PARMI NOUS

"oppa, saat kita memiliki anak nanti, oppa ingin anak laki-laki atau anak perempuan?"

Sang pria tersenyum. Lalu kemudian mengecup puncak kepala wanita-nya itu.

"aku tidak peduli itu laki-laki atau perempuan, yang terpenting, dia lahir dari rahim-mu" ucap sang pria telak, yang mana membuat wanita-nya tertunduk merona.

.

PARMI NOUS

Byun Baekhyun. Oh Sehun. Oh Luhan. Park Chanyeol.

Genre: GS! Drama, etcetera.

Pair: Chanbaek apa Hunbaek.

Ini seimbang ya, cuma diurut berdasarkan abjad. Masih bingung mau Chanbaek ato Hunbaek. kalo Chanyeol sama Baekhyun, trus Luhan sama siapa dong? Masa iya sama Sehun? Ya kagaklah, ini bukan genre incest. Lagian gue juga bingung mau masangin Luhan sama siapa lagi.

Warning: ini ff dibuat atas usaha saya sendiri, jadi mohon dihargai dengan memberikan komentar apakah pantas dilanjut atau tidak. Terimakasih.

.

PARMI NOUS

.

Ia menghela nafas lagi untuk yang kesekian kalinya. Melirik jam tangannya yang menunjukkan angka 13.28. Gelisah menanti seseorang yang tak kunjung datang. 'ini hampir tiga puluh menit, ya tuhan! Kemana 'sih dia?'

Gadis itu –yang bernama Baekhyun- menggeram kesal menunggu kekasih hati yang tak kunjung datang. Ia sudah mencoba menghubungi, tapi panggilannya tak diangkat.

Dari tadi seharusnya ia sudah bersenang-senang bersama sang kekasih.

Jangan berfikiran kotor ya. Bersenang-senang maksudnya, menghabiskan waktu seharian bersama kekasihnya di taman bermain. Iya, kencan maksudnya.

Tapi hampir tiga puluh menit ia menunggu, batang hidung kekasihnya itu belum juga tampak. Jangankan hidung, ujung rambutnya pun tidak sama sekali.

Iya, karena Chanyeol –kekasihnya- itu tinggi, dan mengecat rambutnya dengan warna pink terang –maklum, ini gaya anak kuliahan katanya, tapi Baekhyun masih heran dengan pilihan warnanya-, maka Baekhyun dapat dengan mudah mengenali Chanyeol walau hanya melihat ujung rambutnya saja.

Oke, sekali lagi Baekhyun melirik jam tangannya, dan tepat angka menitnya menunjukkan angka tiga puluh, ia mendengar suara berat yang tak asing memanggilnya.

"Baekhyun!" Baekhyun mendongak dan mendapati lambaian lelaki itu. Seonggok daging, manusia, makhluk yang ditunggunya sedari tadi.

Bolehkah sekarang Baekhyun mengumpat? Apalagi saat melihat senyum lebar pemuda itu. Tidak merasa bersalah, heh?

"Tiga puluh menit Park Chanyeol, dan aku seperti orang bodoh disini! Kenapa kau tak mengangkat telponku, huh? Sekarang berikan aku alasan yang masuk akal sebelum aku lebih kesal lagi dari ini" ucap baekhyun bersungut-sungut.

Ia bahkan melewatkan panggilan manisnya, yang biasa tersemat kata 'oppa' didalamnya, menandakan ia benar-benar marah.

Sekedar informasi, Baekhyun dan Chanyeol kuliah di universitas yang sama, hanya saja berbeda fakultas. Chanyeol setahun lebih tua dari Baekhyun.

Mereka awalnya bisa saling mengenal karena memasuki organisasi yang sama. Sekarang lebih sering disebut Klub Musik. Dan lebihnya lagi, fakultas mereka bersebelahan. Sering berjumpa di kantin fakultas yang digabung jadi satu, yang berujung hubungan keduanya menjadi semakin dekat.

Oke, lupakan sejarahnya dulu, kembali lagi sekarang dimana Chanyeol tersenyum masam mendengar repetan kekasih cantiknya itu.

