Ada kalanya cahaya bintang milikku meredup dan jatuh tergantikan bintang yang baru

Dan jika saat itu tiba, aku hanya akan menjadi malam untuknya agar bintangku tetap bersinar dengan caranya sendiri

.

.

.

Yewon Fanfiction

.

Hoshi no Tame Ni

.

Arika Tooru

.

Oke, Tooru kembali dengan twoshoot, dipostnya mepet-mepet mau uji nyali (UAS) nih besok, doain ya readers-chan T_T

Ff ini udah lama banget bertelur menemani ff lainnya yang terbengkalai di folder, bikin pas jaman-jamannya si Jongwoon wamil tapi baru sempet lanjut kemarin sore hehe

Semoga ga mengecewakan ya, lagi ngelatih nulis ff lagi nih kaku banget rasanya, siapa tau liburan nanti ffn bakal banjir ff punya saya huahaha *tawa iblis*

Oh ya, lupakan typonya ya. Padahal saya udah menekan seminimal mungkin mendekati limit kemunculan typo tapi ya namanya juga manusia yaa.. *abaikan*

Okedeh, selamat menikmati dan selamat membaca~~

.

.

.

Bungkukan hormat yang terakhir untuk para staf sebelum Kim Jong Woon benar-benar keluar dari gedung agensinya itu, jadwalnya hari itu tidak terlalu banyak tapi tetap saja sedikit keterlaluan jika harus memanggilnya sesore ini hanya untuk membicarakan soal pekerjaan. Tapi toh ia tidak terlalu peduli, tubuhnya letih, pulang lebih cepat pun tak ada bedanya. Mungkin jika ia diperbolehkan, ia akan lebih memilih pergi entah kemana ketimbang kembali ke rumah –setidaknya untuk saat ini.

Yesung membenarkan letak topinya, menurunkannya agar wajah yang terlalu familiar miliknya bisa sedikit tertutupi. Melewati beberapa staf disana juga sekumpulan gadis di sebrang sana yang ia berani bertaruh sebagian dari mereka adalah penggemarnya, bisa di lihat dari wajah mengaggumi gadis-gadis itu yang sebagian bahkan berteriak memanggilnya. Tidak ingin di cap buruk –meskipun mood nya benar-benar tak baik, Yesung menyempatkan diri menyapa, hanya sekedar senyuman kecil dan lambaian tangan.

Ia segera berlari kecil ke arah mobilnya yang terparkir di basement. Beruntung tadi pagi ia dengan geniusnya membawa mobil, setidaknya ia bisa pergi ke tempat dimana ia bisa beristirahat dengan tenang. Sebenarnya rumah orang tuanya cukup nyaman untuk tempat istirahat, tapi untuk kali ini saja ia benar-benar tidak ingin diganggu siapapun.

Ia jengah, raga, jiwa, dan batinnya sudah amat letih. Jika dulu ketika ia merasa seperti ini, ia hanya akan bermain dengan para dongsaengnya di Super Junior –lebih tepat di permainkan seperti biasa. Tapi kali ini justru orang-orang itu yang ia hindari.

Tidak! bukan berarti kini ia membenci mereka. Sungguh, ia berani bersumpah tidak ada yang lebih peduli dari keluarganya selain para dongsaeng dan hyung di groupnya itu. Ia menyayangi Super Junior, semuanya tahu akan hal itu. Bahkan mungkin ia rela mundur dari dunia hiburan yang dicita-citakannya jika itu hal yang terbaik yang bisa ia lakukan untuk Super Junior.

Hanya, saat ini bukan waktu yang tepat untuk bernostalgia. Ia butuh situasi yang benar-benar membuatnya merasa lepas. Untuk kali ini ia ingin menghindar, mungkin jika ia bisa ia ingin menghilang saja dari dunia ini. Atau misalkan diasingkan ke suatu tempat tanpa ada orang yang tahu, atau apalah.. apa saja yang bisa membantunya lari dari masalah yang menurutnya menyebalkan.

Dunia hiburan korea sempat gempar sekitar seminggu yang lalu, dan ia lah dalangnya. Sebuah rumor kencannya dengan salah satu dongsaengnya muncul kepermukaan. Ia pun tak tahu mengapa hal ini bisa terjadi, mungkin ia harus mengakui paparazzi yang membuat rumor itu sungguh licik juga cerdik –seperti si kancil. Meski agensi mereka sudah menyangkalnya dengan alasan yang logis dan dapat di percaya, tapi di sisi lain ia tetap harus waspada, tidak akan ada asap jika tidak ada api. Rumor itu tetap tak mereda.

