamamoto menggonggong pelan, berterima kasih, dan berusaha nyengir dengan bibir anjingnya ー tidak mudah, dengan taring di mana-mana.
Gokudera membalikkan badan dengan cepat. "I... Ini bukan untukmu, tahu! Kalau ayahmu cemas kan nanti Bos juga yang repot!" kilahnya sambil berteriak-teriak dan menghilang dari kamar Tsuna.
Yamamoto tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya. Mendadak, sebuah tangan yang lembut mengelus kepalanya yang berbulu. Ia mendongak.
"Kau akan baik-baik saja," Bianchi bergumam menenangkan.
"Woof!" jawab Yamamoto, merasa sedikit tenang.
Tentu saja, ia akan baik-baik saja. Teman-temannya ada di sana.
Kabar tentang masuknya Yamamoto ke rumah sakit rupanya berhembus hingga mencapai telinga Sasagawa Ryouhei dan adiknya Kyouko, bahkan Miura Haru. Mereka bertiga segera berlari ke rumah sakit tempat Yamamoto dirawat keesokan paginya, dengan wajah panik dan penuh kesedihan.
Tsuna, Gokudera, dan Yamamoto (dalam tubuh Jirou) masih berada di sana ketika mereka datang. Dengan cepat, Tsuna menceritakan kecelakaan 'kecil' tadi malam kepada mereka bertiga, diakhiri dengan "...dan yah, Giannini dan Shouichi saat ini baru saja tiba di Italia ー barusan aku mendapat email dari Dino-nii. Heheh.."
Mereka bertiga membelalakkan mata menatap Jirou ー atau Yamamoto, lalu menolehkan wajah untuk melihat sesosok lelaki pucat dalam keadaan koma yang tergolek lemas di balik pintu ICU.
"Oh ya ampun, aku senang kau baik-baik saja, Yamamoto-kun," Kyouko berlutut di hadapan Yamamoto ー atau Jirou, tersenyum dengan lembut. Yamamoto mengeluarkan "woof!" pelan sambil menggoyang-goyangkan ekornya dengan penuh semangat.
Waw, sepertinya dia mulai terbiasa dengan ini...
"SOBAT!" mendadak Ryouhei memeluknya kencang, nyaris mencekiknya. Yamamoto meronta sedikit, namun merasa senang. "KUKIRA KAU BENERAN KOMA SAMPAI EKSTRIM! Jadi kau sekarang Yamajirou, heh? Yamamoto versi Jirou! HUAHAHAHAHAHA..."
Haru pun menariknya, mengelus-elus belakang telinganya. Yamamoto mendengkur senang. "Haru lega kamu nggak papa, Yama-kun," katanya sambil tersenyum cerah. "Giannini dan Irie-kun pasti bisa mengembalikanmu ke tubuh semula. Bersabarlah, ya?"
"Woof!" Yamamoto menyahut, menenangkan gadis itu. Haru tersenyum lagi.
Mereka berlima berbincang-bincang sejenak setelah itu, lalu memutuskan untuk ke luar membeli makan. Dengan ujung moncongnya, Yamamoto mendorong mereka berdua untuk pulang dan beristirahat saja, mengingat Tsuna dan Gokudera bahkan belum pulang sama sekali sejak tadi malam, dengan sabar menunggui tubuh Yamamoto dan mengurus administrasi rumah sakit. Mereka berdua sempat menolak dengan keras kepala, namun dengan sama gigihnya Yamamoto akhirnya berhasil meyakinkan mereka bahwa ia akan baik-baik saja. Akhirnya, meski dengan keraguan yang terpancar dari wajah mereka berdua, mereka meninggalkan Yamamoto sendirian, berjaga di depan pintu kamar tempat tubuhnya terbaring koma.
Menelungkup sendirian, Yamamoto membiarkan kesedihannya mengalir. Kecemasannya terhadap tubuhnya, kekhawatirannya akan turnamen bisbol sebentar lagi, dan berbagai pikiran lain berkecamuk dalam benaknya. Namun, hal terakhir yang diinginkannya adalah membuat teman-temannya khawatir. Ia tak boleh tampak bersedih di hadapan mereka ー apalagi di hadapan Tsuna, yang memiliki hyper intuition.
Yamamoto nyaris tertidur ketika mendengar suara langkah kaki beradu dengan lantai keramik menuju ke arahnya, pelan hingga nyaris seperti desiran angin, bahkan di telinga anjingnya yang tajam. Ia menegakkan tubuh, untuk melihat siapa yang datang.
Hibari Kyouya, mengenakan celana hitam dan atasan abu-abu tua, sedang berjalan ke arahnya dengan cepat dan angkuh. Ia tidak memakai jaket prefeknya yang seperti biasa hari Sabtu ini. Yamamoto nyaris tersedak melihatnya.
Apa yang dia lakukan di sini? Yamamoto bertanya-tanya, agak terengah melihat Hibari tanpa baju sekolahnya yang biasa.
