Semakin dewasa seseorang, cara pikirnya akan berubah. Tapi bagi seorang Dazai Osamu, ketidaknor malannya hanya semakin bertambah.

Ketika 14 tahun, yang dipikirkannya cuma bunuh diri. Tidak peduli seberapa parah Mori berusaha memaku jendela atau mengunci lemari obat, bocah bermasalah itu akan menanam bom di bawah kursi atau berusaha menembak diri sendiri. Sebagai hasilnya, dia jadi tahu cara paling efisien menjinakkan bom dan posisi terkunci pistol.

Usia 15 tahun, dia memperoleh ide bahwa bergabung dengan Port Mafia mungkin bisa memberinya alasan hidup. Tidak sepenuhnya salah sih, karena setahun kemudian Dazai mulai berteman dengan Odasaku dan Ango yang memiliki pandangan cukup unik tentang kehidupan.

Pada usia 16 tahun itu pula Dazai dinobatkan sebagai Eksekutif Termuda Port Mafia. Dia mengangkat seorang bocah yang dua tahun lebih muda darinya sebagai bawahan pertama dan satu-satunya, Akutagawa. Salah satu alasannya mungkin karena mereka sama, tidak melihat adanya nilai pada kehidupan.

Keluar dari Port Mafia kemudian masuk Agensi, keseharian Dazai tidak jauh-jauh dari masalah adu tembak dan lempar-lemparan granat. Jangankan bermain-main dengan perempuan, kenalan Dazai yang merupakan wanita normal hampir tidak ada.

"Memangnya tipe idealmu bagaimana?" Kunikida pernah menanyakan itu ketika Dazai menggoda seniornya itu yang salah tingkah di hadapan Sasaki Nobuko.

"Aku suka semua perempuan, kok." Jawaban ngambang Dazai itu membuat Kunikida diam-diam berpikir si anak baru itu belum pernah benar-benar jatuh cinta.

Dazai populer, tapi Kunikida yakin tidak ada wanita yang akan tahan dengannya setelah mengetahui kepribadiannya nan gila. Chuuya yang mengancam akan membocorkan alamat Dazai pada para wanita yang ditinggalkannya sampai menangis juga berpikir demikian.

"Aku sudah memutuskan akan bunuh diri ganda!" Setelah bertemu Higuchi yang notabene bawahannya Akutagawa, Dazai memperbarui prinsip bunuh dirinya. Pada saat yang sama dengan deklarasi itu, nun jauh di markas Port Mafia, gadis berambut pirang tersebut bergidik tanpa alasan.

Menemukan perempuan yang tergila-gila pada Dazai mungkin tidak terlalu sulit. Menemukan yang rela mati bersamanya itu yang nyaris mustahil. Bagaimana pun, Dazai tetap mencoba meski sudah menebak bagaimana hasilnya.

"Naomi-chan, mau bunuh diri ganda denganku?" Dimulai dari gadis pertama yang ditemuinya pagi ini.

Naomi tersenyum padanya setelah sempat terpana dengan ide baru Dazai. "Kalau dengan Nii-sama aku mau!" sahutnya antusias.

Dazai mendadak sadar bahwa Tanizaki akan berubah kepribadian kalau saja dia mendengar ajakannya pada Naomi. Jadi tanpa menunggu protes Kunikida, dia segera menghentikan bujukannya. "Hee, aku jadi ingin punya adik perempuan juga ..."

Kakak yang sesungguhnya tidak akan pernah menawarkan bunuh diri ganda pada adik perempuannya.

Menyerah pada Naomi, Dazai beralih ke ruang klinik agensi, menemui Yosano yang sedang membaca-baca buku medis di meja kerjanya.

"Ada apa nih, sampai ke sini? Usaha bunuh dirimu gagal lagi?" sapa Yosano santai.

"Haha ... " Dazai tidak segera mengutarakan maksud tujuannya. Yosano itu seniornya, bahkan lebih dulu bergabung dari Kunikida. Kemudian, dokter itu juga hanya setahun lebih muda dari Ranpo. Faktor-faktor tersebut membuat sedikit banyaknya Dazai menaruh hormat pada Yosano.