'Ya ampun, si cerewet ini´, batinnya nelangsa.

"aku menunggu" ucap Baekhyun dengan gaya bossy, dengan sneaker yang diketuk-ketukkan dan dengan tangan yang bersedekap.

Chanyeol memang kadang terlambat pada acara kencan mereka, tapi hari ini adalah rekor terbaru baginya. Tiga puluh menit tepat!. Mungkin lewat beberapa detik. Itu tidak penting.

Yang ia pikirkan adalah, kenapa harus hari ini? Seharusnya ini menjadi hari spesial mereka.

Bukan apa-apa, hanya saja mereka berencana akan merayakan kelulusan Chanyeol yang sebentar lagi akan resmi menjadi mantan mahasiswa. Dua hari yang lalu Chanyeol baru selesai sidang omong-omong.

Bukannya ingin sombong, tapi chanyeol itu memang hebat, dimata Baekhyun tentunya. Belum selesai kuliah, ia sudah diterima bekerja di perusahaan konstruksi golongan atas. Kabar yang lebih baik lagi, Chanyeol sekarang sudah diterima menjadi pegawai tetap disana. Bukankah itu sesuatu yang cukup membanggakan? Iya kan?

Makanya Baekhyun kesal, kabar bahagia harusnya dirayakan dengan perasaan bahagia. Tapi Chanyeol selalu saja membuat Baekhyun menahan hatinya agar tak mengumpat kuat-kuat. Benar-benar..

"baek, sumpah aku tidak bermaksud terlambat, tapi tadi aku menerima kabar buruk"

Baekhyun mengangkat alisnya. "kabar buruk apa?" Agak sedikit khawatir.

"tadi luhan menelponku.." ada sedikit jeda.

'sial, Luhan lagi'

"dia menelponku sambil menangis, ibunya masuk rumah sakit, kena serangan jantung lagi, aku bergegas kesana, sampai disana, sangat sulit menenangkannya, ini saja aku baru bisa pergi setelah ia tertidur dan kakaknya datang, itupun aku langsung berbegas kemari dan tak sempat menelponmu "

"tapi dia kan bisa menghubungi orang lain?" sejujurnya, ingin Baekhyun berkata kasar, tapi karena ini menyangkut nyawa, jadi dia menyimpannya sendiri.

"Baek, aku sahabatnya, kalau kau tidak lupa" ucap chanyeol dengan nada sedikit tegas.

"oke" balas baekhyun singkat, tidak ingin membahasnya lagi.

Mencoba menahan gondoknya dengan bersikap manis. Walau hatinya masih tak terima. Seharusnya ia sedang marah sekarang.

Baekhyun tau kalau chanyeol sangat menyayangi sahabatnya itu. Mereka berteman sejak sekolah dasar. Baekhyun sedikit heran, bagaimana bisa gadis kaya raya seperti Luhan berteman dengan orang biasa seperti chanyeol.

Bukan maksud apa-apa. Hanya saja hubungan seperti itu terasa antimainstream dimata orang banyak, termasuk Baekhyun.

Awal baekhyun mengenal luhan adalah saat ia mulai akrab dengan Chanyeol. Kesan pertama yang didapatinya adalah bahwa Luhan itu gadis cantik yang sangat anggun, ia pendiam dan tertutup, tapi anehnya, saat bersama chanyeol , luhan mampu menunjukkan berbagai ekspresi. Baekhyun sering memperhatikan hal itu.

Saat pertama kali Chanyeol mengenalkannya langsung pada luhan, tatapan mata luhan itu datar, ada sedikit kesan mengintimidasi disana, tatapan sombong khas seorang chaebol. Baekhyun bahkan berpikir bahwa luhan sangat tidak menyukainya seolah baekhyun sedang merebut miliknya.

Chanyeol. Baekhyun awalnya berpikir bahwa luhan itu menyukai chanyeol. Tapi kemudian luhan tersenyum kecil saat menyapanya. Baekhyun bingung mendeskripsikannya, karena gadis itu benar-benar susah untuk dibacanya.

