Shinigami no Monogatari
Summary
Kalian percaya akan keberadaan Shinigami-malaikat kematian-? Jika tidak, jawabanmu salah. Mereka ada diantara kita, bahkan bergaul dengan kita dan beraktifitas layaknya manusia biasa. Mereka bisa saja orang terdekatmu dan siap mengambil nyawamu setiap saat
Disclaimer
Pandora Hearts by Jun Mochizuki
Warning
OOC, sedikit humor garing, sedikit romance hancur, dan Ke gajean yang luar biasa, ditambah dengan secangkit Typo (s) hangat (?)
Story 01: Ko no Subete No Hajimari
Hai. Aku Ada, aku adalah seorang Shinigami, meskipun masih pemula, sih...hehehe. Eh, saat ini aku sedang di dunia manusia, nama tempat ini...umm...Leve-leve apa, ya? Dan juga...aku tersesat disini, semakin gawat saja.
"Ck...dunia manusia seramai ini?! Harusnya kutunda saja!" keluhku sambil menelusuri jalanan yang sangat ramai dengan mahluk bernama manusia itu.
"Rumah Alice-senpai sulit di temukan, kenapa ia kuat tinggal di tempat seperti ini?" tanyaku berbicara sendiri sambil memegang kertas bertuliskan alamat dari Dokuro-sama.
"Hah! Aku menyerah!" aku duduk di bangku sebuah taman di kota itu, sambil menyeret sabit besarku yang biasa digunakan para Shinigami untuk mengambil nyawa seorang manusia.
"Hei, bisakah kau minggir sedikit, Occult Cosplayer?" tanya seorang pemuda berambut beige mendekatiku, aku menatapnya heran dan menatap pakaianku. Astaga! Aku lupa mengganti baju! Pantas jika orang-orang melihatku dengan tatapan aneh.
"Ma-maaf! Silahkan duduk! Ngomong-ngomong, apa itu Occult?" tanyaku padanya, ia menatapku tidak percaya.
"Hah? Jaman modern seperti ini masih ada yang tidak tahu apa itu Occult?" tanyanya menahan tawa, aku menatapnya heran untuk yang keuda kalinya.
"Dirinya sendiri Occult, tetapi tidak tahu apa itu istilah occult? Konyol!" ia menahan tawa, aku melihat bajuku. Menurutku, tidak ada yang aneh dengan bajuku yang berupa setelan hitam dengan atasan tanpa lengan dan rok mengembang disertai pita-pita yang juga hitam disertai jubah merah dengan pita hitam di bagian bawahnya aku juga memakai stocking hitam, untuk alas kaki aku mengenakan sepatu boot hitam dihiasi pita-pita kecil merah dan hitam, tapi jangan bingung karena pakaianku serba hitam, karena ini pakaian yang biasa di pakai para shinigami perempuan. Berunsur gothic-lolita yang sedang nge-trend saat ini.
"Err...maaf jika pakaianku terlalu aneh" aku akhirnya pergi dari taman itu dan kembali mencari rumah Alice-senpai lagi.
"Mattane, aku pusing berputar-putar disini, sudah panas, lagi!" aku memegangi kepalaku yang tersengat sinar matahari.
"Ngg...Ada?" sesosok gadis berambut Brunette memanggilku. Itu dia! Alice-sepai!
"Alice-senpai~!" aku berlari ke arah Alice-senpai yang berdiri di sebrang jalan.
"Kau lama sekali, tahu!" ujar Alice-senpai, aku langsung menunjukkan kertas alamat(beserta peta) yang dibuat dokuro-sama.
"Ya ampun, pantas kau tersesat, Ada" Alice-senpai Cuma bisa geleng-geleng kepala melihat peta dan alamat yang dibuat dokuro-sama. Bagaimana aku bisa membacanya?! Tulisan itu lebih mirip cakar ayam daripada huruf!
"Err...lebih baik kau jangan men-summon sabitnya di tempat seperti ini, Ada" Alice-senpai melihat sabit besar yag kubawa.
"Maaf senpai, aku lupa cara untuk mengembalikan sabitku" ujarku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
"Dan...kau harus mengganti outfit yang kau gunakan sebelum masuk dunia manusia!" Alice-senpai melihatku dari rambut sampai ujung kaki.
