Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto
Story by Ichihara Sakura
Pairing : Sasuke U & Sakura H
Warning : OOC, typo, gaje, dan kekurangan lainnya.
Narita Airport
Seorang gadis bersurai merah jambu tengah duduk gelisah ditengah kerumunan orang, gadis beriris emerald itu sesekali menggerutu kesal karna orang yang sedang ia tunggu tak kunjung datang.
"Sakura-chaaaannnn!" Sampai akhirnya, seseorang berteriak memanggilnya dari kejauhan. Gadis bersurai merah jambu itu menoleh keasal suara. Dan terlihatlah seorang pemuda berambut pirang sedang berlari kearahnya sambil melambaikan tangan serta meneriaki namanya.
"Naruto! Kau membuatku malu!" Kata gadis itu, Sakura, kepada pemuda berambut pirang yang tadi meneriaki namanya dan kini tengah memeluknya erat.
"Hehe, gomen Sakura-chaan. Aku terlalu bersemangaat!" Pemuda yang dipanggil Naruto itu berkata sembari melepaskan pelukannya dan memamerkan cengiran rubahnya.
"Huft, yasudahlah. Ayoo kita pergi, aku sudah lelah." Kata Sakura lagi, sesungguhnya ia tidak begitu lelah. Perjalanan Jerman-Jepang yang memerlukan waktu 10jam bukan apa-apa untuknya. Hanya saja ia sudah tak ingin menanggung malu yang lebih dari ini. Karna, sedari Naruto datang dan meneriaki namanya tadi. Semua orang tengah memperhatikan mereka dengan pandangan tak suka. Aah memang susah mempunyai sahabat yang kelewat heboh seperti Naruto.
Segera saja, Sakura mengangkat barang-barangnya -dibantu Naruto tentunya- dan memasukkannya kedalam bagasi mobil Naruto. Setelah itu, Sakura langsung melesat dan duduk disamping kemudi bersama Naruto disampingnya.
"Hey Sakura-chan, kita akan kemana setelah ini? Langsung ke appartement-mu atau makan dulu?" Naruto membuka suara setelah beberapa saat mobil dijalankan.
"Kita makan dulu saja Naruto, aku lapar. Aku rindu masakan Jepang" kata Sakura tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela kaca mobil Naruto.
"Baiklah, kau ingin makan apa Sakura-chan? Kita makan ramen ichiraku saja yaa?" Naruto mengusulkan sambil menatap Sakura penuh harap.
"Hahaha kau ini Naruto, kalau sudah tau akan kemana, untuk apa kau bertanya?"Sakura terkekeh kecil.
"Hehe gomen Sakura-chan, kau tau kan kalau aku ini pecinta ramen. Tiada hari tanpa ramen!"Ucap Naruto dengan semangat.
"Hahaha kau ini! Tak pernah berubah!"Kekeh Sakura sembari memukul pelan bahu Naruto.
[Sakura PoV's]
Setelah perjalanan yang terasa menyenangkan dari Narita Airport sampai ke kedai ichiraku langganan Naruto. Kami langsung turun dan menempati tempat strategis favorit kami. Ya, aku dan Naruto memang sering kesini dulu, sebelum aku terbang ke Jerman. Kami biasa menghabiskan waktu sepulang sekolah sejak kuliah hingga di Universitas. Biasanya, kami kemari bersama dengan orang itu. Orang yang menjadi alasan kenapa aku memutuskan untuk melanjutkan study-ku ke Jerman.
"Raaa, Sakuraaa, Sakura-chaaaannn!" Aku tersentak ketika Naruto meneriakiku sambil mengibaskan tangannya didepan wajahku. Ah rupanya aku terlalu lama melamun rupanya.
"Ada apa Naruto! Kau ini berisik sekaliii!" Kataku akhirnya sembari melihat sekitar dan meminta maaf pada orang yang memperhatikan kami.
"Habis kau ini dipanggil tidak menyahut! Kau ingin pesan apa Sakura-chaan?" Tanya Naruto, hah karna terlalu lama melamun aku sampai lupa kalau aku belum memesan makanan.
