Disclamer: Vocaloid belongs to Crypton Future Media and Yamaha

Warning: AU, OOC, Shounen-ai


Only For You


Sudah sekitar tiga tahun Gakupo, Kaito dan Len bersama. Gakupo yang paling dewasa dan paling tua diantara mereka yang bersikap santai tapi serius, Kaito yang terkesan cuek tapi bersikap baik, sedangkan Len yang paling muda terkadang bersikap agak manja kepada Gakupo dan Kaito.

Mereka bertiga selalu menghabiskan waktu bersama dari kecil hingga sekarang, meski umur mereka berbeda tapi itu bukanlah penghalang bagi mereka untuk terus bersahabat. Mereka malah menyukai saat-saat bersama.

Dan apakah mereka mempunyai seseorang yang spesial bagi mereka? Tampaknya belum ada, buktinya mereka bertiga masih single dan merupakan peluang besar bagi para gadis untuk mendekati mereka.


"Kaito nii-chan, Gakupo nii-san..." panggil seorang pemuda berambut pirang, Kagamine Len sambil berari-lari kecil.

"Hei, Len. Jangan terburu-buru begitu. Kalau kau jatuh, bagaimana?" tanya pemuda berambut ungu panjang, Kamui Gakupo.

"Ah... Nii-san, aku kan bukan anak kecil." keluh Len sambil menggembungkan pipinya, ia terlihat manis.

"Haha... Kau dengar katanya, Nii-san? Ia bukan anak kecil lagi," celetuk pemuda berambut biru, Kaito Shion. Mendengar Kaito seperti menyindiri dirinya, Len langsung mencubit pelan tangan Kaito. "Aduh... Sakit kan, Len?"

"Habisnya Nii-chan nyindir aku." ujar Len sambil menjulurkan lidahnya. Kaito hanya tersenyum jahil saja, baginya 'adik kecilnya' ini tidak akan tahan atas apa yang akan ia lakukan.

"Oh ya?" Kaito mulai menggelitik badan Len, Len hanya tertawa saja. Mereka berdua sering bertingkah konyol seperti itu. Sedangkan Gakupo, ia hanya menggelengkan kepala jika melihat tingkah kedua sahabatnya itu.

"Hei, hei. Kalian berdua ini, sudahlah berhenti." ujar Gakupo.

"Jangan ganggu, Nii-san. Aku ingin memberikan Len-chan pelajaran." ujar Kaito yang masih menggelitik badan Len. Len dari tadi tertawa saja menahan rasa geli.

"Ahaha... Hentikan Nii-chan. Kau membuatku... gila. Haha..." ujar Len disela tawanya itu. Gakupo langsung saja menahan tangan Kaito dan membiarkan Len berhenti dari tawanya.

"Ah, Nii-san..." keluh Kaito.

"Sudahlah, kalian berdua. Bersikaplah sedikit dewasa, terutama kau Kaito." ujar Gakupo santai. Kaito hanya terdiam saja mendengar ucapan Gakupo. Ia merasa kalau Gakupo adalah sosok kakak yang baik, jadi ia tidak mungkin melawan ucapannya.

"Sudahlah Nii-san, jangan terlalu menyudutkan Nii-chan." ujar Len yang sedari tadi diam.

"Iya, iya." Gakupo hanya mengelus rambut Len pelan sambil tersenyum.

Mereka bertiga terdiam sejenak, kemudian saling melempar senyum. Itulah kebiasaan yang baik dari mereka, meski dimarahi tetap saja tidak ada dendam atau apap pun. Tapi tanpa mereka bertiga sadari, akan segera dimulai sebuah kisah cinta yang mungkin kalau mereka tahu akhirnya seperti apa akan mereka hindari.


Mentari telah menampakkan cahayanya, jam juga sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Len sudah bersiap-siap menuju sekolahnya, setelah selesai memakai seragam ia langsung menuju pintu depan. Disana tampak sosok gadis berambut pirang dengan wajah serupa dengan Len sedang menunggunya.

"Cepat, Len. Nanti telat..." ujar gadis itu.

"Sebentar, Rin," ujar Len sambil berjalan mendekati Rin, adik kembarnya. "Ayo kita berangkat."

Lalu mereka berdua berjalan bersama menuju sekolah. Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya saling berdiam diri saja, tidak ada satu pun yang memulai percakapan. Saat mereka melintasi sebuah jalan, mereka melihat sosok Kaito.

"Yuhu, Kaito Nii-chan..." panggil Rin sambil melambaikan tangannya pada Kaito. Kaito yang mendengarnya langsung berbalik arah dan menghampiri kedua saudara kembar itu.

"Pagi Len dan Rin. Ternyata kita bertemu disini, pas sekali." ujar Kaito.

