Appa My Love - Chapter 1
* Broken Heart Because of Prince Charming *
(Page 1)
Hari ini Kyungsoo sedih, kesal dan kecewa. Kalau bisa sejak makan siang tadi, dia ingin bolos saja dan lari pulang untuk menangis sampai puas. Sayangnya, kegiatan menangis sampai air mata kering itu harus tertunda sampai jam 4 sore. Ulangan Bahasa Inggris menantinya jadi tak mungkin dia bolos.
Begitu bel tanda pulang berbunyi, Kyungsoo segera berlari keluar kelas bahkan tak menjawab panggilan Baekhyun dan Jongdae yang terbingung-bingung melihat tingkah sahabat mereka.
Hari ini Kyungsoo tidak naik bus melainkan taksi. Dia benar-benar ingin segera mengunci diri di kamar. Sepanjang perjalanan dia terdiam, dadanya sesak. Si supir taksi sampai cemas dan mengira Kyungsoo sakit.
"Sudah sampai, nak".
"Trims paman. Ambil saja kembaliannya".
Si supir taksi tersenyum prihatin. Bukan masalah uang karena memang Kyungsoo memberi lebih tapi anak itu kelihatan berwajah putus asa dan pucat.
Kyungsoo lari kencang ke dalam rumah, tak peduli dia membanting pintu cukup keras, membuat bibi rumah kaget bukan main. Dia masuk kamar secepat kilat, menguncinya lalu menghempas tas sekolah dan akhirnya berbaring di ranjang tanpa berganti pakaian. Dia menangis sejadi-jadinya. Yah, untungnya kamarnya ada di lantai dua dengan pintu kayu cukup tebal, jadi tak menimbulkan kecurigaan sang bibi.
Bantal dan guling basah karena air mata Kyungsoo, namun dia tak juga berhenti menangis. Kesal, dia malah menggigit bantal tak bersalah itu dengan gemas.
"Aku benci hyung ! Kamu jelek !". Kyungsoo mendelik sebal ke arah foto berukuran 4R yang terpasang di figura kecil di atas meja belajarnya. "Tak punya perasaan ! Huhuhuhu _ ". Dia terus menangis sampai akhirnya kelelahan. Tatapannya beralih ke langit-langit, tangisannya terhenti berganti cegukan. "Jam berapa ini, hiks ?". Matanya membola begitu sadar waktu sudah menunjukkan jam 6 sore. Ternyata dia menangis selama 2 jam. Baru kali ini Kyungsoo yang cuek dan tegar menangis selama itu. Pantas tenggorokannya terasa kering dan dia merasa begitu lelah. Dadanya berat. "Semua gara-gara kamu, hiks". Lagi dia melempar tatapan galak ke arah foto di meja belajarnya.
"Kyungie sayang". Terdengar panggilan lembut disertai ketukan. "Boleh appa masuk ?".
Kyungsoo menghapus bekas air mata lalu terduduk. Kepalanya masih pusing gara-gara menangis. Dengan langkah gontai dia pun membuka pintu kamar, membiarkannya terbuka sedikit kemudian kembali ke ranjang, duduk bersandar ke kepala ranjang sambil memeluk guling yang setengah basah.
Jongin masuk ke kamar anak semata wayangnya setelah menutup pintu tanpa menguncinya. "Bibi bilang kamu membanting pintu sepulang sekolah tadi. Biasanya Kyungie selalu menyapa bibi dengan ceria, tak pernah membanting pintu seperti itu". Dia duduk di dekat Kyungsoo, memperhatikan wajah sedih anak itu dengan penuh tanda tanya. Tak ada jawaban, Jongin pun menyodorkan segelas air putih. "Minum dulu ya, supaya cegukanmu berhenti".
Si anak mengangguk dan menghabiskan minuman lalu menaruh gelas kosong di meja lampu tidur.
"Apa Kyungie ingin cerita sekarang ? Atau kita bisa makan malam. Bibi masak enak loh".
Kyungsoo menarik nafas dalam-dalam, cegukannya akhirnya berhenti juga. Dia tertunduk, tak berani menatap wajah appa tersayang. Cerita ini memalukan tapi bagaimana lagi. Kalau tak diceritakan nanti malah terus menyumbat dalam hati. "Uhm, Kyungie sudah suka kakak kelas ini sejak SMP. Kyungie pikir masuk SMA yang sama dengannya adalah kesempatan untuk jujur padanya. Dia baik dan perhatian pada Kyungie. Itu cukup meyakinkan. Hari ini Kyungie bilang padanya kalau Kyungie suka, cinta lebih dari teman. Appa tahu dia jawab apa ?".
Jongin menggeleng.
"Kyungie masih labil belum mengerti masalah cinta. Lagipula dia bilang _ dia tak suka laki-laki". Sebulir air mata bening menetes dari pelupuk mata, mengingat kata-kata itu sungguh menyakitkan.
"Oh Kyungie". Jongin mengusap lembut pipi Kyungsoo seraya menghapus air mata dari pipi bundar itu. "Appa tak akan bilang jangan dipikirkan karena kamu pasti memikirkannya. Kamu tahu ? Kejujuran itu menyakitkan tapi jujur lebih baik daripada bohong. Kamu sudah jujur padanya setidaknya hatimu lega dan anak itu, Lee Taemin kan ?".
Kyungsoo membelalak kaget namun mengangguk.
"Appa lihat tulisan dibalik figura itu, ada nama Lee Taemin". Jongin terkekeh namun beberapa detik kemudian wajahnya kembali serius. "Taemin juga jujur. Dia tak mau memberi harapan palsu padamu, yah meski kata-kata kamu masih labil setengah benar".