Mungkin Chanyeol satu-satunya orang lain yang dipercaya Luhan, mengingat kekasihnya itu sudah bersama Luhan sejak sekolah dasar..

Lalu chanyeol mengingatkannya untuk memaklumi sikap Luhan. Oke, baekhyun memang memaklumi sikap luhan. Dari awal, kalau dingat-ingat. Tapi sampai sekarang baekhyun sama sekali tidak dekat dengan luhan, sekalipun ia adalah sahabat chanyeol.

Dan juga, sampai sekarang setiap bertemu, baekhyun selalu bersikap formal kepada gadis itu, mencoba menjaga jarak dengan memanggilnya sunbae, berbeda dengan chanyeol yang ia panggil dengan sebutan manis 'oppa' atau bahkan memanggil namanya saja kalau sedang kesal pada lelaki itu.

"oppa, bagimana pekerjaanmu? Berjalan lancar?" Baekhyun kembali ke mode manisnya.

"ya.. akhir-akhir ini perusahaan sering menang tender, alhasil para karyawan sekarang makin sibuk. Maafkan aku ya, kalau-kalau nanti aku semakin sering mengabaikanmu, tapi percayalah, saat senggang, aku akan meluangkan waktu untuk kita berdua" Baekhyun tersenyum.

Nah, ini dia. Sikap chanyeol yang lembut penuh perhatian inilah yang membuat ia semakin jatuh cinta pada pemuda itu. Mungkin ini alasan gadis sekelas luhan tidak keberatan berteman dengan chanyeol yang notabene nya adalah orang biasa dengan segala kesederhanaannya.

Dan Baekhyun merasa beruntung memilikinya.

"aku baik-baik saja oppa, toh, oppa melakukannya juga untuk masa depan bukan?" mata baekhyun berkilat, menyiratkan sesuatu dengan ucapannya, dan sepertinya chanyeol menangkap baik maksud dari ucapan baekhyun. Namun ia diam saja.

Dan keterdiamannya membuat Baekhyun jadi bingung.

"oppa baik-baik saja?" chanyeol tersentak lalu mengusap tengkuknya. Tersenyum skeptis.

"eum, aku baik-baik saja, hanya teringat dengan beberapa pekerjaan, well, untuk menebus kesalahanku, aku akan mengabulkan apapun permintaan dari tuan puteri-ku ini, kau ingin apa princess?" baekhyun merasa chanyeol tidak benar-benar menjawab pertanyaannya, tapi kata-kata selanjutnya yang keluar dari mulut chanyeol membuatnya senang.

Lalu dengan gaya bossy nya ia menunjuk kedai eskrim di taman bermain itu.

"pertama, kau harus mentraktir ku satu cup jumbo rasa stroberi, wahai pangeran" setelahnya baekhyun terkikik geli dengan tingkahnya yang ber-roleplay ria.

Saat baekhyun sedang asik menyendok eskrimnya yang berwarna merah muda, baekhyun tiba-tiba saja teringat, lalu mengalihkan perhatiannya pada rambut chanyeol yang juga berwarna sama.

Lain kali, Baekhyun akan menyarankan Chanyeol untuk mengganti warna rambutnya menjadi hitam atau setidaknya coklat gelap. Tidak lucu kan kalau ia melihat chanyeol sedang menggambar sketsa dengan setelan dasi dan kemeja, tapi rambutnya berwarna pink? Kecuali kalau chanyeol ingin menjadi anggota boyband. Ha.

Pernah beberapa kali baekhyun menyinggung soal mengubah warna rambut, tapi yang ada, laki-laki itu malah cemberut. Cih, sangat tidak cocok dengan usianya. Dan juga jenis kelaminnya. (XD)

Jadi untuk hari ini ia tidak ingin Chanyeol cemberut.

.

PARMI NOUS

.

Chanyeol mendekatinya perlahan. Tubuh itu tampak lesu, sama sekali tidak ada ketegapan didalam sana. Mata gadis itu masih terpaku pada seseorang yang terbaring didepannya.

