Ne...

Kadang persahabatan dimulai dengan sesuatu yang tak diduga..

Cinta sering kali ditemukan disaat yang tak disangka-sangka.

Dan masalah selalu membayangi ketika bahagia akan menjelang.

...namun yakinlah, semua masalah akan menemukan solusi!


With LOVE

Writed by Hoshi Yukinua

Naruto © Masashi Kishimoto

[~prolog~]


"Jadi semua iklan yang mempromosikan tentang ini sudah disebar?" tanya seorang wanita yang memakai baju biru tua. Tangannya mengetuk-ngetuk meja yang beralaskan kaca tak sabar.

"Sudah Nona," jawab gadis yang menjadi sekretaris sang direktur sejak lama.

"Respon?" Iris birunya seakan menelan wanita berrambut hitam model segi empat. Dengan poni lurus segaris alis berusaha menyembunyikan rasa takut yang tersirat dari matanya.

"Positif, Nona," jawab sang sekretaris sumringah.

"Hem.. Kerja bagus Shizune. Kembali keruanganmu. Laporkan perkembangannya setiap sejam sekali," ucap wanita itu. Kakinya jenjang yang ter-ekspose berkat rok mini itu bergoyang pelan."Ah, panggilkan Shikamaru keruanganku."

"Baik, Nona. Saya permisi." Setelah membungkuk agak dalam Shizune pun meninggalkan ruangan direktur dengan segera.

.

]

.

]

.


Kita tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Tapi sebagai manusia kita wajib berusaha.

Mengusahakan yang terbaik!


.

[

.

"Naruto!" panggil seseorang. Pemuda berambut jabrik berwarna kuning menoleh. Seulas senyum tipis tercipta melihat siapa orang yang memangilnya. "Yo kawan! Tenyata kau bekerja part time di kafe sekarang."

"Selamat datang Lee. Seperti yang kau lihat. Kalau tak bekerja aku makan apa? Hahaha," jawab si jabrik ringan. "Jadi mau pesan apa?" Pemuda yang bernama Naru tetap berusaha profesional walaupun pelanggannya adalah sahabatnya.

"Ah.. ya.. ya," Lee menggaruk kepalanya yang mirip jamur shitake. Model rambut jadul dengan minyak rambut yang memberi efek blink-blink(?). "Spageti untuk vegetarian dan jus alpukat."

"Hah, kau masih tetap sama Lee. Masih vegetarian." Pemuda dengan senyum yang tetap terpasang mencatat pesanan Lee. "Spageti untuk vegetarian dan jus alpukat. Ada yang lain, Lee-sama."

"Ya begitulah." Pemuda berubuh langsing ini tersenyum mendengar kata 'sama' ada dibelakang namanya. "Ah, cukup itu saja."

Naruto mengambil pesanan. Sesekali ia menyapa pelanggan yang baru datang dan tak lupa memberi senyuman yang lebar. Tak lama ia pun mengantar makanan yang di pesan Lee.

"Jadi, kau masih aktif menyanyi dan dance, Naru?" tanya pemuda berbaju serba hijau itu ketika Naru menurunkan makanan dari baki. Matanya menatap lurus pada gelas yang berisi cairan berwarna hijau yang sudah sejak awal diletakkan.

Wajah Naruto tersigap. Kepalanya tertunduk sekejap,"I...tu.. sudah lama sekali." Sebuah senyum terpampang diwajah itu, namun Lee tahu senyuman itu terkandung kesedihan dan kepedihan.

"Kau tahu? Senju Entertainment mengadakan penjaringan artis baru. Aku bekerja disana sebagai admin. Part time. Kalau kau mau aku akan mempromosikanmu!" ucap Lee bersemangat.

"Ehemm," suara deheman terdengar. Ah, manager kafe. Naruto segera mengeluarkan cengirannya pada Lee dan menampilkan gestur maaf dengan menunjukkan wajah bersalah.