"Aku sudah dengar tentang kriteria bundirmu yang baru." Yosano melipat ujung halaman dengan jari-jarinya. "Kau tidak berniat mengajakku, Dazai?"

"Hmm, pastinya Anda tidak akan bersedia." Dazai menyandar di kusen pintu. "Karena Yosano-sensei adalah tipe orang yang akan berseru 'Aku akan membunuh siapa saja yang tidak menghargai hidup!' benar?"

"Aku bersedia, lho." Yosano tidak menoleh, tapi diam mendadak Dazai membuatnya tahu bahwa si maniak perban cukup terkejut dengan pernyataan barusan.

"Kalau saja kau mendatangiku dengan tawaran ini beberapa tahun lalu, aku mungkin akan menerimanya." Masa-masa perang di bawah komando Mori-san, saat di mana Yosano sempat berpikir lebih baik baginya untuk mati saja.

Dengan kemampuan pemulihannya, Yosano mengaku akan sulit baginya sukses bunuh diri. Tapi beda lagi kalau dilakukan bersama seseorang yang punya kemampuan penetralan.

"Yosano-sensei, beberapa tahun lalu itu ... Aku belum kepikiran untuk bunuh diri ganda!" Dazai terlihat seperti kecewa pada dirinya di masa lalu. Yosano angkat bahu pada stres tidak jelas Dazai, berpikir bahwa beberapa tahun lalu yang dibicarakan Dazai adalah saat pemuda itu juga terjebak dalam kegelapan yang lebih pekat, yang masih membekas di bawah sadarnya sampai sekarang.

Lalu kemudian Dazai bertemu Kyouka, yang dengan tatapan tak bernyawa menarik ujung lengannya dan bergumam, "Ketemu." Dazai bisa saja menetralkan Yasha Shirayuki kalau benar ingin melepaskan diri. Tapi suara yang dikenalnya dari sambungan telepon membuatnya mengurungkan niat.

"Hei, mau bunuh diri ganda denganku?" Sambil digiring ke ruang penyiksaan Port Mafia, iseng-iseng Dazai bertanya.

"Itu bertolak belakang." Kyouka menyahut sambil terus berjalan. "Karena aku berhasil menangkapmu, kau akan dibunuh. Jika aku gagal dalam misiku, aku yang akan dibunuh. Jadi hanya ada kemungkinan salah satu dari kita yang mati dalam situasi ini." Gadis kecil itu menjelaskan logikanya dengan lancar.

"Kamu pintar, ya," puji Dazai dengan mata berbinar. "Mungkin lebih dari Akutagawa-kun dan Atsushi-kun. Hmm ... Kalau kamu mungkin bisa jadi penengahnya, tim tiga orang!" ocehnya riang.

"Aku tidak mengerti."

"Tentu saja, itu normal. Pengakuanmu telah menunjukkan kualitas standar dari manusia ... " Dazai melanjutkan monolog dengan semakin tak bermakna.

"Aku harus pergi ke misi selanjutnya." Kyouka pamit setelah memastikan Dazai terborgol dengan benar.

"Hee, kalau begitu biar kubantu sedikit." Dazai menatap punggung Kyouka dengan senyum yang sulit ditebak. "Orang yang kamu cari itu, Nakajima Atsushi-kun, ciri-cirinya adalah ... " Diceritakannya dengan detail tentang bawahan barunya. "Terus, kamu bisa menemuinya di daerah pertokoan. Karena orang baru, Atsushi-kun pasti belum tahu tentang kebiasaan belanja Yosano-sensei dan terlambat kabur. Tapi kalau mau bertarung, lebih baik di kereta saja. Akutagawa-kun mungkin akan bekerja dengan Kaji-kun dan menanamkan bom padamu juga, nah, ketika kereta itu melewati sungai kamu bisa lompat biar gak ada korban. Lalu ... "

"Bagaimana kau bisa tahu sedetail itu?" Kyouka takjub dengan pemaparan Dazai yang memang agak terlalu sempurna untuk kebetulan. Bukan berarti dia percaya sepenuhnya sampai beberapa jam kemudian prediksi itu terbukti akurat.