"Aku pesan ramen yang biasa saja" kataku pada Naruto yang memang sudah hafal pesanan ramenku. Kemudian Naruto mengatakannya pada Ayame-san -pelayan yang melayani kami-.
"Kau tau Sakura-chaan? Aku rinduuuuuu sekali denganmuuuu! Rindu, rindu, rinduuuuu sampai tak tertahankan!" Naruto memulai percakapan dengan tingkahnya yang membuatku terkekeh geli.
"Kau berlebihan sekali Naruto! Akukan hanya pergi 4 tahun! Lagipula kita masih sering berkomunikasikan?" ujarku masih terkekeh.
"Tetap saja! Kitakan hanya bisa berkomunikasi di dunia maya! Lalu apa kau bilang tadi? Hanya? 4 tahun itu lama bagiku Sakura-chaaaannn!" katanya semakin berlebihan.
"4 tahun menantiku pulang itu sebentar untukmu Naruto! Dibanding kau tak makan ramen slama 4 tahun? Lebih lama mana?" tanyaku dengan nada menggoda. Maniak ramen ini langsung memberiku cengiran andalannya dan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Hehe benar jugasih! Tapi tetap saja aku merindukanmu Sakura-chaan!"katanya lagi.
"Ahaha iyaiya, aku tau kok!" ujarku sembari tersenyum lembut.
Obrolan kami terinterupsi ketika Ayame-san mengantarkan pesanan kami. Aku menerima pesananku sembari tersenyum seraya bergumam "Arigatou" pada Ayame-san dan ia melangkah pergi meninggalkan kami.
"Oh kau tau Sakura-chaan?" Naruto memulai percakapan lagi ditengah-tengah acara makan kami. Aku hanya menaikkan alis tanda mendengarkan.
"Si teme sekarang sudah punya anak lhoooo!" ucap Naruto ceria. Dan seketika itu pula aku merasa sesak dibagian dadaku. Tak kusangka setelah 4tahun rasa ini masih tetap ada. Tapi aku tak boleh begini! Biar bagaimanapun aku juga akan menikah sebentar lagi. Hingga akupun hanya menyunggingkan senyum pada Naruto sebagai tanda bahwa aku turut senang akan berita itu. Yaa, meskipun dalam hati aku menangis.
"Ohya, aku juga punya berita bahagia Naruto!"ucapku ceria. Sejujurnya aku ingin mengalihkan pembicaraan ini.
"Apwa itwu Swakwurwa-chwaaan? Apwa? Apwaa?" tanya Naruto semangat, saking semangatnya dalam keaadan mengunyahpun ia masih tetap bertanya. Dasar.
"Hey telan dulu makananmu Narutoo! Dasar jorok!" kataku memperingati.
"Hehe iya maaf Sakura-chaan, aku kelewat penasaran sih!" katanya sehabis menelan ramen dalam mulutnya.
"Kau ingat Gaara?" tanyaku mulai serius.
"Gaara? Sabaku no Gaara?"tanyanya penasaran. Aku hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.
"Ada apa dengannya?" tanyanya penuh selidik. Sepertinya ia sudah mulai penasaran.
"Aku akan menikah dengannya!" ucapku ceria. Namun, keceriaanku hilang ketika kulihat wajahnya yang berubah sendu. Aah aku baru ingat kalau ia memiliki perasaan lebih untukku. Haah merasa bersalah juga aku.
"Ohya? Baguslah kalau begitu. Hehehe" ucapnya disertai tawa garing. Narutooo, kau membuatku semakin merasa bersalah.
"Errr gomen Naru" kataku dengan rasa bersalah. Sungguh, aku benar-benar lupa akan perasaannya padaku. Lagipula, ku kira ia sudah tak memiliki perasaan berlebih untukku.
"Tak apa, santai saja. Ohya, bagaimana Jerman?" tanyanya. Kini, ekspresinya perlahan mulai berubah menjadi lebih ceria seperti sedia kala. Ah Naruto memang jagonya merubah suasana!