"Aku lupa!" ujarku sambil memukul kepalaku dan mengeluarkan lidah.
"Kau sudah lupa masih seperti itu? Bahaya sekali jika identitas kita ketahuan" ujar Alice-senpai.
"Yah...aku minta maaf" Ujarku menunduk.
"Sudahlah, lebih baik kau masuk saja dulu" Alice-senpai mengantarku ke sebuah bangunan, dan mereka (manusia) menyebutnya apartemen.
"Darimana kau menemukan gedung seperti ini, Alice-senpai" aku melihat bagian dalam bangunan yang lebih besar dari monster di neraka, bagian dalamnya putih bersih dan bertingkat, banyak pintu-pintu dan orang yang ada di situ.
"Ara...besar sekali tempat ini, bahkan lebih besar dari iblis yang ada di pintu neraka..." ujarku dengan polosnya dengan suara yang agak besar.
"Ada!" Alice-senpai mencubit lenganku.
"Sa-sakit!" aku mengusap-usap lenganku yang agak merah karena cubian Alice-senpai.
"Kau bodoh! Jangan terlalu polos dan mengatakan hal-hal tentang neraka!" tergur Alice-senpai padaku.
"Hehehe...maaf!" aku hanya cengengesan dan Alice-senpai kembali mencubit lenganku.
XXX
Dan akhirnya, kami sampai di salah satu ruangan, yah...aku tahu pasti ini tempat tinggal Alice-senpai di dunia manusia. Ngomong-ngomong, lantai berapa, ini? Aku melihat ke bawah lewat sebuah jendela besar diruangan Alice-senpai. Wajahku langsung pucat, aku'kan takut ketinggian!
"Ada apa, Ada? Gawat, aku lupa kalau aku tinggal di lantai 13 dan...aku lupa kalau kau takut ketinggian" uajr Alice-senpai sweatdropped, aku hanya bisa meringkuk di atas kasur dengan wajah pucat pasi. Ini memalukan! Aku'pun spontan bangun dari kasur dan kembali melihat ke jendela.
"Menyeramkannn!" pekikku kembali meringkuk dikasur.
"Kalau menyeramkan kenapa kau melihatnya?!" tanya Alice-senpai sweatdropped.
"Ngomong-ngomong, kau ganti baju dulu sebelum naik ke kasur!" ujar Alice-senpai menarik selimutnya hingga aku terjatuh.
"Hehe...maaf!" aku menekan batu merah ruby di bagian pinggangku(seperti ikat pinggang), dan berubah menjadi long dress kuning dengan gambar bunga matahari.
"Hei, kenapa malah pakai baju musim panas? Sekarang musim gugur!" ujar Alice-senpai.
"Hah? Musim gugur? Apa itu?" tanyaku.
"Musim gugur adalah musim sebelum musim dingin, disitu daun-daun pohon mapple berjatuhan" ujar Alice-senpai, tiba-tiba aku mengingat sesuatu.
"Err...seperti Racor festival itu, ya?" tanyaku membayangkan festival racor yang pastinya menyeramkan.
"Bukan, ini sih daun!" Alice-senpai sweatdropped dengan wajah yang pucat pasi mmbayangkan racor festival itu.
"Aku membayangkan racor festival saja sudah ingin muntah, apalagi jika melihatnya secara langsung?!" ujar Alice-senpai.
"Ah...maaf telah membuatmu ingin muntah, tapi saat kelulusan'kan kau ikut acara itu?" ujarku.
"Yah...tidak apa-apa aku waktu itu hampir muntah dan untunglah dokuro-sama tidak melihatku! Ngomong-ngomong, ganti lagi bajumu! Aku tidak tanggung kalau kau masuk snging, nih! Pakai!" Alice-senpai memberiku sebuah baju yang agak panjang.
"Ter-terima kasih!" aku langsung memakai baju itu karena mulai merasa agak dingin.
"Baiklah. Ada, besok kau akan kudaftarkan ke sebuah sekolah" ujar Alice-senpai.
"Hah? Seperti Shibito no yōna akademī?" tanyaku mengingat sekolah lamaku di neraka sana.
"Yah...seperti itu, akan kutunjukkan ruang kelasmu dan juga wali kelasmu"
"Baik!" rasanya aku tidak sabar melihat seperti apa sekolah yang ada di dunia manusia itu.