Sebenarnya bukan itu masalah yang mengganggu. Skandal ini lebih di gemari di dunia hiburan Korea ketimbnag rumor kencannya. Ini muncul dari ketidak konsistenannya untuk memilih antara dua keputusan yang akan berdampak sama untuknya. Memilih antara menyerah dan tetap bertahan dengan konsekuensi sama –terluka, yang akhirnya juga pasti sama –ia harus pergi.

Pilihan bodoh! Dan si –secara tidak langsung– pembuat pilihan yang sama bodoh!

Choi Siwon idiot! Berengsek! Berengsek!

Bagaimana bisa si sialan itu membuatnya menjadi layaknya mayat hidup seperti ini?! hidupnya melayang tanpa tujuan, hatinya kebas, rasanya seperti mati. Jika dikatakan mati, setidaknya ia tidak akan merasakan denyut menyakitkan dari dadanya lagi bukan? Dan jika di katakan hidup, ia tidak akan semati rasa ini. Rasanya seperti satu bagian dari edo tensei, meski di sakiti sejuta kali ia tak dapat mati, dan hanya akan terus hidup dengan semua luka yang ia dapat.

.

.

.

Menjelang larut, Yesung akhirnya pulang ke rumah orang tuanya. Bagian bahu kemeja birunya terlihat sedikit berwarna lebih tua karena basah oleh rintik air hujan. Ia melepas topinya lalu menghampiri sang umma yang duduk di ruang tv untuk sekedar mencium pipi sang umma.

"kau pulang?" sang umma membalas mencium pipi putranya, Yesung hanya mengangguk dan tersenyum. "mandilah, setelah itu makan. Umma sudah memasak makanan kesukaanmu."

"tidak umma, aku hanya ingin cepat tidur. Aku akan memakannya jika lapar nanti.." ia segera naik ke kamarnya mengabaikan teriakan sang umma yang menyuruhnya untuk mengisi perut.

Hanya butuh waktu 20 menit untuk Yesung membersihkan diri, ia duduk di sebuah kursi yang terletak di balkon kamarnya. Seoul tengah diguyur hujan rintik, langit gelap yang menyeramkan tapi cantik disisi lain –cerminan dirinya. Hujan adalah awal mula kehidupan. Hujan adalah pahlawan yang menyatukan langit dan bumi yang tak pernah bisa menyatu. Selalu ada cara untuk bisa menghubungkan segalanya, mungkin ia harus mulai belajar dari alam.

Yesung sangat mencintai langit. Karena itu ia menamai penggemarnya dengan salah satu objek langit. Tapi ia tak ingin menjadi langit. Menurutnya langit dan bumi seperti kisah cinta yang menyedihkan. Bagaimanapun caranya mereka tak ditakdirkan untuk bersama dan tidak diizinkan hanya untuk bertemu sekali saja, hanya dihubungkan oleh hujan dan atmosfer yang tak kasat mata, menyedihkan.

Jika di bandingkan dengan kisAhnya, jelas jauh berbeda. Setidaknya seribu kali lebih beruntung karena diizinkan untuk bersama meski akhirnya tetap saja sama, menyedihkan. Semula ia kira ketika dibuat jatuh cinta untuk pertama kalinya oleh orang itu, ini akan menjadi pelabuhan cintanya yang terakhir. Ia kira ini adalah akhir dari pencariannya, tapi sepertinya ia harus lebih belajar kepada hidup karena begitu sulitnya mendapatkan kenyataan yang sejalan dengan apa yang ia pikirkan.

Kisah cintanya memang berjalan mulus dan baik-baik saja, jika hanya kerikil kecil mudah baginya untuk melewati bahkan menginjak persoalan sepele tersebut, ia lupa badai bisa datang kapan saja tanpa bisa ia melakukan apapun untuk persiapan.

Pintu diketuk dua kali sebelum Yesung tahu ada seseorang yang masuk kekamarnya dan menghampirinya. Hampir sepersekian detik jongjin sudah berdiri di sana –di dekat pintu jendela.

"hyung, kau kemana saja?"

"ada apa?"

"Siwon hyung datang sore tadi, ia juga ke kantor agensi untuk menjemputmu tapi kau tidak ada"

Yesung terdiam sebentar, sejenak ia seolah kehilangan jiwanya. "untuk apa dia mencariku?"

"hyung.."

"keluarlah, aku ingin tidur. Aku lelah sekali tadi.." Yesung memutuskan untuk kembali masuk ke kamarnya lalu berbaring di tempat tidurnya, sengaja tidur memunggungi jongjin.