"Disana menyenangkan, tapi tak semenarik Jepang tentunya" jawabku sambil tersenyum riang.
"Benarkah? Tapi bukankah disana serba gratis?" tanyanya lagi. Mendengar ucapannya aku tak tahan untuk tidak tertawa. Dasar Naruto kalo yang gratis-gratis sajaaaa.
"Kau ini tidak berubah yaa?! Kalau yang gratis sajaaaa haha"ujarku sembari tertawa.
Akhirnya, obrolan kamipun berlanjut tentang aku yang membahas Jerman. Hingga kami tak sadar hari sudah semakin siang, aku teringat kalau aku harus membersihkan apartment ku terlebih dulu. Dan lagi, Naruto pun harus kembali ke kantonya. Meski ia seorang direktur, namun tetap saja kan harus disiplin? Akhirnya, kamipun beranjak dan melanjutkan obrolan kami dalam perjalanan menuju apartment lamaku.
Sesampainya di apartment ku, aku langsung menyuruh Naruto pulang. Aku tak ingin merepotkannya lagi. Terlebih ia juga harus kembali meneruskan pekerjaannya. Yah meskipun ia memaksa untuk tetap tinggal, namun aku tetap memaksanya pulang. Setelah itu aku langsung menata semua barang yang kubawa dari Jerman ke tempat yang seharusnya, tak lupa aku juga membersihkan seluruh ruangan apartment ini. Mengingat sudah 4tahun lamanya aku meninggalkannya. Dekorasi apartmentku masih sama seperti 4 tahun lalu, aku memang sengaja tak merubah semuanya. Semua barangku hanya ditutupi dengan kain putih. Kalau kalian tanya kenapa? Jawabannya karna kepindahanku ke Jerman sangat mendadak waktu itu. Sehingga aku hanya membawa pakaian bersih dan barang-barang penting saja.
Selesai membersihkan dan menata barang-barangku. Aku langsung duduk di sofa merah di ruang tengah. Aku memperhatikan foto yang terdapat di atas televisi depan sofa ini. Foto dua orang berbeda gender yang sangat berarti bagiku. Foto mendiang kedua orang tuaku. Ya, aku memang sebatang kara saat ini. Aku anak tunggal dan orang tuaku sudah tiada sejak aku masih SMA. Mereka meninggal karna kecelakaan. Cukup miris bukan? Awalnya aku sangat terpuruk. Namun karna ada sahabat-sahabat yang menyayangiku, khususnya Naruto dan dia. Akupun terlepas dari keterpurukkanku. Aah mengingat ia, membuatku teringat akan kejadian 4 tahun lalu. Kejadian yang membuatku memutuskan untuk pindah, dan mencoba melupakannya.
Drt Drt
Kurasakan getaran di handphoneku, menandakan adanya pemberitahuan masuk. Rupanya, itu pemberitahuan dari account facebook-ku yang mendapat pesan dari sahabat dekat perempuanku, Yamanaka Ino.
"Hey Forehead! Kapan kau pulang? Betah sekali di Jerman! Aku rinduuuu!:(:("
Aku tertawa geli melihat isi pesannya, ah aku lupa memberi tahu sahabat-sahabatku bahwa aku tlah kembali. Bahkan kekasihku, Gaara, pun tak tau. Karna aku memang sengaja merahasiakannya pada mereka, karna aku ingin memberi surprise untuk mereka. Tapi kalau hanya Ino, mungkin aku akan memberitahunya saat ini. Biar bagaimanapun, aku tak ingin mendapat ceramah panjang dari Ino melalui pesan seperti ini. Dan segera saja kubalas pesan darinya.
"Ah kapan ya? Mungkin saat ini? Hihi;p"
Tak lama, Ino pun membalas pesanku.