"Iya. Jadi enak ada teman ngobrol." ujar Rin tersenyum.

"Maksudnya apa, Rin? Kau tidak suka mengobrol denganku?" tanya Len.

"Tentu suka, tapi sama Kaito Nii-chan juga." jawab Rin.

"Sudah, sudah. Ayo kita berangkat sama-sama." ujar Kaito menengahi.

"Ok." ujar Rin.

Untungnya mereka bersekolah di sekolah yang sama, jadi bisa berangkat bersama-sama. Rin berjalan dahulu, disusul pula oleh Kaito. Len berjalan di belakang mereka berdua, ia melihat adiknya dan Kaito tampak senang. Entah kenapa ia merasa sakit, terbesit sedikit rasa benci disana.

Kaito melirik ke arah Len dengan wajah yang terlihat bersalah. Untungnya saat itu mereka berdua tidak saling bertemu pandang. Kaito jadi merasa bersalah karena sedikit mengabaikan Len.

.

.

.

Len dan Rin mengikuti pelajaran di kelas dengan serius, begitu juga murid-murid yang lain hingga jam istirahat tiba. Baru saja Len membereskan barang-barangnya, Rin sudah menghampirinya.

"Len~, Kaito Nii-chan mencarimu." ujar Rin.

"Hah?" tanya Len heran. Ia melirik ke arah pintu kelas dan benar sosok Kaito sudah berada disana sambil melambaikan tangan. Len melirik ke arah Rin. "Kau tidak ikut?"

"Tidak, aku mau melihat catatan Gumi-chan dulu. Hehe..." ujar Rin sambil tertawa kecil. Ia lalu meninggalkan Len dan menuju bangku temannya, Gumi. Sedangkan Len berjalan menuju Kaito.

"Ada apa, Nii-chan?" tanya Len.

"Ano... Bisa ikut aku sebentar?" tanya Kaito. Len hanya menganggukkan kepala dan Kaito mengajak Len pergi. Mereka berdua menuju taman belakang sekolah, disana memang sangat sepi dan jarang ada yang datang.

Kaito dan Len duduk di bangku taman itu. Suasana menjadi hening, tidak ada yang berbicara. Hanya angin sepoi-sepoi saja yang menemani mereka berdua. Karena tidak tahan dengan keheningan seperti ini, Len angkat bicara.

"Sebenarnya ada apa, Nii-chan?" tanya Len penasaran. Bukannya menjawab pertanyaan Len, Kaito malah menggengam tangan Len. Len cukup terkejut dibuatnya.

"Aku... aku menyukaimu, Len." ujar Kaito langsung.

Len benar-benar terkejut mendengarnya. Suka? Kaito yang dimata Len selalu jahil, tapi merupakan kakak yang baik dan pengertian ini menyukai dirinya? Len merasa ada sesuatu yang salah dengan Kaito, atau lebih tepatnya ada sesuatu yang salah dengan dirinya.

Mendengar pernyataan cinta siapa yang tidak gugup? Len merasa memang ada yang aneh dengan dirinya, jantungnya berdetak kencang karena mendengar ucapan itu. Ia menatap ke arah Kaito, wajahnya terlihat serius.

"Nii-chan, kamu salah membawa orang ya? Harusnya kan Rin, atau mungkin... Miku Nee-chan." ujar Len pelan.

Kaito menatap wajah Len, ia hanya tersenyum manis. Len bisa merasakan jantungnya berdetak lebih kencang lagi. Tampaknya memang ada yang salah dengan Len dan penyebabnya adalah pemuda yang berada di depannya.

"Aku tidak salah, Len. Aku memang menyukaimu, tidak. Aku bahkan mencintaimu." ujar Kaito serius. Mata birunya menatap mata hijau Len. Len berusaha menghindar, tapi dirinya seolah-olah sudah terjerat dalam tatapan Kaito.

Kaito mendekatkan wajahnya pada Len, lebih tepatnya mendekat ke bibir merah Len. Kaito langsung menyentuh bibir Len dengan bibirnya. Membagi kehangatan dalam sebuah ciuman pertama yang manis.

Len sangat terkejut, apa yang Kaito lakukan ini bukanlah iseng belaka. Kalau hanya iseng betapa sakitnya dirinya. Len mendorong pelan tubuh Kaito, merasa Len tidak menyukainya, Kaito mengakhiri ciumannya.

"Kenapa, Len?" tanya Kaito.

"Nii-chan, kau..." gumam Len dengan wajah yang sangat merah. Ia ingin menanyakan kenapa Kaito menciumnya. Tapi kalau ditanya hasilnya akan sama karena.

"Aku mencintaimu, Len,"ujar Kaito. "Bolehkah aku memilikimu?"