"Naru," Lee mengeluarkan selembar kartu nama. "Ini nomorku. Waktu pendaftarannya selama sepuluh hari dan sekarang sudah masuk hari kedua. Sisa delapan hari lagi. Kabari aku bila kau tertarik dan berubah pikiran."

Naruto tersenyum, "Terima kasih atas pesanan anda. Selamat menikmati. Bila anda butuh bantuan anda bisa memanggil saya disana," jawab Naru dengan kalimat costumer service. Lee tertawa tertahan dan meletakkan kartu namanya kedalam baki. Naruto kembali menempati posisi standby-nya. Senyuman tak tepas dari bibirnya, namun dari sorot matanya yang kosong menandakan ia berfikir keras atas tawaran Lee.

.

]

.


Manusia adalah makhluk yang kompleks.

Dengan jutaan ekspresi dan gestur tubuh.

Namun manusia juga diberi kemampuan untuk menela'ah maksud isyarat-isyarat itu

Karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.


.

[

'

"Sasuke," panggil gadis berambut merah muda. Tangannya bergelayut manja pada lengan pemuda yang ia panggil Sasuke. Tak peduli tatapan orang-orang yang lalu lalang di taman kota pada pagi hari.

"Hn," jawab Sasuke singkat. Tetap berjalan tanpa sedikitpun ada usaha untuk melirik gadis yang ada disampingnya.

"Suke, kamu masih suka bernyanyi?" tanya sang gadis dengan nada lebih hati-hati.

Pemuda berambut emo itu menghentikan langkahnya. "Apa maksudmu, Sakura?" kali ini pemuda itu menghentikan langkah dan memutar tubuhnya menatap sang gadis.

Sakura melepas rangkulan tangannya dan mengeluarkan sebuah majalah dari tas jinjingnya. Dengan serius ia membalik helai demi helai halamannya, memperhatikan setiap pokok berita. Ia seperti mencari-cari sesuatu.

"Kau membuatku menunggu," desis Sasuke kesal.

Sakura melirik ke wajah Sasuke dan melempar pandangan memohon. Wajah kesal pemuda beriris arang itu membuatnya menambah kecepatannya mencari hal yang ingin ia tunjukkan. "Ah, ini dia!" seru Sakura sesaat kemudian. Ia membuka lebar majalah dan melipat kearah sebaliknya. Kemudian menunjukkan sebelah sisi halaman yang berisi sebuah poster. "Ajang pencarian personil boyband, Sasuke."

"Hubungannya denganku?" tanya Bungsu uchiha dingin. Tangannya dimasukkan ke saku celana jins dan membuang pandangannya ke jalan raya.

"Kamu mengerti maksudku, Suke!" rajuk Sakura. Rajukan itu berubah menjadi nada yang lebih serius. "Kamu tak akan selamanya terpuruk, kan? Kau punya kemampuan, skill! Jangan biarkan mereka menekan dan meremehkanmu. Kamu seorang Uchiha, Sasuke!"

Iris nan kelam itu membulat kemudian menutup. "Aku tak tahu, Sa...," perkataannya terputus ketika telunjuk gadis beriris hijau cemerlang itu menempel dibibirnya.

"Aku mendukungmu. Kau tahu itu!" bisik Sakura. Tangannya menyusup pelan kedalam jaket dan memeluk pinggang Sasuke. "Aku tahu kau menyukainya. Lalukanlah. Jangan terkukung dalam bayang-bayang, Sasuke!"

Tubuh Sasuke menegang akibat pelukan tiba-tiba dari gadis Haruno itu. Ia menghela nafas panjang perlahan. Pelan tubuhnya mengendur dan membalas pelukan gadis yang ada dihadapannya. Menghirup aroma stroberry yang menguar lembut dari tubuh sang gadis, menenangkan sekaligus menguatkan.

"Aku... akan melakukannya,"gumam Sasuke pelan disambut senyum hangat dari Sakura.

Ah, mari kita tinggalkan pasangan yang membuat seluruh taman kota yang ramai menjadi hening akibat kemesraan pasangan muda yang terlalu buka-bukaan.

'

]

.