"kau yakin akan melepasnya hyung?" jongjin mengikuti Yesung kedalam lalu menutup pintu balkon dan menarik tirai untuk menutupinya.

"selain itu memang apa yang bisa ku lakukan?" jawab Yesung dengan suara rendah.

"tapi kau belum tahu kebenarannya kan?"

"aku tidak mau menjadi egois disini, ada yang lebih membutuhkannya dariku"

Jongjin menatap punggung hyung-nya dengan wajah sedih, sudah sangat lama sekali dari terakhir kali ia melihat Yesung yang diam seperti sekarang ini, semua itu pasti sangat membebani hyungnya. "keputusan semuanya ada ditanganmu, tapi setidaknya jangan menyiksa dirimu seperti ini. Makanlah, sejak kemarin kau tidak makan. Umma sangat khawatir melihatmu."

"aku akan makan jika aku lapar. Aku ingin tidur jongjin-ah, bisakah kau keluar?" nada seruan final yang tak bisa di ganggu gugat. Yesung menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, dan jongjin tidak bisa melakukan apapun lagi kecuali mengikuti perintah Yesung, ia meninggalkan Yesung sendirian.

Berapa usianya sekarang? Tiga puluh satu? Bukankah ia sudah cukup matang dan dewasa untuk mengambil sebuah keputusan untuk masa depannya?

Memorinya sangat bagus jika mengingat hal-hal yang menyakitinya. Seperti beberapa hari yang lalu, seorang yeoja datang dengan keadaan tengah mengandung, dan dua hari setelahnya berita skandal tersebut sudah beredar di media. Ia tahu yeoja itu adalah mantan kekasih Siwon, Ahn Min Hyun.

Meskipun Siwon menyangkalnya habis-habisan, tapi foro-foto intim Siwon dengan seorang yeoja dalam keadaan naked di atas ranjang seperti ingin mempermainkan hubungan Yesung. ia tak ingin percaya, tapi Yesung terlalu mengenali kekasihnya. Itu memang Siwon.

Belum lagi masalah pemberitaan hampir seminggu yang lalu yang sepertinya masih jadi incaran paparazzi. Ia yakin mereka juga akan mulai memburunya untuk di sangkut pautkan dengan skandal Siwon. Tsk! Persetan benar atau tidak, kenapa ia harus terlibat juga?

Semua itu seperti sesuatu yang mengikat kepalanya dan menempeli bahunya, tak kasat mata tapi begitu membebani.

Matanya sama sekali belum terpejam, padahal tubuhnya benar-benar sangat letih dan matanya yang terasa panas. Matanya harus segera menutup agar besok pagi ia bisa kembali berpura menjadi pria sehat tanpa rasa sakit, tapi seseorang terdengar mengetuk pintu kamarnya lagi, ia tak berniat membuka pintu, ia tak ingin bertemu siapapun, jadi Yesung hanya menutup matanya berpura-pura tertidur.

"Yesung.." suara itu, kenapa si sialan itu ada di sini? Terdengar samar-samar suara pintu yang terbuka lalu tertutup. Ia bisa merasakan sentuhan lembut pada lengannya, ia yakin Choi Siwon sudah duduk di sisitempat tidurnya. "aku tahu kau belum tidur, ayo kita bicara"

Belum mau merespon, Yesung masih diam menahan segala rasa muak. Bagaimana mungkin suara itu terdengar biasa saja? seolah semua yang terjadi hanya masalah sepele. "sayang.. bicaralah padaku, jangan menghindar seperti ini.."

Menghindar? Cih! Kenapa jadi ia yang terdengar pecundang disini? Haruskah ia mengingatkan namja yang kini di dalam kamarnya itu untuk bercermin?

Setelah sekian lama mempertimbangkan segala resiko terburuk yang akan di dapatnya, Yesung bergerak membalik tubuhnya, mengubAhnya menjadi posisi duduk. Siwon bisa melihat dengan jelas wajah menyedihkan Yesung, raut lelAhnya dan matanya yang merah.

"ya, ayo kita bicara" Siwon menatap Yesung sebentar sebelum menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Yesung lalu memeluk tubuh yang beberapa hari ini tidak memberinya kabar apapun. Beberapa hari terakhir Yesung seolah hilang ditelan bumi, Siwon tak bisa menemuinya dimanapun. Ponselnya total tak bisa di hubungi, menghubungi jongjin pun dongsaeng kekasihnya itu seperti menghindar tak ingin membantu. Bukan tidak ingin membantu sebenarnya, jongjin hanya tidak mau membuat keduanya semakin salah paham, dan jongjin yakin hyungnya butuh waktu untuk sendiri.