Len tampak berfikir, ia tidak tahu perasaan apa yang ia rasakan sekarang. Jantungnya berdetak sangat kencang. Len menatap Kaito lagi, masih dengan raut wajah yang sama. Keseriusan terpancar dari mata biru Kaito.

Rasanya sulit mengatakan apa yang ingin dikatakan. Mulut Len terasa terkunci untuk mengatakan satu kalimat itu. Kalimat yang mengubah hubungan mereka. Ia hanya mengganggukan kepalanya saja.

"Benarkah?" tanya Kaito memastikan.

"Iya..." ujar Len pelan.

"Terima kasih..."

Iya, inilah awal dari kisah cinta yang terlarang dimulai. Hubungan yang mungkin terlihat manis di awal, tapi entah dengan akhirnya. Tapi tanpa mereka berdua sadari ada sepasang mata berwarna ungu yang memperhatikan mereka dari kejauhan. Terbesit kecemburuan yang besar di matanya.


Waktu cepat sekali berlalu dan tibalah akhir pekan. Hari yang dinanti-nati oleh Len, tentu karena Kaito berjanji mengajaknya kencan hari ini. Len terlihat senang, bahkan ia berlama-lama di kamarnya hanya untuk melihat-lihat baju apa yang ia pakai.

"Hei, Len. Kamu ngapain? Lama..." keluh Rin.

"Eh? Rin. Tidak kok..." elak Len.

"Tumben kamu berlama-lama di depan kaca? Mau kencan dengan Miku-nee?"

"Ah tidak."

"Lalu?"

Len tidak menjawab pertanyaan Rin, ia hanya menghindari tatapan mata adik kembarnya itu. Rasanya malu kalau ketahuan Len berubah 180 derajat karena siapa. Rin hanya menghela nafas, ia meninggalkan Len di kamarnya.

"Ok, aku pergi dulu ya. Teman-teman sudah menunggu." pamit Rin.

"Baiklah. Hati-hati." ujar Len.

Begitu Rin benar-benar meninggalkan rumah, Len langsung terdiam. Terkadang ia berfikir bagaimana awalnya ia bisa menyukai Kaito. Ah, difikir lama-lama malah membuat pusing. Tiba-tiba terdengar suara bel pintu depan, Len langsung bergegas membukanya. Dan betapa terkejutnya ia melihat sosok yang tidak disangka-sangka.

"Gakupo nii-san?" gumam Len heran.

"Hai, Len." sapa Gakupo.

Len sedikit terkejut dengan kedatangan Gakupo, tidak seperti biasanya. Kalau mau ke rumahnya, Gakupo selalu menghubungi Len dulu. Dan ketika ia datang Len atau Rin bisa menyambutnya. Tapi sekarang Gakupo datang tanpa pemberitahuan.

"Tumben, nii-san?" tanya Len.

"Kenapa? Kamu tidak suka? Atau... ada janji?" tanya Gakupo.

"Ano..."

Tidak lama sosok yang dinanti Len datang. Tapi pemuda itu juga kaget, Len tidak sedang sendirian. Apakah ia datang terlambat atau apa hingga pemuda berambut ungu itu sudah datang dulu?

"Gakupo nii-san?" tanya Kaito.

"Kaito nii-chan." ujar Len.

Gakupo menoleh ke arah Kaito, ia hanya tersenyum tipis saja. Tapi ia berusaha melihat ke arah Len. Benar dugaannya, raut wajah Len lebih ceria kalau Kaito datang. Apakah mereka berdua ada janji tanpa Gakupo ketahui?

"Kebetulan sekali, Kaito. Aku baru saja mau mengajak Len jalan. Kamu mau ikut?" tawar Gakupo ramah.

Kaito dan Len terkejut mendengar apa yang Gakupo ucapkan. Mereka berdua tidak memahami jalan pikiran Gakupo. Kaito dan Len saling berpandangan, lalu mereka tersenyum.

"Ok." jawab keduanya kompak.

.

.

.

Gakupo mengajak Kaito dan Len pergi ke taman hiburan. Ini hanya perasaan mereka bertiga, atau sejak kedatangan mereka para gadis tidak melepaskan pandangan mereka. Gadis-gadis itu mulai ribut membicarakan Gakupo, Kaito dan Len.

Biasa, mental seorang gadis remaja kalau melihat pemuda yang tampan. Pasti akan jadi buah bibir yang menarik untuk dibicarakan. Len merasa sedikit risih dengan tatapan beberapa gadis.

"Ano..." gumam Len.

"Iya?" ujar Gakupo dan Kaito bersamaan.

"Aku merasa daritadi mereka memperhatikan kita."

"Ah, kamu GR ya?" ledek Kaito.

"Ah, tidak kok~" ujar Len.

"Sudah, ini tempat ramai kan?" lerai Gakupo.