Ibunya Luhan.

hanyeol bisa merasakan kesedihan dari raut wajah itu. Juga rasa takut akan kehilangan.

Chanyeol pernah melihatnya beberapa tahun silam. Saat gadis itu dan keluarganya ditinggalkan ayahnya menuju tempat yang lebih baik saat ia dan luhan masih SMP. Untung saja luhan memiliki ibu yang tabah dan kakak lelaki yang berjiwa dewasa dan bertanggung jawab menggantikan ayah mereka menjadi kepala keluarga.

Dan dirinya, yang siap mendampingi luhan sebagai sahabat, kapanpun gadis itu membutuhkannya.

Bagi seseorang yang tak kenal dekat, luhan memang terlihat sangat pendiam dan kaku, tapi sebenarnya luhan adalah gadis yang sangat ceria. Hanya saja terkadang ia mudah terlarut dalam kesedihan.

Seperti saat sekarang ini.

Chanyeol memberi usapan lemput pada pundak luhan. Yang mana dibalas dengan genggaman ditangannya. Seolah-olah, itu adalah pegangan terakhirnya untuk bertahan.

"kuatkan dirimu, oke?" ucap Chanyeol.

Luhan menoleh padanya, lalu tanpa bisa dicegah air matanya kembali meleleh. Dalam hati chanyeol merutuk. Seharusnya dia diam saja dari tadi.

'dasar mulut bodoh' umpatnya dalam hati.

"Chanyeol, aku tidak sanggup kehilangan mama" ucapnya sambil menggeleng dan terisak.

Chanyeol yang tak tahan melihatnya, langsung merengkuhnya. Hatinya ikut sakit melihat Luhan menangis,

"jangan begini luhan, kumohon. Aku menyayangimu. Aku akan selalu bersamamu, percayalah" lalu dikecupnya puncak kepala luhan. Memberikan kenyamanan kepada gadis itu.

Chanyeol terus memeluk Luhan tanpa rasa canggung sedikitpun. Membuat seseorang didepan pintu kamar tersebut mengurungkan niatnya yang hendak masuk.

Ia tersenyum simpul.

'chanyeol adalah yang terbaik untuk adikku'

.

.

To Be Continue..

.

Makasih ya buat reader yang mau baca, mohon beri tanggapannya buat ff ini, apakah pantas dilanjut atau tidak. Terimakasih.

.

OMAKE

.

Chanyeol ternganga. Menatap pantulan dirinya di cermin seolah sosok itu adalah orang lain, bukan dirinya. Chanyeol sangat yakin bukan dirinya saja laki-laki yang mengecat rambut, tapi...

Demi Tuhan, Astagaa.

"Luhan, kau bercanda? Ya ampun, ini mencolok sekali" Chanyeol hanya bisa menatap nanar pada rambutnya yang sudah dirubah Luhan menjadi berwarna pink terang. Sedangkan gadis itu hanya tersenyum lebar menatap Chanyeol.

Chanyeol tak habis pikir. Awalnya Luhan hanya mengajaknya sekedar hang out di pusat perbelanjaan, lalu kemudian ia mengajak Chanyeol memasuki salon, memaksa pemuda itu untuk mengecat rambutnya.

Pantaskah dia menyalahkan Luhan disaat dirinya sendiri mudah luluh dengan bujukan gadis itu?

"memangnya kenapa? Warnanya bagus 'kok. Kau tau kan aku sangat menyukai warna Pink. Itu sangat cocok denganmu. Bahkan aku berpikir kau semakin tampan sekarang Park Chan. Seperti member boyband" ucap Luhan menggebu sambil mengacungkan dua buah jempolnya.

Chanyeol menghela nafasnya pelan. Oke, karena Luhan memujinya, maka ia berusaha menerimanya.

Tapi, saat ia menatap cermin lagi, ia kembali gusar. Perasaannya tidak enak.

Tuh 'kan? Benar saja.

Saat berjalan, beberapa orang mulai memperhatikannya. Lebih tepatnya menatap rambutnya aneh.

'ya tuhan, tenggelamkan saja aku' batin Chanyeol nelangsa.