"kau tidak bisa membayangkan betapa aku merindukanmu" Siwon menggumam dalam pelukannya. Yesung mulai bergerak tak nyaman lalu dengan gerakan lembut tapi tegas, ia mendorong dada Siwon untuk melepas pulakannya.

"sebaikanya bicara di apartment mu"

"apartment ku? Itu apartment kita sayang.."

"bukan lagi" Siwon menatap Yesung sedih, Yesung benar-benar tak mau menatap matanya. Ia sungguh butuh sisi sifat Yesung yang ke-bapak-an saat ini, Yesung tidak pernah menunjukan sisi itu kepadanya. Jikapun ia tengah menghadapi masalah, Yesung hanya akan bermanja padanya lalu memberi masukkan dari sudut pandang obyektif maupun subyektif. Karena Yesung sudah menghafalnya luar dalam, Yesung tahu cara menghiburnya dengan tepat. Tapi sekarang? Ini akan sulit.

Tangan Siwon meraih wajah Yesung mengangkatnya sedikit, berharap fokus Yesung beralih. Ia mengusap lembut pipi Yesung dengan ibu jarinya, "sayang, makan dulu ne?"

Siwon sedikit terkejut, Yesung menatapnya dengan tatapan dingin dan melepas tangan Siwon dari wajahnya lalu lebih dulu turun dari tempat tidur untuk mengganti piyamanya dengan pakaian yang lebih pantas.

.

.

.

Yesung mendahului Siwon memasuki apartment, yang pertama ia lihat adalah keadaan rumah yang sedikit berantakan oleh beberapa barang wanita. Entah mengapa melihat keadaan itu emosi Yesung tiba-tiba memuncak, jadi keluarga bahagia itu sudah tinggal bersama? Ia mengambil langkah besar ke dapur berniat mengambil segelas air dingin untuk meredakan sedikit emosinya. Dahinya berkerut tak suka ketika ia menemukan note kecil yang menempel di pintu lemari pendingin.

'aku keluar sebentar. Aku akan segera kembali' dengan bonus tanda hati di akhir kalimat. Great!

Yesung menghela nafas gusar, kepalanya tiba-tiba saja berdenyut, pusing, ia mengusap tengkuknya lalu pergi ke kamarnya –bersama Siwon. Tapi luka itu sepertinya betah berlama-lama menggoda hatinya, Yesung mendapati kamar yang biasa ia gunakan bersama Siwon kini berubah, koper-koper itu, pakaian wanita yang berserak di tempat tidaur dan make up mengiasi nakas kamar. Air mata mulai melesak keluar tapi di tahannya sekuat tenaga, ia mendongak mencegah air matanya mengalir. Akhirnya ia kembali ke luar lalu duduk pasrah di sofa ruang tv.

Yesung menatap kosong lantai di sekelilingnya, tempat dimana ia menghabiskan waktu berdua bersama Siwon itu kini penuh dengan wangi feminim yang ia yakini berasal dari farfum kekasih kekasihnya. Kekasihnya? Rak sepatu di rumah itu pun bukan lagi sepatunya yang berjejer di bersebelahan dengan sepatu Choi Siwon, tapi kini sudah di penuhi sepatu-sepatu berhak tinggi.

Hampir dua tahun ia tinggal di rumah ini –berdua. Choi Siwon sudah mendedikasikan apartment itu sebagai rumah mereka, baru kali ini ia merasa seperti tamu di rumah yang ia akui sebagai rumAhnya sendiri. Mungkin ia harus siap jika suatu saat nanti namanya harus di hapus dari kepemilikan rumah itu.

Siwon datang menghampiri lalu duduk di samping Yesung, dengan lembut namja tampan itu meraih tangannya, menggenggamnya. Yesung tak memiliki cara untuk mengungkapkan semua yang ia rasakan, ini terlalu tiba-tiba, ia terlalu terkejut hingga sampai akhir mungkin kata yang mewakili perasaannya itu tak akan pernah keluar. Dan posisi Siwon pun sama, ia tak punya penjelasan yang lebih bisa meyakinkan Yesung dan menyelamatkan kekasihnya itu dari situasi ini.

"kau percaya padaku kan?" tanya Siwon ragu, meskipun ia menjelaskannya beribu kali, ia tahu Yesung akan memikirkannya lagi. Yesung adalah namja tak acuh tapi pemikir, Siwon tidak ingin Yesung mengerti posisinya, ia hanya ingin kekasihnya itu percaya.