Senyum dan tawa,

murung dan tangisan,

marah dan teriakan,

...adalah pasangan ekspresi yang selalu ada pada manusia.

Kita tak mampu menahan semua bentuk emosi.

Tapi yakinkah, sebuah ikatan yang dihubung dengan ketulusan dan keikhlasan tak akan longgar!


.

[

'

"Oi," Panggil seseorang berkuncir muncul dipintu ruangan serba putih. Ia berjalan ke sebuah meja dan langsung menempelkan panggulnya pada bangku dan menempelkan wajahnya di permukaan meja kayu itu. Matanya terpejam dan wajahnya tampak lelah.

"Aku punya nama, Shikamaru. Kiba, K I B A, bukan OI!" jawab pemuda bertato segitiga terbalik memanjang di kedua sisi pipinya. Ia tampak sibuk di meja praktikumnya. Tangan kanannya memegang pisau dan pingset bergantian sedang tangan kirinya sibuk mencatat. Sepertinya pemuda bernama Kiba ini kidal. Dihadapan pemuda ini tergolek tak bernyawa dan dalam bentuk yang tak jelas alis acak-acakan seekor katak (poor katak).

"Ya ya," jawab Shikamaru malas. Shikamaru sang pria berkuncir menggeliat dari tidurnya. Tangan kanannya manahan dagunya sedang tangan kiri terjuntai bebas di paha kirinya. "Agensiku mengadakan, ajang pencarian personil boyband di- ."

"Boyband?" ucap pemuda yang sedang mengenakan jas putih memutus ucapan Shikamaru. Jari-jemari Kiba berhenti beraktivitas. Pisaunya terlepas begitu saja dari tangannya. "Apa kau bilang? Boyband? Jangan mengolok-olokku, Shikamaru?" tubuh Kiba kini menghadap Shikamaru seluruhnya. Matanya membulat penuh harap. Suara yang tadinya tak peduli berubah bersemangat.

"Aku terlalu malas untuk berbohong, Kiba," ucapnya malas. Sesaat ia menguap lebar dan menggosok matanya. "Aku diminta si Nenek untuk menjadi manager dari peserta terpilih."

"Yatta! Kenapa kau baru memberi tahuku sekarang, bodoh! Dimana aku bisa mendapatkan formulirnya?" teriaknya bersemangat. " Ah, aku harus segera beres-beres."

"Aku juga baru dapat informasinya seminggu yang lalu dan kita tak pernah bertemu," ucap Shikamaru membela diri. Tangan kirinya kini menggaruk kepala bagian belakang. "Kau terlalu banyak mengikuti UKM, Kiba."

"Seminggu yang lalu? Itu sudah lama! Ais, berapa lama waktu pendaftarannya?" tanya pemuda yang kini mencuci tangan dan peralatannya di westafel. Sisa-sisa darah dimeja lab telah bersih dan tak ada lagi bangkai katak disana. "Kau belum menjawab pertanyaanku tentang formulirnya."

"Ya ya, memang lama. Kau terlalu sulit ditemukan. Waktunya sepuluh hari dan kau ambil formulirnya di koran Makro Montly," jelas Shikamaru.

"Apa? Makro Montly itu ? Koran bisnis yang bahkan pebisnis saja jarang membaca. Apa tidak ada formulir soft-nya di website?" tanya Kiba kaget. Makro Montly? Yang benar saja? Senju Entertainment pasti sudah gila. Senyum meringis pun terpampang diwajah pemuda pecinta hewan itu. Tangannya sibuk mengeringkan alat-alat bedah yang tadi digunakan dan memasukkan dalam kotak.

"Tidak ada soft-nya. Perusahaan tidak menerima email. Kau tahulah, strategi dagang. Bergegaslah, kau harus tahu pendaftarnya sudah melebihi lumayan banyak," ucap Shikamaru sambil berdiri. "Jangan lupa berlatih. Aku masih ada kelas. Jaa."

"Ah, sudah mau pergi? Arigatou na, Shikamaru!" teriaknya pada Shikamaru yang menghilang dibalik pintu labor.

