"Eren, maukah kau sehidup semati bersama denganku selamanya?"

"TIDDAAKK! Eren milikku! Dan aku tidak akan menyerahkannya kepada MAKHLUK TERKUTUK seperti Dirimu itu!"

.

.

.

.

Forbiden Love

Disclaimer by – Isayama Hajime

Story By – Gil Corbeille

.

.

.

.

Warning : Typo, and Gaje...

Don't like don't read, Thanks. ^^

Chapter 1

Disuatu pagi diSina, Bocah berumur 9 tahun dengan mata beriris zambrud sedang mencoba untuk mendapatkan permen dari sahabatnya itu Jean dengan jurus andalannya 'Puppy Eyes'

"Ooooh! Ayolah Jean! Aku mau! Aku mau!"

"Tiiiidaaaak biisaa Ereeennn peeerrmeeennnyyaaa tingggaaall saaattuuuuuu… ngeeerrttiii gaaaa?"
Eren langsung menggembungkan pipinya. Jean yang melihatnya gemas mulai berpikir keras, apakah dia akan memberikannya atau ga.

"Jean!" Panggil Armin yang juga sahabatnya Eren.

"Ha-ah!? Ada apa Armin?" Jawab Jean.

"Tidak bisakah kau memberikan permen itu kepada Eren? Aku tau itu limited edition, tapi, bukankah kau sudah sering memakannya Jean?"
Armin tau kalau Jean menyukai Eren. Maka dari itu dia menggunakan kesempatan itu agar Jean mau memberikan permennya kepada Eren yang sedari tadi memasang 'Puppy Eyes'nya dan menggembungkan pipinya sehingga membuat semua yang melihat baik kaum adam maupun hawa menjadi gemas melihatnya dan Armin merasa risih karena pasangan mata yang dari tadi melirik kesana karena tingkah Eren.

"Hey.. Jean sini! Kemarikan telingamu!" Pinta Armin.

"O-ok"

"Tidak bisakah kau melihat keadaan disini Jean!? Apa kau mau Eren di rape sama para seme-seme yang lain karena tingkah Eren yang seperti itu?" Bisik Armin mengancam tak lupa dia membuat penekanan kata 'Rape' disana.

"HAAAAHHHH?" Reaksi Jean yang kaget berhasil membuat Armin mengernyit dan menarik kerah Jean kembali untuk melanjutkan apa yang ingin dibicarakan tadi.

"Jadi, jalan keluarnya hanyalah memberikan permen itu kepada Eren sebelum semuanya terlambat dan kau akan kehilangan Eren selamanya" Ancaman Armin sukses membuat Jean sweatdrop mendengar Armin yang berbicara begitu kepadanya.

'Benar juga ya….'
Batin Jean menyetujui pendapat Armin setelah melihat sekeliling.

1 menit

2 menit.

4 menit..

8 menit…

..

….

"OOooohh! Ayolah Jean!" Teriak Armin kesal melihatnya.

"Iya! Iya!" Jawab Jean kesal sambil menyerahkan permen bercover Armoned Titan Limited edition itu.

"Niih untukmu Eren!"

"Makasiihh Jeaaannn!" Jawab Eren dengan senangnya

'Astaga manisnya…'

'DEG'

'Iya ya.. kok aku baru sadar sekarang'

"Hei! Apa!? Ngapain kalian melihat-lihat kemari!? Iri ya karena aku ada permen Limited edition ini!?" Tanya Jean yang baru menyadari apa yang harus dilakukannya ketika menyadari apa yang terjadi disekitarnya. (terlambat engkau nak terlambat | Armin : *sambil menepuk pundak author* emang begitulah Jean thor… hahahaha | #ditendang Jean)

Setelah mendengarkan apa yang dibilang Jean, semuanya memasang muka masam dan bermata tajam kearah Jean terkecuali buat Armin yang sweatdrop mendengarnya karena ga menyangka kalau Jean akan ngomong seperti itu dan Eren yang sedang menikmati permennya tanpa memperdulikan apa yang sedang terjadi.

"Sekarang sudah saatnya aku pergi belajar sihir bersama Connie."
Ya! Begitulah! Seperti yang kalian dengar dan lihat. Jean dan juga Connie itu adalah seorang penyihir.