"aku tidak tahu" Yesung mendesah gelisah, "aku ingin, tapi aku tak punya cukup alasan untuk itu"

"kenapa? Foto-foto itu tak bersumber, aku bisa membuktikannya padamu"

"bukan itu yang terpenting" Yesung menahan nafas, "kita akhiri saja ini, kau dan aku.." ucap Yesung dengan suara sangat rendah bahkan hampir terdengar seperti bisikan. Meskipun begitu Siwon tahu, Yesung tengah mati-matian menahan tangisnya karena suara itu bergetar samar.

"kenapa kau bicara seperti itu?" Siwon menjawab lirih dengan wajah putus asa, jika bukan untuk mempertahankan Yesung mungkin kini ia sudah memilih menyerah. "apa kau benar-benar tidak percaya padaku?"

"kau masih mencintainya"

"apa kenyataan sesimple perkiraanmu itu? Sudut pandang mana yang kau lihat?!"

"dari awal kedatangannya aku sudah menyadari. Kau tak banyak bicara dan hanya diam saja dengan apa yang Minhyun katakan. Kau juga hanya menerima saran orang tuamu, tanpa bertanya apa pendapatku. Aku benar-benar seperti orang asing di antara kalian, seperti tak memberi pengaruh dan tak terpengaruh sedikitpun. Jika benar anak dalam kandungan itu bukan putramu, atau jika kau memang sudah melupakannya dan ingin mempertahankanku, harusnya kau menjelaskan dan mengelaknya dari awal! Tidak diam dan menunggu foto-foto itu beredar, setelah kau merasa semua tak masuk akal baru kau mencariku dan menjelaskan semuanya. Kau anggap apa aku Choi Siwon?! Kau juga menganggapku orang asing?!"

"aku hanya terlalu terkejut, ini begitu tiba-tiba jadi –"

"aku pun sama sepertimu! Di tambah sifatmu yang seperti itu, tidakkah kau tahu bagaimana rasanya?" Yesung menyentak tangan Siwon, mengusap air matanya dengan kasar. "aku tahu orang tuamu hanya ingin memberi jalan keluar. Tapi semua itu terkesan seperti mereka lebih merestuimu dengan nya dari pada aku, semua solusi tidak ada yang benar-benar menguntungkan pihakku. Lalu apa yang ku dapat dari semua ini? rasa sakit? Dan aku harus menunggu untuk hal yang sama sekali tak kau perjuangkan? Kau berengsek Choi Siwon!"

Jujur saja, Yesung merasa bodoh, sebelumnya hanya ketika ia bercerita tentang keluarganya atau ketika super show 5 di seoul kemarin yang bisa memuatnya menangis memalukan seperti ini. siapa Choi Siwon? Choi Siwon bukan keluarganya, Choi Siwon bukan penggemarnya yang membuatnya menangis haru. Namja Choi itu bahkan memperlakukanya seperti orang asing. Lancang sekali berani membuatnya terlihat menyedihkan seperti ini!

Sepasang manik yang tadi masih menantang obs Siwon itu kini mulai merendah. Yesung tertunduk dalam, kekuatannya hilang untuk kembali menatap sepasang mata kesukaannya itu. Mata itu terlalu dalam, ia hanya takut tenggelam di sana dan tak bisa kembali.

"Perasaanmu untuknya masih tertinggal. Minhyun adalah kenangan terindah sekaligus terburuk untukmu. Dari situ aku bisa melihat, kau masih menyisakan sedikit tempat di hatimu untuknya meski itu adalah kebencian. Di hatimu bukan hanya aku. kau pernah sangat mencintainya, tidak menutup kemungkinan sekarang sedikit tempat itu akan tumbuh dan mendesakku keluar. Tidak ada bedanya aku menyerah sekarang dengan nanti, pada akhirnya aku memang orang yang harus pergi."

"ya, aku memang mencintainya. Tapi itu sebelum dia menghilang dan pergi meninggalkanku. Kau tahu sendiri aku terpuruk saat itu, tapi kau tahu apa yang membuatku tak menyesal setelah dia pergi?" jeda, "kau! Kau datang di waktu yang tepat. Kau datang merangkulku, memelukku, mengatakan semuanya akan baik-baik saja tanpa dia. Kau yang membuatku kembali merasakan apa itu hidup, menunjukan sisi lain cinta yang tak pernah aku tahu sebelumnya. Membuatku bergantung dan akhirnya tanpa sadar aku terikat padamu."