Hibari rupanya menyadari keberadaan 'anjing' itu di sana. Setelah menundukkan badan agar sejajar dengan anjing itu, ia tersenyum ー Hibari Kyouya, tersenyum! ー dan mengelus-elus pucuk kepala anjing itu
"Hai kau makhluk kecil," Hibari menyapanya, masih sambil tersenyum. "Kau kepunyaan si herbivor itu kan?" Yamamoto menegang ketika Hibari menyentuh simbol api biru di dahinya, namun tidak berbuat apa-apa. Rasa penasaran memuncak dalam diri Yamamoto terhadap pria di depannya ini.
Tiba-tiba Hibari bangkit, lalu langsung memandang ke arah tubuh Yamamoto yang terkulai lemas di balik pintu itu. Menit demi menit berlalu. Ia tetap di sana, menatap lurus tubuh pucat itu, tak berkata apa-apa, juga sama sekali tak menunjukkan ekspresi apapun.
Yamajirou ー begitu Ryouhei menyebutnya ー mulai mendekatinya, menggesek-gesekkan moncongnya ke kaki Hibari. Hibari menunduk melihatnya, namun senyuman di awal pertemuan mereka tadi tak kembali ke wajahnya.
"Herbivor itu kelihatan menyedihkan," komentarnya dengan suara pelan, seolah-olah ia berusaha keras untuk menahan emosinya. "Kau tahu siapa yang membuatnya begini, teman kecilku? Oh, tak masalah siapa. Akan kugigit sampai mati begitu aku tahu."
Yamajirou mengeluarkan "woof" pelan namun bersemangat. Tak mungkin kan seorang Hibari ー ya, Hibari yang dingin itu! ー mengkhawatirkannya?
Seolah mengkonfirmasi pertanyaan Yamajirou yang tak terucapkan, Hibari mendadak berbicara dengan pelan, "Kau tahu, kejadian ini nyaris seperti deja vu. Baru beberapa bulan yang lalu ia tergeletak di rumah sakit ini, dalam keadaan koma juga, nyawanya nyaris lenyap. Kau tahu kenapa? Dibantai temannya sendiri. Hah!" Hibari mendengus kesal. "Sungguh makhluk bodoh. Para herbivor harusnya memiliki caranya sendiri untuk bertahan hidup. Kadang Yamamoto Takeshi benar-benar membuatku kesal! Dan lihat dia sekarang, terbaring seperti makhluk tanpa tulang belakang seperti itu padahal dia bilang ada turnamen bisbol penting beberapa minggu lagi!"
Yamamoto memandangi prefek sekolahnya dengan mulut ternganga. Dia tidak menyangka Hibari memikirkannya sejauh itu... Dan ini juga baru pertama kalinya ia mendengar Hibari berbicara sebanyak itu dalam satu kalimat.
"Woof woof!" Yamajirou menggoyang-goyangkan ekornya dengan bersemangat, rasa penasaran terhadap pria itu makin besar dalam dirinya.
Hibari memandanginya dengan sedih. "Kesepian, ya?"
Yamajirou berusaha menggeleng. "Woof!" Ia sungguh ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, namun tak bisa.
Tiba-tiba kedua tangan Hibari merengkuhnya, mendekapnya erat. Yamamoto kaget, namun tak mengelak. Dia bisa merasakan kedua tangan yang hangat itu melingkari lehernya. Melalui penciumannya yang tajam, ia bahkan bisa menebak wangi sampo dan sabun yang dipakai Hibari untuk mandi pagi itu ー wangi musk, antiseptik, dan sedikit aroma lavender. Pikiran Yamamoto langsung kemana-mana.
Dalam hati Yamamoto mendesah. Satu hal yang pasti, saat ini ia bersyukur Hibari tidak melihatnya dalam wujud manusia ー karena jika iya, pastilah wajahnya sudah sangat merah padam.
Beberapa saat kemudian, Hibari melepaskan pelukannya terhadap Yamajirou. Wajahnya nampak kuyu, pikir Yamamoto.
Hibari memaksakan senyum kecil sesaat terhadap anjing itu sebelum berkata, "Aku pasti akan menemukan siapapun yang membuatnya menderita. Dan menggigitnya sampai mati." Lalu ia membalikkan badan, berjalan cepat dan ringan, tidak memandang ke belakang lagi.
Yamamoto tanpa ragu mengikuti Sang Penjaga Awan, berusaha mengimbangi langkahnya.
Hibari menoleh, merasa ada yang mengikuti, sebelum tatapan matanya berhenti di anjing yang memancarkan api biru terang itu.
"Apa yang kau lakukan?" Hibari memandanginya dengan heran. Yamajirou hanya menggoyangkan ekornya.
"Pulanglah. Majikanmu membutuhkanmu." Ia membalikkan badan dan berjalan lagi, kali ini lebih cepat. Namun Yamajirou tidak menyerah ー ia terus mengikuti pria itu.
Akhirnya Hibari menyerah, melambatkan langkahnya. "Oke, oke. Kau boleh mengikutiku, tapi sehari saja!"
Yamajirou mendengkur senang.
.
.
So, this is the end of chapter 1.. :p
Maaf banget ya, masih banyak sekali kekurangannya.. Namun di chapter berikutnya saya akan berusaha! Anyway, don't miss the next chapter... yang pasti lebih bikin doki-doki. Dua hari di rumah Hibari, apa yang akan terjadi pada yamachin? Lol.
Jaa~ nee~ :*