(NB : Anggaplah para Titan udah musnah disana, hanya tinggal 5 Titan yang masih hidup disana yaitu : Armoned Titan, Collosal Titan, Ymir, Annie, sama Eren)

"uunnhh! Ok" Jawab Armin.

"Ya-a─.." Perkataan Jean terpotong karena Eren menarik lengan bajunya.

"Jangan lupa perlihatkan sihirnya kalau kau sudah berhasil menguasainya." Eren melepas lengan baju Jean setelah mengatakannya.
Sambil tersenyum Eren juga melambaikan tangannya kepada Jean dan diwaktu bersamaanpun muncul seorang wanita dibelakang mereka(Armin dan Eren) dengan menggunakan syal merah yang dililitkan disekitar lehernya, memiliki rambut berwarna hitam.

"Eren!"

"Ya? Ada apa Mikasa?"

"Udah saatnya kau pulang Eren." Jawab Mikasa sambil mendekati Eren

"Ok"

.

.

.

.

Skip Time 6 tahun kemudian

.

.

.

.

"Uwaaaahh! Ular!"

'JDUAK'

"Uwaaaahh Laba-laba!"

'PLAK'

"Uwaaaaaahh…"

"Uwaaahhh…"

"Uwaaa…"

"Uwa…"

Tidak ada badai tidak ada hujan tidak ada petir tidak ada angin, Eren yang seharusnya sudah terbiasa berkeliaran bersama Mikasa untuk mencari ranting kayu dan berburu. Hari ini dia ketakutan sehingga membuatnya terlihat seperti baru yang pertama kali untuknya. Mikasa yang sedaritadi melihat Eren begitu, mengernyit dan khawatir.

"Eren!"

"a-ya? Ada a-apa Mikasa?"

"Kau baik-baik saja?"

"Amat sangat baik Mikasa.. a.. hahahahaha." Tawa Eren hampa.

"Kau beneran baik-baik saja Eren?" Tanya Mikasa sekali lagi.

"Iya!"

Mereka melanjutkan pekerjaan mereka mengumpulkan ranting kayu. Namun ketika Eren ingin kembali kerumah, tak seorangpun dia lihat disana, tak terkecuali Mikasa, dengan kata lain dia tersesat.

"Mikasaaaa!"

"Mikasaaa!"

"Mikasa!"

"Mikasa!"

"..."

...

"Hiks, aku tersesat." Isak Eren namun terhentikan ketika terdengar suara seseorang yang menginjak ranting kayu.

"Si-siapa!?" Pekik Eren terkejut dan takut mengerti kondisinya karena seorang diri dihutan dimalam hari.

"Sedang apa kau disini malam-malam begini bocah?"

"Jangan memanggilku bocah!"

"Kutanya sekali lagi, sedang apa kau disini bocah?"

"…. Kau siapa?"

"..."

"A-aku tersesat."

"hn, ikut aku bila kau tidak ingin dimakan binatang buas disini."

'Si-siapa dia?'
Batin Eren curiga.

"Tidak perlu takut, walaupun mencurigakan, tapi aku tidak berbahaya."

"a.. ha… hahahaha" Eren tertawa hampa ketika seseorang berhasil menebak apa yang ada dipikirkannya tadi.

Lelaki berambut ebony yang memiliki tinggi dibawah rata-rata tersebut membawa Eren kesebuah markas yang disambut oleh seorang genderless yang memakai kacamata dan rambut kuncir kuda berwarna cokelat serta pria yang dengan rambut pirang.

"Yo~ Rivaille! Siapa itu~ !? Baru kali ini kau membawa seorang tamu.. ooh.,, atau jangan-jangan dia mangsa yang baru kau tangkap?" Tanya Hanji tersenyum nista yang dibalas dengan tatapan tajam dari Rivaille.

"Tidak, dia bukan mangsa dan seharusnya kau mengenalnya. Irvin ijinkan dia menginap malam ini, aku yang akan bertanggung jawab terhadap dirinya."

"Ok, tidak masalah dan itu sudah menjadi tugasmu sebagai kekasihnya. Jadi, apakah dia sudah tau kalau kita ini vampire? Kalau belum tau lebih baik kita merahasiakannya saja." Saran Irvin.

