Sumarry:

Baekhyun bukan lagi Baekhyun yang Minseok kenal, Baekhyun tidak lagi ceria dan baik-baik saja, Chanyeol ketakutan, Jongdae tidak tau dimana posisinya, pihak Hoseok hampir menyerah. Dan Luhan memberi tawaran pada Minseok untuk menggantikan posisi Baekhyun.

.

.

.

.

.

.

.

Eixa Tuven

.

.

.

.

.

present

.

.

.

.

.

.

Exorcism

Prolog

the begining from last century

Semi selalu datang membawa warna. Warna-warna yang menyapu lembut seluk-beluk kota tua berhias bata abu-abu, tua dan kokoh. Tak terkecuali untuk menerobos gereja tua di tengah kota, terbang dibawa angin masuk dengan kupu-kupu putih. Seakan kupu-kupu itu yang menuntun sang kelopak ungu untuk tertidur di pangkuan anak lelaki itu. Anak itu tersenyum manis melihat kelopak bunga ungu yang tergeletak di tunik putih berdasi pita hitamnya.

Diangkatnya kelopak yang terbawa angin itu menuju cahaya mentari yang menyapa lewat jendela berdaun dua yang terbuka lebar memaparkan semi di abad 17. Kelopak itu membiaskan cahaya mentari pagi hangat, ia tersenyum ceria. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan berlari penuh kegirangan sambil melirik kupu-kupu putih yang terbang memutar di sekitar nakas dekat tempat tidur.

"Father! Lihat ini!"

Kaki yang masih tumbuh itu telanjang berlarian di lantai hitam-putih. Sambil memamerkan gigi rapi putihnya dan mengangkat tinggi-tinggi kelopak bunga ungu di tangannya dirinya tersenyum. Dan pria yang lebih tua darinya ikut tersenyum.

"Apa ini kelopak bunga? Dimana kau mendapatkannya?"

Nadanya penuh selidik namun jenaka terpancar dari mata beriris hitam itu.

"Kupu-kupu putih membawakannya untukku lagi!"

Pria tua itu kehilangan senyumannya, sementara anak lelaki itu mulai berputar disekelilingnya memandang takjub kelopak itu. Rasa-rasa tidak wajar baginya. Sudah sebulan ini kejadian yang sama terjadi, benda-benda kecil yang indah masuk begitu saja ke dalam kamar anak lelaki itu dan kupu-kupu putih selalu terbang disekitarnya. Aneh, kan?

"Luhan, bisa kau kemari sebentar?"

"Tidak! Father akan mengambil kelopak bunga ini juga, kan? Seharusnya Luhan tidak memberitahukannya, Father semalam juga masuk kamar Luhan dan mengambil semua barang-barang yang dikirim kupu-kupu untuk Luhan, kan?!" anak itu menaikkan suaranya dan matanya mulai berkaca-kaca.

Anak lelaki itu berlari kearah ia datang dan membanting pintu. Membuat sang pria mau tidak mau mengikutinya dan berdiri di depan pintu.

"Luhan buka pintunya sayang, biar Father masuk dan menjelaskan semuanya, ya?"

"Tidak!"

Anak lelaki itu terisak, sang pria tahu dan merasa bersalah. Tapi ia harus, keberadaan kupu-kupu dan barang-barang itu termasuk tidak wajar. Kelopak bunga, kelereng kaca, liontin, cincin, batu, kulit kerang, dan hal kecil lainnya yang ganjal namun indah selalu datang di pagi anak itu. Karena khawatir ia menyita semuanya dan memasukkannya kedalam laci khusus berlambang salib di kamarnya.

"Father bohong!"

"Luhan biarkan Father menjelaskannya, Father mohon."

Hening, isakan anak itu tak terdengar. Namun suara barang pecah dan benda-benda jatuh mulai membuat pria itu takut dan mengeluarkan salibnya dari balik jubah hitam pastornya. Tidak mungkin anak 7 tahun membuat kebisingan seperti itu.

"Luhan! Buka pintunya!"

;'khe khe, diam kau pastor tua!';

Pria itu diam terpaku, suara serak dan dalam yang terdengar dari balik pintu. Ia lupa bernafas dan mencengkram salibnya kuat dan mulai memaksa membuka pintu.

;'percuma saja pak tua, ia lebih memilih aku dari pada kau;

"Jangan kau sentuh dia, IBLIS!"

Pria itu menendang pintu itu sambil mulai melafalkan sesuatu secara brutal. Namun suara kerusakan dari dalam kamar anak lelaki itu semakin menjadi-jadi dan tawa suara berat itu menggema diselingi teriakan serak sang bocah yang meringis menangis.

Semuanya benar-benar berantakan dalam pikiran pria itu, kalut dalam takut dan panik. Hingga suara anak laki-laki itu terdengar lagi, sebuah teriakan panjang dan melengking dalam tangisan tertahan, "father".

Pintu dari kayu yang rusak it telah terbuka, menampilkan ruangn kamar yang berantakan. Nakas yang telah patah, bulu-bulu angsa bertebangan, buku-buku sobek berserakan, meja dan kursi telah terlempar dan hancur. Jendela terbuka menampilkan warna semi. Dan 5 goresan sejajar hampir memenuhi isi ruangan itu. Senyuman cerah dari anak itu saja yang tidak ada, meninggalkan tubuhnya penuh luka lebam ungu dan darah merah tergeletak tak berbentuk manusia di atas lemari yang telah memuntahkan selurh isinya dalam bentuk sobekan serta kehilangan bentuknya.

"Luhan," pria itu terisak mendekati tubuh itu.

"Maafkan Father tak bisa melindungimu dari iblis itu," ia memegang tubuh itu dan memeluknya.

Samar-samar bola mata yang terbalut merah itu bergerak bersama bibir yang mencoba bergerak. Terdengar lirih di telinga si pria, "d..ia… i..ngin…de…de…ngan..ku…"

Pria itu menangis semakin keras saat bola mata itu berhenti bergerak, kata-kata anak itu terlalu meyakitkan untuk ia terima. Ia memeluk tubuh yang terlipat itu erat, terisak sambil mengutuk.

.

.

.

.

Project genre Horror dengan inspirasi dari Exorcism karya Eyerish dengan vocal CyberDiva '3'

oke, jika kalian mengalami gangguan dari mahluk astral segera hubungi Gereja, Masjid, Vihara, atau pihak lainnya yang mampu! jangan tanggapi masalah seperti ini sendirian! kalian juga jangan mendengarkan perkataan mereka! kalian tidak sendirian! Iblis/setan/dkk lemah terhadap jiwa yang kuat! kalian jangan mau kalah dengan mahluk seperti mereka! OK?!

.

.

.

.

Eixa Tuven