XXX
"Uwaahh!" aku mengedipkan kedua mataku beberapa kali, sekolah di dunia manusia ternyata tidak buruk! Bangunan di depanku sangat besar dengan gedung putih dan halaman luas! Seperti kantor dokuro-sama!
"Nah, ayo masuk" Ak mengikuti Alice-senpai ke dalam sekolah yang sangat luas tersebut.
"Dan ini ruang kelasmu, kelas 2-A dan ini-"
"Halo, Kaichou!!" seorang pemuda berambut blonde yang kira-kira seumuran dengan Alice-sepai merangkulnya dari belakang.
"Oh, ada apa fuku-kaichou?" tanya Alice-senpai.
"Jangan panggil aku fuku! Panggil aku Oz, kaichou!" uajrnya dengan nada agak menggoda.
"Tidak akan, fuku! Lagian kemarin kau jadian dengan Echo dari kelas 2, kan?" selidik Alice-senpai.
"Hehehe...siapa, dia? Adikmu?" tanya pemuda itu.
"Tidak, dia sepupuku yang baru pindah dari Amerika, Ada" jelas Alice-senpai yang memang sangat pandai berbohong.
"Hehe, halo Ada~" Ia mencium tanganku, Alice-senpai menatapnya sejenak kemudian menendangnya.
"Ah!" aku hanya bisa diam di tempat, karena Alice-senpai adalah shinigami paling sadis yang kutemui, tak kusangka karena Oz-senpai bisa menggoda Alice-senpai.
"Kaichou, maukah kau makan siang bersamaku?" tanya Oz yang sadar.
"Tidak, aku harus menemani Ada" ujar Alice-senpai dingin dan kemudian meninggalkan Oz-senpai sendiri.
"Dia playboy, jangan termakan omongannya!"
"Baik..." aku tidak berani mencari masalah dengan Alice-senpai.
XXX
Kini aku sedang berada disatu tempat. Tempat ini begitu luas dan banyak buku-buku tersusun di rak.
"Ini ya, perpustakaan dunia manusia?" gumamku sambil melihat sekelilingku, kemudian mengambil sebuah buku yang menurutku agak tebal.
Aku'pun duduk disalah satu kursi dan membolak-balik buku itu.
"Hei...ini tempat duduk-" sebuah suara memanggilku, aku menoleh, dan...jeng jeng jeng! Ia adalah orang yang kutemui kemarin dan mengejekku Occult!
"..." hening menyelimuti kami sejenak.
"KAU YANG KEMARIN?!" seru kami.
"SSSTTT!" seluruh orang di perpustakaan menatap kami tajam dan kemi langsung ciut saat itu juga.
"Kau si Occult yang kemarin!" ujarnya menunjukku.
"Kau manusia yang mengejekku kemarin!" tunjukku.
"Jangan panggil aku seperti itu! Panggil aku Elliot!"
"Ah, aku Ada, hanya Ada" ujarku.
"Oh...ngapain kau disini?!" tanya Elliot padaku.
"Aku disini ya mau belajar!" ujarku.
"Huh...tak kusangka bisa bertemu lagi dengan si Occult dengan outfit seperti waktu itu!" ia menahan tawa, dan...rasanya aku ingin sekali menyambet orang ini dengan sabit besarku.
"Hah...sudahlah!" aku'pun pergi ke koridor untuk mencari Alice-senpai dan tidak berniat untuk berurusan dengan Elliot.
"Alice-senpai!" aku memanggil Alice-senpai yang sedang berada di depan ruangan OSIS dengan tumpukan kertas di tangannya.
"Halo, Ada" Alice-senpai tersenyum padaku.
"A-apa tidak apa-apa kau membawa itu?" kataku sambil menunjuk tumpukan kertas.
"Yah, agak berat, sih"
"Alice-kaichou!" Oz-senpai muncul di belakang dan membuatnya kaget hingga tumpukan kertas itu terjatuh dari tangannya.
"Hehehe...aku tidak sengaja!" Oz-senpai tersenyum usil. Alice-senpai emosi dan memukul (Baca: nonjok) wajahnya.
Sementara aku hanya bisa beku ditempat melihat kesadisan Alice-senpai.
XXX
"Baiklah Ada, ini tugas pertamamu untuk mengambil roh, jadi...aku berikan tugas yang mudah dulu" ujar Alice-enpai berdiri diatap rumah dan tentunya sudah memakai baju untuk bertugas.