"Apa maksudmu saat ini? Jangan bercanda forehead! Aku sedang tidak ingin diajak bercanda!" jawabnya marah. Akupun makin tertawa melihat tingkahnya yang kesal itu, bisa kubayangkan pipinya yang menggembung dan perempat siku yang muncul didahinya.
"Aku tidak bercanda, pig. Aku memang sudah ada di apartment-ku saat ini;p"
"APAA?! Kapan kau pulang? Kenapa tak memberitahu? Kenapa tak memintaku menjemputmu?" pertanyaan Ino yang bertubi-tubi membuatku semakin tertawa.
"Kalau tidak percaya, ke apartment ku saja sekarang!;p Aku pulang siang tadi, sekitar pukul 10 aku sudah sampai di Jepang, dan Naruto yang menjemputku. Aku sengaja tak memberi tahu karna ingin memberi surprise! Hehe;D" balasku.
Aku mengernyit heran ketika ku lihat dia langsung off-line, apa Ino marah padaku?
Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu yang terdengar tak sabar mengalihkan keherananku pada Ino. Kemudian, segera saja aku beranjak dan membuka pintu.
"Sakuraaaaaaaa!"
Sesaat setelah membuka pintu, aku dikagetkan dengan terjangan seseorang yang tiba-tiba memelukku dengan begitu eratnya. Bahkan kalau aku tak bisa menjaga keseimbanganku, mungkin aku bisa jatuh terjengkal kebelakang. Dan tebak, orang itu adalah INO! Bayangkan! Baru beberapa menit yang lalu aku membalas pesannya. Dan kini, ia sudah memelukku dengan begitu erat. Ino memang ajaib!
"Ino, lepaskan Sakura! Ia tak bisa bernafas tahuuuu!" ucap suara baritone yang kutahu itu Sai, kekasih Ino yang juga salah satu sahabatku. Dan aku cukup berterima kasih pada Sai karna setelahnya, Ino langsung melepaskan pelukannya.
"Kau jahat Sakura! Kenapa kau tak memberitahukuu?" katanya dengan ekspresi kesalnya yang membuat aku dan Sai tertawa.
"Err lebih baik kalian masuk dulu" ucapku sembari mempersilahkan mereka masuk.
"Jadiii, jelaskan semuanya Sakuraaa!" kata Ino setelah ia duduk dengan nyaman di sofa.
"Aku sudah bilang kan kalau aku ingin memberimu surprise? Bahkan Gaara saja tak tahu aku pulang."
"Ya, ya. Lalu, kenapa kau tiba-tiba pulang? Kau tau? Kau ini slalu tiba-tiba Sakura!"
"Yaaa, aku diminta Tsunade-sama untuk bekerja lagi di Tokyo International Hospital. Lagipula, study-ku disana sudah selsesai. Dan sekitar 1 minggu lagi aku akan kembali bekerjaaaa~"
"Benarkah? Kau serius? Kau akan bekerja lagi di Tokyo International Hospital?! Kyaaaaa aku senang sekaliii! Kita bisa seperti dulu lagi Sakuraaa! Berangkat bersama, pulang bersama, makan siang bersama. Kyaaaa aku senang, senang, senaaangggg sekaliiii!" kata Ino semangat, saking semangatnya ia jadi terlihat seperti anak kecil. Akupun hanya tertawa geli melihat tingkah Ino, dan dapat kulihat Sai yang hanya tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Ino.
"Iya Ino aku serius! Dan hey! Bisa jelaskan kenapa kalian bisa begitu cepat sampai di apartment-ku?" tanyaku. Jujur saja, aku sangat penasaran kenapa mereka bisa cepat sekali sampai ke apartment-ku?
"Hmmm jawabannya simple, itu karna apartment kita bersebalahan saat ini" jawab Ino santai.
"Hee?"
"Yaa aku dan Sai memutuskan satu apartment sejak 3tahun yang lalu. Dan kami sengaja menempati apartment yang berada disebelah apartment milikmu. Kufikir, kalau kau kembali kita jadi bisa bersama-sama kan? Tapi-" Ino memberi jeda pada kalimatnya.