"aku tahu bagaimana rasanya dikhianati jadi aku tidak ingin kau merasakannya juga." Siwon berlutut di hadapan Yesung. Sedari tadi Yesung hanya menunduk tak membiarkan Siwon menatap wajahnya. Sekali lagi ia meraih kedua tangan Yesung memenjarakannya diantara kedua tangkup tangannya. "maaf membuatmu merasa seprti orang asing, aku terlalu kalut bingung dan gelisah. Aku terlalu memikirkan bagaimana caranya membuat kenanganku pergi dan tak mengganggu kita. Maaf tak menyadari perasaanmu yang juga sama kalutnya sepertiku. Aku sungguh minta maaf"

Ia mengecup sekali sepasang tangan kecil Yesung. "dan tentang orang tuaku, mengapa kau seolah tak melihat kepercayaan yang mereka berikan kepada kita? Orang tuaku memilih membiarkan Minhyun tinggal bukan karena merestuinya denganku, semua yang mereka lakukan karena mereka percaya kita bisa menyelesaikannya dengan baik-baik. Mereka tahu kau adalah namja luar biasa yang menyikapi masalah dengan sisi dewasamu dan menyelesaikannya. Meskipun ayahku seperti belum menerima hubungan kita, tapi aku tahu abeoji menaruh harapan besar padamu. Abeoji tahu aku memilihmu dan tidak akan ada yang bisa menggantikannya."

Isakan kecil mulai terdengar, hanya dua kali. Selebihnya Yesung kembali menahan tangisnya meskipun air matanya sebagian lolos mengaliri pipinya yang terlihat lebih tirus. Sebelah tangan Siwon menghapusnya, ditangannya wajah Yesung begitu dingin.

"tolong percayalah padaku. Bagaimana aku bisa bertahan jika kau yang menjadi kekuatanku justru berniat menyerah? Ini sulit untukku juga Yesung. Tolong bantu aku lalui semua ini, beri aku kekuatan. Sebuah hubungan serius tidak akan pernah berjalan mulus, kerikil tengah menguji kita. Ini cobaan, aku ingin melewatinya bersamamu seperti kita melewati cobaan-cobaan sebelumnya."

"jangan pernah merasa lelah. Kau tak boleh menyerah, tidak ada kata berakhir untuk kita. Ku mohon bertahanlah bersamaku.." sebelah tangan Siwon yang masih menangkup pipi Yesung ia gunakan untuk menarik Yesung agar menatap kearAhnya. Yesung yang memang kehilangan kekuatannya untuk kembali memuat argumen hanya menurut.

Tepat seperti dugaan Yesung, mata Choi Siwon selalu berhasil mematahkan segala keraguan yang membuatnya gelisah. Sepasang mata itu selalu bisa membuatnya kembali meski ia berusaha lari dan pergi. Akhirnya sekali lagi ia terjatuh ke dalam palung milik Choi Siwon, seperti sebelum-sebelumnya. Sangat sulit untuknya mencoba mendorong hidupnya menjauh dari Choi Siwon, karena nyatanya Siwon adalah tempatnya pulang, Siwon seperti rumah untuknya. Sekalipun ia pergi sejauh mungkin, selama mungkin, ia akan tetap kembali ke tempat awal –rumah-nya.

.

.

.

Hari yang bagus. Langit cerah, udara baik, hujan pun sepertinya tidak akan datang sampai sore hari nanti. Hari sabtu yang benar-benar baik untuk berlibur atau sekedar refreshing, mengendurkan otot kaku setelah lima hari penuh di gunakan untuk bekerja.

Tapi sepertinya Yesung harus mengatur ulang rencana liburnya untuk akhir pekan kali ini. tubuhnya masih kelewat lelah, jangankan untuk menutup mata, semalam ia tak bisa tidur dengan tenang. Kepalanya masih sakit, matanya masih terasa panas,tubuhnya juga pagi tadi seperti kurang mendukung untuk kembali melakukan aktivitas yang akan menguras batinnya hari ini.

Kenapa orang-orang itu tidak membiarkan ia tidur dengan tenang?

Setidaknya berikan ia sedikit waktu untuk menyipakan mentalnya, atau tunggu hingga ia siap. Bukan menyeretnya pagi-pagi ke dalam masalah yang membuat kepalanya pecah.

Yesung tidak ingat kenapa ia bisa duduk dengan bodohnya seperti ini di rumah orang tua Siwon. Siwon tak pernah pergi dari sampingnya sejak kemarin, mengabaikan pemikiran –apakah Siwon tak punya jadwal yang harus ia lakukan?

