"Mikuo... Nilaimu tetap saja jelek, tak ada pernaikan..." gumam pemuda tegap yang telah menunjukan tanda tanda penuaan.
"Maka dari itu, kaa-san dan tou-san telah mencapai mufakat bahwa-"
Perempuan lainnya menghentikan perkataannya demi mendapat adegan bak sinetron sinetron.
"-alangkah baiknya jika kamu pindah di sekolah bibimu"
.
Vocaloid isn't mine
But, Bad-luck boy is mine, maaf saja jika titlenya pasaran.
Add a standart warning here
.
Katakan kalau itu bercanda, ingin sekali mikuo menangis seperti anak kucing kehilangan induk. Tapi diurungkan hanya karena hal yang disebut gengsi semata. Mikuo memasang wajah sedatar mungkin, yang malah terlihat seperti orang busung lapar mendadak.
"Sepertinya kamu tidak keberatan Mikuo~" senyum pemuda tegap yang setelah diselidiki adalah ayah dari Hatsune Mikuo.
"Tidak. Tidak keberatan" tapi SANGAT keberatan. Mikuo menelan bulat bulat kata 'sangat' itu walau susah. Biarlah, demi harga dirinya tidak jatuh. Bayangkan saja saat Mikuo tidak memperolehkan kedua orang tuanya pergi malam malam untuk kesebuah acara, mereka membujuk dengan memeluk kaki Mikuo dan memasang wajah minta dikasihani-cukup menjadi pelajaran buat seorang Hatsune Mikuo.
"Baiklah~ kaa-san segera mempersiapkan keberangkatanmu besok~" Ucap ibu Mikuo. Ngacir.
Dan detik itu Mikuo menyadari satu hal-
-Mendadak ia merasa ngenes.
=Good luck next time=
"Are? Mikuo-nii benar-benar mau pergi ke Hokkaido besok?" adik dari Hatsune Mikuo angkat bicara. Hatsune Miku.
"Iya, jangan kangen ya." ucap Mikuo, sebenarnya berharap adik semata wayangnya ini sedikit kangen. Sedikit ga apa, yang jelas kangen.
"Enggak, justru Miku senang bisa hidup menjadi anak tunggal" jawab Miku polos. Polos sih, tapi rasanya jleb di hati Mikuo. Cih, memang terlalu berharap banyak kalau sama adiknya.
Ah, dia berharap temen-temennya bakal kangen ke dia walau hanya segelintir. Sekolah baginya adalah rumah kedua. Tunggu, sekolah? Sekolah...?
"Kaa-san sudah memberitahu pihak sekolah kalau aku pindah?" Mikuo menatap ibunya dengan was was, berharap jika belum sehingga ia bisa mengucapkan good-bye-friends ke teman-temannya.
"Kalau itu tak usah khawatir" jawab kaa-san Mikuo dengan background 'hohoho~'
"Buku rapornya?"
"...Itu yang harus dikhawatirkan..."
"Ibu ini gimana sih?! Ngurus pindahan anak sendiri, ga becus!" tou-san menatap kaa-san dengan tajam setajam jarum dibelah dua. "Habis kemarin ketemu ibunya siapa tuh, ah iya, ibunya si Teto. Maklum, jarang ketemu" senyum sang ibu dengan muka tanpa berdosa.
"Haa.. Apa boleh buat.. Biar Mikuo saja yang ambil" usul Mikuo yang disetujui kedua orang tuanya. Besok merupakan hari yang berat bagi seorang Hatsune Mikuo.
=Good morning, today I'll begin my bad-luck day=
Ok.
Rapor sodah ditangan. Tinggal membuka pintu kelasnya dan mengucapkan selamat tinggal pada teman temannya. Tapi entah kenapa, tangannya membeku hanya untuk membuka pintu kelasnya. Sedih juga pergi meninggalkan teman-teman seperjuangan. Mikuo menelan ludahnya, ayolah Mikuo, tinggal membuka pintu ini dan mengucapkan good-bye. Hola! Selesai sudah urusan. Dengan segenap jiwa raga dan keberanian, Mikuo membuka pintu kelasnya-Katakan author lebay.
"Ah, ohayou Mii-kun!" orang pertama yang menyapanya adalah teman sejak bayinya... Kasane Teto.
Menyadari ada sesuatu yang ganjil, dengan polosnya Oliver menanyakan hal yang tepak "Are? Mikuo, kenapa kamu memakai baju bebas? Apa kamu mau pindah?" mendadak kelas menjadi sepi seperti kuburan, tapi kokoro Mikuo meletup-letup.
"...Iya, hehe, gomen baru beritahu sekarang" awkward lagi. Tiba tiba Lily memukul kepala Mikuo "Itte!" dasar gadis berandalan. "Bukannya itu bagus? Tak ada yang mengejekku gadis berandalan lagi?" ucap Lily tanpa menyadari kalau kata katanya itu mampu membuat harapan Mikuo pupus sepertiga.
"Iya juga kata Lily! Kita tak perlu kerepotan karena ulahmu, Mikuo!" ucap Oliver, cengengesan. "Jangan kembali ya, Mikuo!" senyum Kokone. "Nanti kita kesusahan lagi" ucap Zunko.
Sungguh biadab semua temannya, tak ada satupun yang sedih ketika Mikuo mau pergi. kecuali-Mikuo menoleh dengan gerakan slow.
"Mii-kun.. Hiks.. Beneran mau pindah...?" mata Teto berkaca kaca, tiba-tiba angin musim semi berhembus entah dari mana.
"Iya... Jangan kangen aku ya, Teto-"
"Bukan begitu! Justru aku senang! Bosen melihat mukamu sejak bayi.. Saking senangnya aku sampai mau menangis!" jawab Teto, cepat. Dan dengan cepat pula meruntuhkan harapan Mikuo.
"Yasudah, sayonara minna" ucap Mikuo meninggalkan kelasnya, sayang tak ada yang mendengar karena mereka semua sibuk dengan rencana pesta kepergian Mikuo-Sungguh tak setia kawan-poor Mikuo.
=TBC=
Sebenarnya Author mau membuat genre Tragedy, tapi berhubung lagi menyegarkan pikiran jadi membuat genre Humor /ganyambung
Oh iya, akhirnya setelah tak menulis fic dari sekian lama author jadi aku sempat lupa password /abaikancurhatanini.
Ini untuk event Mikuo day's dari Asane Yashi-san. Jika berminat silahkan bilang ke orangnya /halah. Ini juga untuk hadiah ultah Saruwatari Chiharu a.k.a Rosa! Otanjoubi omedetto! Maaf jika ficnya (sangat) terlambat. Terimakasih telah membaca!
Salam.
Akanemori