"Kami akan pindah Sakura, setelah menikah tepatnya. Karna aku sudah membeli rumah untuk kami tempati bersama anak-anak kami nantinya." ucap Sai melanjutkan kata-kata Ino tadi.
"Kalian akan menikah? Kapan?" kataku bersemangat tak menghiraukan Ino yang memandangku sendu.
"Sekitar 1 tahun lagi Sakura! Kau harus datang dan menjadi pengiringku nanti!" jawab Ino tak kalah semangat. Aah sahabatku yang satu ini ekspresinya memang sering berubah-ubah.
"Ohya? Waahhh selamat yaa kaliaaan! Aku turut senaang! Iya Ino! Aku pasti akan menjadi pengiringmu yang paling cantik di pesta pernikahanmu!" ucapku dengan mata berbinar.
"Hey jangan terlalu cantik! Nanti kecantikanku hilang! Biar bagaimanapun akukan ratunya saat hari itu berlangsung!" kata Ino bercanda. Aku dan Sai tertawa mendengar pernyataan Ino.
"Ohya Sakura, bagaimana hubunganmu dan Gaara?" tanya Ino, lagi.
"Baik, dan aku akan mendahului kalian menikah sepertinya." kataku disertai senyuman.
"Hey! Mana bisa begituu! Memang kalian akan menikah kapan?"tanya Ino dengan nada menyelidik.
"Sekitar 6 bulan lagi, mungkin?" ucapku santai, yaaa aku dan Gaara memang berencana untuk menikah 6 bulan lagi.
"Mungkin? Apa maksudnya mungkin?" tanya Ino dengan dahi mengernyit.
"Gaara baru melamarku, tapi kami belum membahas hal ini lebih lanjut. Baru rencana." ucapku sembari memperlihatkan cincin pertunanganku dengan Gaara.
"Lalu? Kapan kau menemui Gaara? Kau bilang ingin memberinya surprise bukan?"
"Ya, besok aku akan mengunjungi apartment-nya secara diam-diam besok" jawabku.
"Sakura, aku pamit dulu yaaa, aku harus menyelesaikan lukisanku. Aku titip Ino, ia pasti ingin menginap dan melepas rindu denganmu" kata Sai. Sepertinya ia merasa jenuh dan merasa terabaikan dengan obrolan kami yang tak ada habisnya hihi.
Setelah itu, aku dan Ino pindah ke kamar untuk meneruskan obrolan kami yang tiada habisnya ini hingga pagi menjelang.
[End Sakura PoV's]
[Normal PoV's]
Uchiha Mansion
Makan malam sedang berlangsung di Mansion mewah nan megah ini. Terlihat di meja makan ada 2 orang berbeda gender dengan warna rambut yang senada sedang makan dalam keheningan.
"Aku selesai." ucap seorang pria dengan suara baritone-nya yang terdengar dingin.
"Sasuke-kun, ingin langsung tidur?" tanya si wanita beriris amethys itu lembut.
"Hm" gumam si pria yang tadi di panggil Sasuke itu ambigu.
"Kau ingin mandi dulu? Biar aku suruh pelayan untuk menyiapkan air hangat untukmu Sasuke-kun" tanya si wanita, Hinata, dengan nada yang lebih lembut.
"Tidak usah, aku ingin keruang kerjaku. Dan kau, jangan mengganggu." ucap Sasuke datar, namun penuh penekanan. Dirinya langsung melengos pergi menuju ruang kerjanya.
Sedangkan Hinata yang ditinggal hanya mengangkat bahu acuh dan menyelesaikan makannya lagi.
-To Be Continued-
A/n :
Holaaaaaaa saya author baru disiniiiii, saya tahu masih banyak sekali kekurangan dari fict ini. Karena itu, saya mohon bantuannya senpai-senpai. *ojigi*
Yaaak! Sekian bacotan saya disini, sekali lagi kritik dan saran dapat diterima secara ikhlas.
Akhir kata
Mind to Review?
Keep or Delete?