"Lagipula~…. ─" Hanji tersenyum penuh arti sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Kau tidak ingin melihat kekasihmu kabur ketakutan hanya karena kau seorang vampire, bukan?"
pertanyaan Hanji sukses membuat Rivaille mengernyit dan memberikan deathglare kepada sigenderless tersebut.

'Kekasih? Mungkin suatu hari nanti.'
Batin Rivaille.

"Tunggu dulu ku─"

"A-ano! Se-sebenarnya kita dimana?"
Eren yang sedaritadi berdiri dibelakang mereka dan mendengar percakapan mereka yang sama sekali tidak bisa dia mengerti mulai merasa risih dan canggung serta takut karena hari sudah malam dan terlebih lagi tidak ada seorangpun yang dia kenal disini.

'Betapa bodohnya diriku, mau saja mengikuti orang yang tidak kukenal sama sekali.' Eren mengutuk dirinya sendiri.

'Mikasa… dimana kau.. kok bisa begini sih!?' Eren nangis membatin.

"Kau saat ini sedang berada dimarkas kami, dan anggaplah seperti rumahmu sendiri dan jangan segan-segan kepada kami." Sambut Irvin ramah.

"Jadi, ngomong-ngomong namamu siapa?" Tanya Hanji basa-basi.

"Er─.."

"Jaegar.. Eren Jaegar…" Jawab Rivaille mantap.
Eren, yang merasa namanya disebut cuman bisa membulatkan matanya dengan posisi mulut masih terbuka karena kaget dan heran darimana pria itu mengetahui namanya.

"Tunggu dulu, darimana kau tau kalau namaku Eren Jaeger?" Tanya Eren.

"hmm~ sepertinya kau sudah melupakannya bocah." Jawab Hanji sehingga membuat Rivaille tidak perlu menjawabnya lagi.

"ck, sudahlah ayo cepat masuk! Atau kau mau tidur diluar dan menjadi makanan empuk untuk 'Para' binatang buas?" Tanya Rivaille sambil masuk meninggalkan Eren, yang diikutin oleh Irvin dan Hanji yang mengekor dibelakangnya.

"Te-tentu saja tidak!" Eren langsung menggeleng cepat dan berlari masuk kedalam mengikuti Rivaille.

Eren masih terus bertanya-tanya dan berusaha mengingat sesuatu apa yang pernah dilupakannya dan siapa mereka 'mereka siapa? Apakah aku mengenal mereka? Dan siapa pria pendek itu –coret kata pendek-? Darimana mereka tau namaku? Dan.. Mikasa! Dimana kau!?' Eren nangis membatin lagi ketika mengingat Mikasa.

'Kuharap kau baik-baik saja Mikasa.'

.

.

.

.

.

.

"EREENN!"

"ERREEENN!"

"Mikasaaa!"

Mikasa langsung dengan sigap membalikan tubuhnya dan tak lupa dengan kuda-kudanya mengetahui akan bahaya berada sendiri dihutan dimalam hari. Namun yang muncul adalah sang Ayah dengan wajah –syukurlah-kau-baik-baik-saja-. Grisha melirik kanan-kiri untuk melihat Eren. Namun hasilnya nihil dan memberikan tatapan –dimana-eren?- kepada Mikasa. Mikasa yang mengetahui apa maksud dari tatapan tersebut langsung menjawab.

"Kami terpisahkan ayah, saat Mikasa mau memanah seekor rusa, Mikasa meninggalkan Eren begitu saja, maafkan atas kelalaian Mikasa dalam menjaganya, Mikasa pantas dihukum." Jawab Mikasa dengan merasa penuh bersalah.

"Tidak Mikasa. Ini semua bukan salahmu dan juga bukan salah siapa-siapa. Eren laki-laki, kurasa dia akan baik-baik saja."

"Ta-tapi─.."

"Lebih baik kita segera pulang, hari sudah larut malam, kita tunggu saja dan percaya kalau Eren akan baik-baik saja. Kita akan mencarinya lagi kalau besok pagi dia tidak pulang."

TBC

Mind to review? ^^