"Appaaaaaa _ !". Kyungsoo merajuk.
"Dengar Kyungie, kamu baru lima belas tahun, masih banyak waktu untuk menanyakan pada dirimu sendiri tentang cinta dan harapan. Kalau kamu memang merasa yakin pada seseorang dan itu tak tergoyahkan maka itu artinya memang cinta". Jongin mengelus rambut halus Kyungsoo. "Apa Taemin jadi menjauhimu ?".
"Tidak. Katanya kami tetap berteman baik, tapi dia tak bisa membalas perasaan Kyungie".
"Itu bagus, setidaknya dia bersikap dewasa".
"Apa menyukai sesama laki-laki itu salah ?". Kyungsoo menatap lurus ayahnya, berharap sang ayah memberi jawaban jujur nan tulus.
"Terlihat salah di mata banyak orang karena itu tak biasa tapi perasaan tak bisa dipaksa. Kalau memang menyayangi seseorang dengan tulus kamu tak akan berpikir masalah gender atau status".
"Menurut appa, aku salah ?".
"Apapun pilihanmu, appa tetap menyayangimu sepenuh hati".
Kyungsoo meraih tangan Jongin di pipinya lalu menggenggamnya erat. "Terima kasih appa, sudah membesarkan dan menyayangi Kyungie meski Kyungie bukan anak kandung appa".
Jongin mengecup kening Kyungsoo cukup lama. "Appa lah yang berterima kasih. Kamu selalu membuat hati appa bahagia dengan senyum dan tingkah lucumu.
Kyungsoo tersipu malu, semburat pink menghiasi pipinya. Yah, sang ayah memang selalu memanjakannya. Meski Jongin relatif muda saat mengadopsinya. Saat itu Kyungsoo berusia 7 tahun belum lama menghuni panti asuhan sejak kedua orang tuanya hilang dalam bencana tsunami di Pulau Maladewa dan waktu itu Jongin berusia 19 tahun.
Keputusannya kala itu sempat ditentang orang tua yang menginginkan anaknya fokus pada urusan kuliah. Namun demikian ketika Jongin menjelaskan kalau dia kesepian akhirnya orang tuanya pun mengijinkan. Tak bisa disalahkan, sejak kecil Jongin tumbuh sebagai anak tunggal.
"Kyungie dengar kakek dan nenek (A.N : Maksudnya adalah orang tua Jongin) ingin appa segera menikah. Apakah appa sudah punya calon ?".
Jongin tersenyum kecil. "Selama ini appa sibuk kerja, yah pernah kencan beberapa kali tapi tak berlanjut".
"Kakek, nenek mengancam kalau appa tak segera memperkenalkan calon istri, mereka akan mencarikan perempuan untuk appa nikahi". Kyungsoo mengerucutkan bibir, dalam hati prihatin juga kalau ayahnya menikah dengan cara terpaksa.
"Bagaimana menurut Kyungie ? Kalau kita bicara calon istri appa itu berarti calon umma-mu. Appa tak akan menikah dengan wanita yang tak menyayangimu".
"Sebenarnya Kyungie takut". Kyungsoo meremas ujung seragamnya dengan jari-jari kecilnya. Appa tak akan memperhatikan Kyungie lagi, terutama kalau appa sudah punya anak kandung". Kyungsoo berucap sedih, membuat hati Jongin terenyuh.
Jongin tahu bagaimana rasanya sendiri dan kesepian. Dia merengkuh tubuh kecil Kyungsoo ke dalam pelukannya. "Appa akan menikah kalau Kyungie sudah siap dengan keluarga baru. Yang Kyungie harus tahu, appa akan selalu menyayangi Kyungie sepenuh hati. Tak akan berkurang sedikit pun".
"Kakek, nenek tak akan marah ?".
"Mereka menyayangimu, Kyungie, bahkan mungkin lebih sayang daripada ke appa-mu ini". Jongin terkekeh. "Mereka pasti mengerti kalau appa jelaskan. Lagipula appa belum setua itu kan ?".
Kyungsoo melepaskan diri dari pelukan Jongin. Matanya menatap sang ayah lekat. "Sama sekali tidak. Appa tampan, teman-teman sekolahku saja iri. Appa tahu, bahkan gadis-gadis di sekolah banyak yang naksir appa. Baekhyun cerita".
Jongin tertawa lepas, merasa lucu akan apa yang baru saja didengarnya. "Bilang Baekhyun, jangan sekali-kali memberikan nomor telpon appa ke gadis-gadis itu".
Kyungsoo menggembungkan pipi bulatnya. "Tentu saja tidak ! Aku sudah mengancamnya. Awas saja kalau dia berani. Kupastikan dia tak akan bisa mendekati Chan Hyung" (A.N : Chanyeol adalah keponakan Jongin yang berarti sepupu Kyungsoo).
"Bagaimanapun Baekhyun dan Jongdae itu sahabat-sahabatmu. Appa tahu mereka anak-anak baik".
"Iya appa".
"Mukamu kusut. Mandi lah dan ganti baju. Appa juga akan mandi lalu kita makan bersama bibi di bawah".
Jongin beranjak dari ranjang Kyungsoo. "Oh ya, bagaimana kalau besok kita nonton film dan belanja ? Anggap saja traktiran appa karena kamu patah hati".
"Asikkkkk ! Aku ditraktir appa !". Kyungsoo menggelayut manja di lengan sang ayah lalu mencium pipinya, membuat ayahnya tersenyum geli.
Bersambung ...