'

]

.


Sahabat tak hanya terhubung dalam sebuah prinsip membutuhkan dan dibutuhkan.

Sahabat tak hanya dihubungkan karena situasi dan kondisi.

Sahabat tak hanya dihubungkan hanya karna butuh komunikasi dan mendampingi.

Sahabat adalah hubungan antara satu dati dengan hati yang lainnya hingga membentuk sebuah koneksi kuat.

.


[

'

Seorang pria berambut panjang dengan kaca mata hitam dimatanya berjalan keluar dari sebuah gedung menuju area parkir. Dibelakangnya seorang wanita mengikutinya.

"Neji-sama, jadwal pemotretan anda untuk selanjutnya adalah di Kumo - Negara Rai pada jam dua belas siang nanti, pada jam tiga sore ada pameran busana bersama designer Mitarashi Anko-sama di Konoha. Sebaiknya anda beristirahat dulu selama perjalanan ke Kumo, Neji-sama," ucap wanita ketika sudah memasuki mobil.

Pria itu menyamankan duduknya di kursi. "Baiklah. Arigatou, Uzuki-san," ucapnya pelan. Tangannya yang putih melepas kaca mata dan meletakkannya di bagian kursi yang tidak ia duduki. Tak lama kemudian matanya telah terpejam dengan tangan dilipat di tepan perutnya. Dan mobil pun meninggalkan area parkir.

Uzuki Yuzao, wanita yang menyetir kini adalah manager dari Hyuuga Neji yang merupakan artis dan model terkenal. Wanita yang lahir pada tiga November dua puluh delapan tahun yang silam ini telah dua tahun menjadi manager sang artis muda ini. Gadis beriris coklat ini merupakan manager dari artis lain sebelumnya namun setelah kedatangan Neji. Dengan tinggi seratus enam puluh tiga sentimeter dan berat lima puluh koma lima kilogram, cukup ideal, sebenarnya ia pernah diminta menjadi model. Namun menolak dengan alasan lebih menyukai pekerjaan sebagai manager.

Setelah lima belas menit berkendara sebuah nada dering menggema di didalam mobil. Segera wanita bermarga Uzuki itu meminggirkan mobilnya ke sisi jalan dan segera mengangkat teleponnya

"Moshi-moshi!... Ya saya Uzuki Yuzao. Ah, direktur? Ya... ya, ... Benarkah? Arigatou gozaimasu, direktur. Emm, Baiklah. Akan saya sampaikan pada Neji-sama nanti. Sekarang beliau sedang beristirahat. Hai, konnichiwa." Yuzao segera menutup telepon genggamnya dan menghidupkan kembali mesin mobil. Senyuman tak lepas dari bibirnya.

"Jadi apa kabar gembiranya, Uzuki-san?" suara bariton dari kursi belakang menghilangkan senyuman dari bibir tipis Yuzao.

"Sejak kapan Anda bangun, Neji-sama?" tanya wanita berambut ungu ini. Ia merapikan rambutnya yag agak berantakan kemudian menggas mobil sehingga melaju ke badan jalan.

"Sejak teleponmu berdering," jawab Neji singkat. Matanya menatap lurus ke depan.

"Gomenasai, Neji-sama. Direktur memberi kabar ada Ajang Pencarian Personil Boyband di Senju Entertainment. Beliau meminta anda untuk mengikutinya," jelas Yuzao semangat. "Bagaimana menurut anda?" Mobil dikendarakan yuzao melaju dengan anggun dengan kecepatan delapan puluh kilometer per jam.

"Boyband? Apa Hiashi jii-sama tak salah? Aku tak terlalu baik dalam bernyanyi. Begitu pula dengan dance, tak begitu ahli. Apa ini tak bercanda Uzuki-san?" ucap pemuda beriris ungu muda ini tak suka.

"Tapi perusahaan telah mendatarkan anda, Neji-sama. Tidak mungkin dibatalkan," ucap Yuzao pelan. Berusaha tak menimbulkan nada panik dalam nada bicaranya.