Dihadapannya duduk orang tua Siwon –ayAhnya– dengan pamor tinggi dan seorang lagi yang tidak ia kenal. Sebenarnya masih ada beberapa –banyak orang lagi di luar sana, pekerja ayah Siwon, pengacara, dan sisanya ia tak tahu. Tapi mereka yang tak berkepentingan dalam masalah ini seperti memberi tempat untuk mereka yang berada di ruangan yang sama sepertinya, waktu untuk sendiri di salah satu ruangan dengan satu set sofa mahal di rumah besar itu.

Ia tak peduli dicap orang bodoh atau semacamnya karena ia hanya diam saja dengan sorot mata kosong. Orang-orang itu sudah harus memberinya waktu untuk menjadi dan memikirkan dirinya sendiri, tidak memaksanya melakukan hal yang hanya ingin mereka lihat. Dan jadilah Yesung yang sekarang, pasrah, hanya menerima dirinya yang terombang ambing, terbentur oleh satu sisi dan sisi yang lain. Seperti batu apung dalam lubang karang yang terbawa arus ombak tanpa bisa keluar ke lautan bebas.

Karena hakekatnya apa yang ia lakukan tidak akan merubah apapun. Bukankah harusnya ia senang? Masalah terselesaikan tanpa harus ia berbuat apapun. Tapi bukankah ia terdengar tak berguna? Membiarkan orang lain menyelesaikan masalah pribadinya, memalukan.

Ia memang tak mendengarkan sepenuhnya detail topik yang di bicarakan pagi itu, ia hanya akan bersuara jika ditanya. Itu pun ia jawab sekedarnya saja, pikirannya masih belum fokus. Orang-orang di hadapannya ini seperti antara ingin menyelesaikan masalAhnya atau justru mempropokatori, atau entahlah..

"Yesung-ssi, jika foto itu asli, apa yang akan kau lakukan?" suara kepala keluarga Choi terdengar tegas tapi tenang. Yesung berpikir sejenak, ada apa dengan nada suara itu? Seolah semua yang terjadi bukan hal yang besar. Jelas-jelas jika Choi Siwon menghamili wanita di luar pernikahan itu adalah sebuah aib untuk keluarga Choi yang terpandang dan akan berpengaruh untuk bisnisnya jika relasinya tahu hal ini. Yesung memberanikan diri mengangkat kepalanya.

"sepertinya akan lebih tepat jika pertanyaan itu di jawab oleh Siwon, bukan aku abeoji. Jika anak itu memang putra kandung Siwon aku tidak punya hak lagi untuk mengambil keputusan." Benar. Memang apa haknya jika janin itu terbukti putra kandung kekasihnya? Secara tidak langsung itu menegaskan Siwon sudah mempunyai keluarga, dan ia tak ingin mengganggu kehidupan –kasarnya –rumah tangga orang lain.

"aku yakin sepenuhnya ada rekayasa di balik semua ini abeoji. Aku memang sempat bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu, tapi aku tidak pernah kehilangan kewarasanku hanya karena pengaruh alkohol, abeoji lebih tahu bagaimana aku." Siwon mencoba membantu Yesung. sang abeoji hanya melirik putranya dan mengangguk sekilas, sisa fokusnya ia alihkan lagi ke arah Yesung.

"menurut pendapatmu?"

"jika benar, berarti Siwon adalah seorang ayah aku tak berhak lagi dimintai pendapat. Tapi jika boleh aku egois, aku keberatan dengan foto itu. Aku mengenal Siwon bukan dalam waktu yang singkat, aku mengenalnya hampir 15 tahun. Siwon adalah pria baik-baik, abeoji dan eomoni tak sedikitpun gagal mendidiknya. Meskipun Minhyun bilang Siwon tengah mabuk ketika melakukannya dan Siwon belum tentu ingat. Tapi Siwon adalah kembanggaan member Super Junior termasuk aku, aku percaya Siwon tidak akan mengecewakan kebanggaan kami dengan hal ini."

"kalian berada di satu pihak dengan harapan yang sama, bisa saja kau hanya melihat dari sisimu saja. kau percaya kepada Siwon? Meskipun semua ini benar kesalahan dia?"

"aku mencintai putramu jauh sebelum dia mengenal Minhyun, abeoji. Jadi aku selalu mengawasi sejauh mana hubungan mereka, itu bukan berarti aku membela satu kubu. Dan meskipun keraguan itu masih ada, aku percaya padanya karena ia selalu membuatku kembali percaya meskipun aku ragu. Aku yakin kepercayaanku pada orang yang kucintai akan terbukti." Siwon menoleh, merasa sangat tersentuh. Ia merangkul Yesung, mengusap bahunya lembut. Lupa jika ia hampir kehilangan Yesung tadi malam, ia tak pernah tahu di balik keputusasaan Yesung malam tadi ternyata kekasihnya itu menyimpan kepercayaan dan kebanggaan untuknya.