"Dokuro-sama bilang, orang yang menjadi target kita malam ini adalah dia..." Alice-senpai menunjuk anak perempuan yang sangat mirip dengannya, hanya saja...rambut anak itu putih.
"Alyss Baskerville, itu target kita" uajr Alice-senpai menatap gadis yang sangat mirip degannya itu.
"Hei, dia mirip sekali denganmu, senpai!"
"Cepatlah masuk dan ambil nyawanya..." ujar Alice-senpai, aku'pun masuk ke dalam rumah gadis itu.
Kulihat ia sedang mencoba baju-baju yang terlihat bagus, ternyata dia centil sekali.
"Hehehe...besok aku akan kencan dengan Jack!" ia bersenandung kecil sambil mencoba baju-baju itu, aku telah siap mengayunkan sabitku ke arahnya.
"Sayang sekali, kau akan mati hari ini" gumamku dan sabitku sudah memutuskan tali yang mengikat nyawa gadis itu di tubuhnya.
Yap dapat satu nyawa, sukses besar untuk tugas pertamaku! Aku'pun menyerahkan nyawa gadis yang sudah ku masukkan ke dalam segel yang berupa wadah khusus kepada Alice-senpai.
"Yah...bagus untuk tugas pertamamu malam ini" ujar Alice-senpai dan kemudian pergi untuk menyerahkannya kepada Dokuro-sama, sementara aku berjalan-jalan menikmati langit malam.
"Haah...dingin!" gumamku meniupkan telapak tanganku yang sudah terasa sangat dingin untuk menghangatkannya, sudah kujelaskan sebelumnya kan baju apa yang kupakai sekarang...
"Humm...aku tentang dunia manusia lebih lanjut" ujarku dan kemudian turun ke jalan.
Saat aku melewati sebuah taman, kutemukan sosok yang kukenal, yang mengejekku 'Occult Cosplayer' siapa lagi kalau bukan Elliot Nightray.
"Hei, sedang apa kau disini?" tanyaku, ia menoleh padaku dan berkata
"bukan urusanmu" ia termagu di ayunan dan memandang langit malam bertaburan bintang. Aku duduk di sebelahnya, ikut menatap langit malam, ia pun melihat pakaianku, aku kira ia akan mengejekku, tetapi dia malah diam dan kembali memandangi langit malam.
"Hei, kau kenapa?" tanyaku, ia hanya menatapku dengan kesal, aku tak tahu mengapa, tapi aku juga menjadi kesal juga.
"Sydahlah, lupakan saja. Ngomong-ngomong kenapa kau memakai baju itu lagi?" tanya Elliot sambil menunjuk pakaianku.
"Oh aku kan seorang Shi- oops" hampir saja aku membocorkan identitasku yang sebenarnya.
"Shi? Mati?" ia menjauh dariku, aku segera menggeleng.
"Tidak! Tidak! Aku salah ngomong!"
"Kau aneh! Aku yakin kau menyembunyikan sesuatu!"
"Ti-tidak, kok!" aku menyangkalnya dan menghela nafas, tiba-tiba batu ruby yang ada di seragamku berkedip-kedip, tanda Alice-senpai sudah mencariku, kalau aku membuatnya kesal pasti aku di bantai! Meskipun aku tidak akan mati tetap saja aku takut!
"Jaa nee, aku mau pergi dulu!" aku terburu-buru hingga tidak sadar batu rubyku terjatuh.
"Hei! Tunggu!" Elliot memanggilku, namun aku malah terus berlari, kusadari hal itu adalah hal yang sangat bodoh yang pernah ku lakukan.
XXX
Aku berjalan di koridor, menuju ke ruangan OSIS untuk mengunjungi Alice-senpai. Aku kaget ketika Elliot mendatangiku, namun ada yang aneh. Ia tidak seperti biasanya, wajahnya pucat dan keringat dingin mengalir do tubuhnya bahkan sampai membasahi seragamnya.
"I-ini..." ucapnya lirih memberika sebuah batu ruby. Gawat! Aku lupa kalau batu ini menyerap energi jiwa yang ada di tubuh manusia. Berarti...sebentar lagi adalah kematian Elliot?
To Be Continued