Neji menghela nafas. Dia tak mampu menolak keinginan pamannya itu, mengingat sang paman adalah pengganti orang tuanya yang telah tiada.

"Jadi kapan audisinya?" mau tak mau Neji menanyakan hal yang paling tak ingin ia tanyakan.

"Dua hari lagi, Neji-sama," kali ini Yuzao tak menutupi nada ragu dari ucapannya.

"A-APAA?" teriak Neji OOC. Ha~ah, Yuzao merasa perjalanannya hari ini akan menjadi lebih panjang dari hari-hari biasanya.

'

]

.


Kekuatan manusia itu berasal dari empat elemen.

Dari lingkungan disebut pengaruh.

Dari keluarga disebut rasa aman.

Dari atasan dan pekerjaan disebut tekanan.

Dari sahabat disebut persaingan.

Namun kekuatan utama itu berasal dari diri sendiri.

Bila diri sendiri tak ada motivasi, percayalah tak akan ada satupun keadaan yang berubah.

.


[

'

"Ohayou gozaimasu, Sabaku-san," sapa setiap mahasiswa maupun mahasiswi yang berpapasan dengan pemuda berambut merah baru saja memasuki pekarangan Universitas Negeri Suna. Oh ayolah, siapa yang tak mengenal ketua perwakilan siswa Universitas Negeri Suna ini? Mahasiswa yang memiliki segudang prestasi (yah banyaklah nggak nyampe segudang juga), rapper yang cukup terkenal di prefektur Suna dan dancer yang handal, koki di sebuah kafe yang selalu padat pengunjung dan tak lupa poin plus-plus yaitu wajah ganteng, dengan sorot mata yang tajam namun sangat care dengan orang lain.

"Ohayou gozaimasu," balasnya datar dan melirik singkat. Pemuda Sabaku melanjutkan perjalanannya menuju ke ruang kuliahnya. Kesan cool-nya ini yang selalu membuat orang-orang segan sekaligus kagum.

Ruang kelas yang luas. Di depan kelas terdapat panggung setinggi lima puluh sentimeter dengan bentuk setengah oval dengan diameter tujuh meter, cukup membuat sang dosen kewalahan hanya untuk berjalan dari ujung ke ujung untuk menjelaskan atau menyampaikan materi kuliah. Selanjutnya tempat mahasiswa merupakan susunan bangku yang makin kebelakang posisinya makin tinggi berkat lantai yang menyerupai tangga sehinga memudahkan sang siswa untuk melihat papan tulis ataupun sang dosen ketika menyampaikan materi.

Kelas telah ramai. Begitu sampai di kelas sang pemuda Sabaku langsung menuju bangku bagian tengah dibaris kedua, bangku biasa yang dia duduki, duduk dengan tenang dan menatap lurus kearah depan.

"Gaara-kun? Ohayou... Kamu datang cepat hari ini," sapa gadis berambut panjang sepinggang ini. Gaara melirik gadis yang menyapanya.

"Ohayou Matsuri. Begitulah," jawab Gaara singkat. Gadis bernama Matsuri segera duduk disebelah Gaara.

"Gaara-kun, acara seminar untuk hari hidup sehat bagaimana? Kamu sudah punya konsep?" tanya Matsuri sembari mengeluarkan binder.

"Belum. Siang nanti akan ada rapat, kan?" jawab Gaara balik bertanya. Wajahnya tetap menunjukkan datar ekspresi. Namun Matsuri tahu, sang ketua acara susah bekerja keras seminggu ini demi kesuksesan acara.

"Ohayou!" sapa gadis yang selalu memakai bando di kepala memasuki ruang kelas dengan ceria. Ketika matanya menemukan dua sosok yan dicarinya, ia langsung menuju bangku keduanya.

"Ohayou Ayame-chan. Sini..sini.. aku dan Gaara-kun sedang membahas seminar," ucap Matsuri membalas sapaan Ayame. Tangan melambai kearah Ayame yang sedang menuju bangkunya dan Gaara.