"Eh? Kenapa memang? Sampai di sini masih sesuai rencana soalnya." Dazai mengungkapkan itu tanpa emosi. Kyouka mengerjabkan matanya tak percaya. Berarti penangkapan ini juga? Menggeleng-geleng, dia memilih segera berangkat.

Sebagaimana Dazai mencegah dirinya untuk tidak menawarkan bunuh diri ganda pada Yosano, dia juga memiliki rasa hormat serupa pada Kouyou. Jadi dia tidak menyangka di ujung diskusi mereka tentang cara menyelamatkan Kyouka, eksekutif wanita itu akan menyinggung masalah itu.

"Oh iya, Dazai, kudengar sekarang kau sudah cukup dewasa untuk mencari gadis cantik sebagai pelengkap usaha bunuh dirimu?"

"Eeh?!" Dazai nyaris terlonjak dari kursi. "Ane-san dengar dari siapa?" Dia terkejut saja Kouyou sampai tahu hal-hal begini.

"Chuuya sibuk mencari-cari perempuan yang mau bunuh diri denganmu. Tapi sampai sekarang belum ada. Kau tahu sendiri persentase jumlah wanita di Port Mafia tidaklah banyak."

"Waah," Dazai tidak menyangka Chuuya akan benar-benar serius membantunya seperti yang dia bilang. "Kapan-kapan aku mungkin harus berterima kasih padanya."

Kouyou sampai detik ini masih gagal paham dengan hubungan dua orang itu yang entah.

"Darahmu adalah darah hitam mafia. Lebih pekat dari siapa pun di negeri ini." Ketika konflik dengan Guild, Higuchi dan Gin datang padanya untuk menyampaikan pesan bos. Dazai sempat berpikir Mori sengaja mengutus orang-orangnya Akutagawa tapi mungkin juga ini cuma pemilihan acak.

"Sebenarnya, Higuchi-kun, ini sungguh ironis." Dazai menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Kamu yang menginspirasi untuk bunuh diri ganda dengan gadis cantik, tapi mengajakmu itu gak mungkin."

"Hah?" Higuchi bengong. "A-aku jelek begitu?!" Kayaknya yang satu ini salah tangkap. Gin sendiri sering gagal paham dengan cara pikir atasannya yang satu ini.

"Terlepas dari itu, yang kamu sukai kan Akutagawa-kun." Dazai menjawab tepat. Higuchi langsung korslet tidak tahu harus menanggapi bagaimana.

"Te-terus apa mungkin suatu hari nanti Akutagawa-senpai ...?!" Belum tahu bahwa Gin itu adiknya Akutagawa, Higuchi terang-terangan meminta pendapat orang yang seharusnya adalah musuh.

Pada akhirnya, satu-satunya perempuan yang bisa setiap hari Dazai rayu untuk bunuh diri dengannya hanyalah pelayan Kafe Uzumaki.

Keinginan Dazai untuk bunuh diri ganda itu memang merepotkan. Tapi sisi baiknya menurut Kunikida, jumlah usaha bunuh diri yang dilakukannya menurun drastis sejak saat itu. Entah Dazai akan terus menunggu ada yang bersedia menemaninya mati, atau menyerah dan mengganti aturannya. Namun dari hatinya yang paling dalam, Kunikida berharap suatu hari rekannya itu akan memiliki keinginan untuk hidup.

Serius, aku paling bingung menentukan genre. Jadi kalau gak cocok tolong kritiknya. Niatnya cuma bikin 300-an kata tapi kok malah jadi segini ... Maaf sudah membuang waktu Anda. (Kemudian aku tersadar bahwa menulis itu buang waktu lebih banyak dari membaca...)