Jika diibaratkan, Yesung adalah tipe petarung gerilya. Mengcover segalanya dalam karakter normalnya seolah Yesung tidak melakukan apa-apa. Mengatur strategi dan resolusi tanpa ada yang menyadari dan berakhir menyelesaikannya dengan rapi. Yesung seperti angsa di atas air, terlihat tenang dan anggun, tapi kakinya mengayuh cepat untuk tetap bertahan –mengambang. Julukan invisible leader di groupnya mungkin bukan tanpa alasan.

"kau masih akan mencintainya walaupun itu berarti kau harus mengambil langkah mundur dari hubungan kalian?"

"abeoji.." suara Siwon menegur ucapan sang ayah yang mulai terdengar konfrontasi.

Tidak segera menjawab, Yesung menunduk sejenak. Mengatur nafasnya yang mulai tak terkendali dan cairan yang seperti mendesak keluar. Menstabilkan suaranya yang ia yakin pasti sudah bergetar jika ia berbicara. Bukankah tebakkannya benar? Meskipun ia memilih bertahan, akan ada sesuatu yang memaksanya kembali menyerah. Ia lalu mengangkat wajahnya mantap.

"jika itu satu-satunya hal yang bisa ku lakukan untuk membantu, tentu saja. Tapi aku tak punya alasan untuk tidak mencintai putramu, maafkan aku untuk hal itu."

Siwon menggigit bibir bawahnya, ia berani bersumpah nada suara Yesung yang seperti menahan tangis itu begitu melukainya. Ia menggeser tubuhnya agar semakin dekat dan lebih erat merangkul tubuh Yesung.

"cukup abeoji, jika abeoji meminta Yesung kemari hanya untuk menyudutkannya seperti ini sebaiknya aku membawanya pulang. Keadaan Yesung sedang tidak baik, Yesung harus istirahat." Seperti biasa, nada Siwon tegas tapi tak mengurangi rasa hormatnya untuk orang yang sudah membesarkannya. Sungguh ia sedikit menyesal karena sudah meminta Yesung untuk ikut ke rumah orang tuanya ketika tadi pagi orang suruhan sang ayah menjemputnya dengan Yesung di apartment.

Choi Kiho mengangguk samar, menatap putranya dan Yesung secara bergantian.

"sebenarnya aku meminta kalian datang bukan untuk membahas masalah ini. Aku lebih tertarik dengan rumor kalian yang sempat muncul seminggu yang lalu."

Siwon maupun Yesung segera mengangkat wajahnya menatap namja setengah baya di hadapan mereka.

.

.

.

To be continue..

.

.

.

Ottokhe?

Dipostnya ff kemarin, responnya bikin saya takut, minat readers sama ff yewon berkurang ohmayotepeh~ TAT

Oh ya saya mau nanggepin beberapa reviewers di ff sebelumnya hihi

Perasaan atau emang fakta kalo ff yewon itu awalnya angst dulu baru sweet?_ gatau sih ya kalo ff lain, tapi kalo saya sih emang sukanya gitu wkwk ga pernah tega kalo bikin angst, dan entah kenapa ide yang muncul itu pasti yang sweet2 terus yang pendek2 gitu. Gimana dong? Masih mau baca kan? Q_Q #puppyeyes

Soal request yewon mau dikabulin atau enggak_ makasih ya deraelf yang udah request kemarin, saya masih inget kok. Bukannya gamau kabulin atau gimana, tapi karena itu ide pure dari kamu(panggilnya apa dong? Dera-chan?), kalo saya yang bikin nanti takut ngerubah feel sama esens dari cerita itu sendiri dan jatohnya ga sesuai harapan kamu, mending kamu bikin aja chingu~ nanti jadiin saya reader pertama kamu :3

Nah yang ketiga Intronya lilily104nih,hai~~ Lily~ panggilnya tooru aja deh, salam kenal juga~~ *hug* /slap/ tooru juga suka ff yewonnya kamu, suka pake banget hehe kapan-kapan kita ngobrol yaa.. yuks kita lestarikan(?) ff yewon yang hampir mendekati punah ini, biar ff yewon berjaya lagi di ffn \(^0^)/

Semua review saya baca kok, tapi maaf ya ga saya bales satu-satu *tebarkiss*

Dan terima kasih chingudeul yang masih menantikan ff dari saya, loploplop lah pokonya. Sampai jumpa di final chap ya~

Sankyuu~~