"Ne...ne... kalian berdua selalu serius. Bermain-mainlah. Lihatlah!" ucap Ayame sembari menunjukkan majalah. "Yang ini. Bagaimana? Keren, kan?"

Gaara dan Matsuri serempak melihat ke majalah yang ditunjuk oleh jari Ayame. Ada profil artis rapper internasional. Gaara langsung antusias dan Matsuri menatap dengan pandangan tak percaya.

"Sugoi!" jerit Matsuri langsung merebut sang majalah dari tangan Ayame dan membukanya bersama Gaara. Matanya menyiratkan kebahagiaan melihat banyak artis-artis kesukaannya. "Dari mana kamu mendapatkan ini, Ayame-chan? Ini majalah langka!"

Gaara berhenti melihat majalah dan menatap fokus pada Ayame. Sepertinya ia turut antusias menunggu jawaban gadis yang merupakan saudara jauh dari pemilik pengusaha ramen terkenal di konoha, Takeuchi.

"Ra ha si a," Ayame mengedipkan sebelah matanya dan tertawa ketika Matsuri memukulnya gemas, sedang Gaara tersenyum tipis sesaat. Setelah Matsuri berhenti memukulinya, Ayame langsung mengeluarkan sesuatu lagi.

"Makro Montly?"ucap Matsuri dan Gaara serempak begitu Ayame meletakkan majalah itu kedepan para sahabatnya. Mereka memang kuliah jurusan manajemen. Tapi untuk percaya seorang Ayame membawa majalah bisnis, walau reputasi majalah ini agak errr... bu (ups)- kurang baik, tetap saja sangat mengherankan. Membaca tulisan singkat saja ia malas apalagi membaca majalah yang agak ambu(ah~)- ruwet. Gaara saja yang tenang langsung menampakkan sedikit kerutan di antara kedua alisnya. Mengherankan.

"Kalian... apa-apaan pandangan tak percaya kalian itu!" rajuk Ayame tak suka. Ia langsung menarik majalah Makro Montly, dan membuka halamannya. "Baca ini," katanya lagi menunjukkan kolom iklan.

"Ajang Pencarian Personil Boyband?" tanya Matsuri bingung. Kali ini Gaara tak bersuara.

"Ya. Dan aku sudah mendaftarkan Gaara dalam audisi ini kemaren sore," ucap Ayame sambil tersenyum menyeramkan.

'Ah~ tidak! Kumohon Kami-sama, jangan terjadi lagi!' jerit Matsuri dalam hati. Sifat yang langsung melakukan sesuatu tanpa berfikirnya kambuh. Matsuri diam-diam melirik gaara. Ajaib. Tak ada perubahan di wajah stoic pada pemuda minim ekspresi itu. Matsuri kini melirik Ayame lagi. Ada serengai kemenangan diwajah putih sang gadis yang memiliki dua kepribadian.

"Kapan?" pertanyaan Gaara sukses membuat Matsuri bertambah heran. Apakah Gaara sebegitu senangnya dengan rapper dan dance hingga dia mau mengikuti audisi itu padahal Ayame mendaftarkannya tanpa izin? Entahlah. Hanya Gaara dan Kami-sama yang tahu jawabannya.

"Besok," jawab Ayame singkat sukses membuat Matsuri sweetdrop. "Aku akan mengantarmu sekalian pukang ke rumah paman Takeuchi," tambah Ayame lalu melirik matsuri. "Kamu mau ikut, Matsuri?" tanyanya yang sukses membuat yang ditanya terbingung-bungung.

"Baiklah," jawab Gaara tanpa mengalihkan matanya dari iklan itu. "Ah, Arigatou, Ayame-san," sambung pemuda itu menganggukkan kepala

"Hai...hai doita! Aku tahu Gaara-kun tak akan menolak," ucapnya bahagia. "Aku jemput kalian di rumah ya! Matsuri-chan jangan ketiduran, ok!" teriak Ayame agak keras sehinga mengundang perhatian mahasiswa lain yang telah memenuhi ruangan.