Kaito dan Len hanya terdiam saja mendengarnya. Lalu mereka bertiga berjalan-jalan melewati taman hiburan ini. Bermain dengan wahana disana, menikmati jajanan atau sekedar istirahat santai.

Karena capek Gakupo memilih duduk di bangku taman yang ada, sedangkan Kaito dan Len duduk di sebelah kanan dan kiri. Mereka bertiga hanya terdiam saja. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara seorang gadis.

"Ah, ini benar kamu, Gakupo-san." ujar seorang gadis berambut pink panjang.

"Kebetulan bisa bertemu disini, Luka." ujar Gakupo.

"Iya." gadis berambut pink yang bernama Megurine Luka ini adalah teman satu kampus Gakupo. Mereka berdua juga sering menjadi partner jika ada tugas kelompok. Kaito dan Len yang tidak tahu-menahu mengenai gadis cantik itu hanya bertanya dalam hati.

"Dia siapa, Nii-san?" tanya Kaito.

"Kenalkan, ini Megurine Luka, temanku. Luka, ini sahabatku waktu kecil Kaito dan Len." ujar Gakupo sambil memperkenalkan kedua sahabatnya itu.

"Salam kenal." ujar Luka.

"Mungkin ada yang ingin kau bicarakan, kita cari tempat lain." ujar Gakupo sambil membawa Luka pergi dari hadapan mereka berdua. Kaito dan Len bernafas lega karena Gakupo tidak berada di sekitar mereka.

Baru kali ini mereka merasa kehadiran Gakupo sedikit menganggu, mungkin karena ini kencan pertama mereka? Ah, entahlah. Apapun alasannya mereka bisa lega sekarang.

"Nii-san pergi." gumam Kaito.

"Iya." ujar Len.

"Mau melanjutkan kencan kita yang tertunda?"

Wajah Len tiba-tiba saja memerah, ia mengalihkan pandangannya dari Kaito. Sungguh, ia merasa malu sekarang. Jantungnya berdetak dua kali lipat lebih kencang dari yang biasa.

Melihat ekpresi Len yang imut itu, dengan segera Kaito langsung mencium pipi Len pelan. Seketika wajah Len yang memerah menjadi memerah lagi. Kaito hanya tersenyum jahil melihatnya.

"Haha... Kamu manis kalau begitu, Len." goda Kaito.

"Nii-chan, kamu menyebalkan." ujar Len dengan wajah pura-pura kesal.

Kaito mendekatkan wajahnya ke telinga Len. Len bisa merasakan hembusan nafas Kaito yang lembut itu, badannya hampir saja merinding. Kaito benar-benar bisa membuatnya sakit jantung dadakan kalau begini.

"Tapi kamu menyukainya, kan?" bisik Kaito dengan nada yang menggoda.

Len hanya terdiam saja, sungguh jantungnya bisa saja berhenti kalau terus seperti ini. Len berharap ada seseorang yang akan menyelamatkannya dari rasa malu dan senang ini.

"Hei, kalian berdua." terdengar suara yang sudah sangat Len dan Kaito kenal.

"Gakupo nii-san?" gumam Kaito yang langsung menjauh sedikit dari Len. Maklum, jarak badan mereka berdua tadi terlalu dekat. Bisa-bisa Gakupo curiga kepada mereka berdua.

"Urusanku sudah selesai. Tadi apa yang kalian bicarakan, tampaknya serius?" tanya Gakupo penasaran.

"Tidak ada apa-apa kok." ujar Len sambil tersenyum pahit. Tapi tanpa Len dan Kaito ketahui, Gakupo memandang mereka berdua dengan tatapan curiga. Gakupo langsung saja mengimbangi senyum Len itu.

"Oh. Aku kira ada masalah," Gakupo langsung saja tersenyum. "Kalau begitu kita jalan lagi saja. Aku ingin mengajak kalian ke suatu tempat."

Kaito dan Len saling berpandangan heran. Tapi mereka berdua tetap mengikuti kemana Gakupo pergi. Mereka bertiga berjalan sedikit menjauh dari taman hiburan, bisa dibilang mereka berjalan menuju danau kecil yang berada di dekat taman hiburan.

"Kenapa kita kesini, Nii-san?" tanya Len setelah beberapa menit ia terdiam.

Gakupo menghentikan langkahnya, begitu juga Kaito dan Len. Gakupo langsung menoleh ke arah dua sahabatnya itu dan memandang mereka dengan tatapan menyelidik. Jujur saja, Len cemas apa yang ingin Gakupo bicarakan.

"Aku ingin tahu... kalian berdua itu... pacaran ya?" tanya Gakupo.

TBC

A/N: Wah, niatnya oneshoot tapi jadi multichap gini...

Kalau berkenan silahkan review...^^