'Eh? Aku belum bilang setuju kan?' batin si gadis yang duduk disamping Gaara. Matsuri pun hanya menghela nafas. Maklum. "Ayame-chan, mau kemana? Dosennya mau masuk!" teriakan matsuri menggema.

"Bisnis." Suara Ayame menghilang diiringi salah satu dosen killer masuk. Huahh~~, entah mengapa suhu ruangan yang full AC ini memanas.

.

'

]

.

To be continue


{o}{0}{o}{0}{o}{0}{o}{0}{o}{0}{o}{0}{o}{0}{o}

~Omake~

Naruto, pemuda setinggi seratus tujuh puluh lima ini melepas pakaian kerjanya. Tangannya menyusup ke saku celana, menggapai kertas. Hari ini adalah hari ketiga setelah Lee menawarkan ajakan untuk mengikuti audisi. Tiga hari berfikir untuk sekedar mengatakan "ya" sebenarnya tidak sulit, yang sulit adalah masalah yang ia hadapi. Ia berusaha menutupi dan melupakannya. Namun bila takdir mengatakan ya entah bagaimana ia menolak. Tawaran Lee menjadi mimpi-mimpi yang memburu.

Pemuda yang dipipinya terdapat garis halus masing-masing tiga dipipi kiri dan kanan ini menghela nafas menetapkan hati.

Satu.

Dua.

Tiga.

Ia memencet nomor telepon yang tertera di kartu nama. Ditekannya tombol hijau. Menunggu dan tersambung! Nada tunggu yang bergema dilorong telinganya menambah rasa gundah.

"Moshi-moshi," terdengar suara disana. "Kore wa nan desuka?"

"Lee, ini aku Naruto. Aku akan ikut audisi itu," ucap Naruto tanpa ragu-ragu lagi.

"Souka? Baguslah! Aku tunggu di kantor besok siang jam dua belas di lobi. Jaa."

"Arigatou," ucap Naruto tulus dan menutup telepon genggamnya. Tangannya bergerak menyimpan telepon genggamnya kedalam saku dan mengambil tas sandangnya. Sebuah senyum terukir dibibir itu. Entah mengapa ia merasakan perasaan yang lebih ringan sekarang.

{o}{0}{o}{0}{o}{0}{o}{0}{o}{0}{o}{0}{o}{0}{o}


Gomen na, Yuki udah bikin fic multichap lagi. Nggak bertanggung jawab ama "Sensei, onegai". Entah mengapa ide Sensei, onegai menghilang begitu aja. Mungkin karena ada yang bilang itu fic rada ada aroma Shonen Ai. Gyaaa! Nggak mau! Awalnya Yuki cuma bercanda dan bikin reader penasaran. Lama-lama kok naruto karakternya jadi melambai gitu ya? Sasuke juga gitu. Shika ikut-ikutan. Gah! Walo Yuki pembaca segala tapi nggak cukup kuat bikin fic yang shonen-ai beraroma romance. Ada saran? Apa Yuki hapus aja ya ficnya? Tapi sayang... Dilema nih... Udah lama nih Yuki nimbang-nimbang. Makanya mau update juga mandeg. Padahal idenya ampe tamat udah ada.

Eum, cukup cuap-cuap tentang Sensei, onegai. Bagaimana minna? Ficnya? Idenya pasaran ya? Yuki lagi penasaran ama boyband. Kenapa para boyband bisa segitu disukai di Indonesia. Dulu Yuki sukanya ama Westlife ama F4, jadul ya, tapi mereka kan nggak banyak ngelakukan gerakan pas nyanyi. So, Yuki sekarang lagi meneliti (sok ilmuan perbedaaan) boyband Barat, Jepang, Korea dan Indonesia juga n_n. Ada saran, masukan atau kekurangan? Silahkan layangkan lewat PM. Karena Yuki masih rada linglung, Yuki membutuhkan banyak info mengenai boyband, cara pembagian suara, panggilan-panggilan lucu dsb...

Oya, ada yang tau apa itu magnae?

READ AND REVIEW PLEASE