Fate from Lumiére

By : Natsunilusita

Wolfram mengakhiri pertunangannya dengan Yuuri. Rasa sakit hatinya membawa Wolfram bertemu seorang gadis yang akan menjadi awal takdir baru baginya. Takdir yang akan membawanya jauh menuju Lumiére, Kristal Cahaya, dan Dimention. Takdir seperti apakah yang akan dihadapi Wolfram?. Bagaimana hubungan Wolfram dengan Yuuri?.

Fate from Lumiére : Chapter 1 "Penolakan"

Hari ini begitu cerah di Shin Makoku, langit yang biru tanpa hiasan awan putih. Kicauan burung yang menambah suasana riang dan penuh semangat para prajurit yang tengah berlatih, sama sekali tidak mengganggu seorang Wolfram von Bielefelt yang tengah termenung di bawah rindangnya pohon. Matanya lurus menuju sekelompok prajurit yang dilatihnya tapi pandangannya begitu kosong, seolah pikirannya tengah melayang jauh.

Wolfram POV

Aku tidak mengerti, sudah tiga tahun berlalu, tapi Yuuri masih tidak bisa memandangku sebagai tunangannya. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi agar Yuuri mau melihatku. Aku tau hubungan sesama jenis adalah hal yang tabo di dunianya. Tapi, ini adalah Shin Makoku, tiga tahun juga telah berlalu. Tapi Yuuri…

Tanpa sadar setetes air mata mengalir dipipiku. Aku tahu seharusnya aku tidak seperti ini, tapi setiap aku mengingat semua penolakan Yuuri, rasanya begitu sakit. Aku segera menghapus air mataku dan kembali fokus pada prajuritku. Tidak ada gunanya aku merenung seperti itu. Itu bukanlah diriku.

Normal POV

Waktu berjalan begitu cepat tanpa terasa, besok malam pesta ulang tahun Yuuri akan berlangsung, dan karenanya Wolfram terlihat begitu kesal dan marah. Gwendal, Conrad dan Yuuri pun harus berhadapan dengan kemarahan Wolfram.

"Adakah yang bisa menjelaskan padaku APA MAKSUD SEMUA INI ?" teriak Wolfram sambil melemparkan daftar undangan pesta dan rangkaian acara pesta pada meja.

"Tenanglah Wolfram, ini tidak seperti yang kau pikirkan." Ujar Conrad menenangkan.

"Itu benar, ini tidak seperti itu." Tambah Gwendal.

"TIDAK SEPERTI YANG KUPIKIRKAN ? JADI MENURUTMU MENGUNDANG SEMUA GADIS BANGSAWAN DAN MEMBIARKANNYA BERDANSA DENGAN YUURI TIDAK SEPERTI YANG KUPIKIRKAN ?" teriak Wolfram penuh emosi.

"Wolf, tenanglah. Ini tidak seperti itu." Ujar Yuuri.

"DIAMLAH, BAGAIMANA BISA KAU JUGA MENYETUJUI HAL INI?" teriak Wolfram memandang Yuuri.

"Itu hanya untuk hubungan diplomasi Wolf." Jelas Yuuri.

"Hubungan Diplomasi ?. ITU HANYA ALASANMU SAJA AGAR BISA BERDANSA DENGAN GADIS-GADIS BERISIK ITU KAN ?. MENGAKU SAJA." teriak Wolfram lagi.

Yuuri POV

Kesabaranku sudah habis, tidak bisakah Wolfram mengerti dan tidak berteriak ?. Bagaimana mungkin hanya karena masalah kecil begini dia sampai seperti itu ?.

"KALAU IYA MEMANG KENAPA ?. TENTU SAJA AKU INGIN BERDANSA DENGAN GADIS DI PESTA ULANG TAHUNKU." Ujarku kesal.

Wolf, tampak terkejut mendengar perkataanku. Dia menundukan kepalanya, bahunya bergetar dan tangannya mulai mengeluarkan bola api.

"BERANINYA KAU BERKATA SEPERTI ITU, HENNA CHOKO!" Teriak Wolfram siap melemparkan bola apinya.

"Tenanglah Wolf." Ujar Gwendal dan Conrad mencoba menenangkan Wolfram dan memeganginya. Tidak seperti biasa, saat ini aku memang takut, tapi rasa kesal membuatku kembali berteriak padanya.

"MEMANGNYA KENAPA ?. AKU BEBAS MELAKUKAN APA YANG AKU MAU". Teriakku.

"TAPI AKU TUNANGANMU!" Teriak Wolf lagi.

"SUDAH BERAPA KALI KUBILANG ITU HANYA KESALAHPAHAMAN." Teriakku lalu pergi keluar ruangan.

Normal POV

BRAK

Yuuri keluar membanting pintu, semua yang diruangan terdiam melihatnya.

"Sepertinya Yuuri sangat kesal." Ujar Conrad.

"Seharusnya kau tidak perlu berteriak seperti itu Wolf." Ujar Gwendal.

Wolfram sama sekali tidak menjawab, wajahnya masih tertunduk. Entah karena kesal atau masih terkejut.

"Ayo kita minta maaf pada Yuuri, Wolf." Ajak Conrad namun Wolfram masih tak bergeming.

"Wolfram ?." panggil Gwendal, namun tetap tak di jawab.

Keduanya pun bingung, hingga mulai terdengar suara tangis.

Hiks….. Hiks….

"Kata-kata itu, hiks… sampai kapan hiks… aku harus mendengarnya. Ini sudah tiga tahun, hiks… kalau begitu kenapa dia tidak membatalkannya hiks…" ujar Wolfram disela tangisnya.

Gwendal dan Conrad yang melihat Wolfram menangis pun mulai panik dan mencoba menenangkannya.

"Wolf tenanglah, jangan mengangis. Yuuri pasti tidak bermaksud seperti itu." Ujar Conrad.

"Dan kalian, hiks… tahu bagaimana perasaanku pada Yuuri. Tapi kalian tetap membiarkan hal itu terjadi hiks…" ujar Wolfram sambil memandang keduanya dengan wajah yang telah dibasahi air mata.

"Wolf, dengarkan dulu…" ujar Gwendal yang segera dipotong Wolfram.

"Pesta, undangan, dansa, hiks… tidak pernahkah kalian memikirkan perasaanku karenanya ?" ujar Wolfram disertai senyum getir sebelum meninggalkan Gwendal dan Conrad yang hanya bisa menatap tak percaya.

Wolfram POV

Pesta telah dimulai sejak satu jam lalu, dan Yuuri pun tengah asik berdansa dengan para gadis menyebalkan yang terus berusaha menggodanya. Aku hanya bisa memandangnya, melihatnya yang tersenyum senang tanpa aku yang berteriak dan mengganggunya.

"Apakah kau sesenang itu, Yuuri ?" ujarku pelan.

Sebelah tanganku terus menekan dadaku, berharap rasa sakitnya bisa berkurang. Aku terus memperhatikan Yuuri yang kini sedang bersama gadis berambut coklat bermata amber itu. Hingga gadis itu membawanya ke luar ruangan pesta menuju taman, aku pun mengikutinya. Tanpa aku duga, hal yang aku lihat begitu mengejutkan dan membuatku marah. Gadis itu mencium Yuuri, tepat dibibirnya. Walaupun aku tau itu bukan ciuman pertama Yuuri, tapi aku tetap marah dan segera berlari menuju keduanya.

Sesampai di sana, tanpa sadar aku langsung mendorong gadis itu hingga terjatuh.

"BERANINYA KAU MELAKUKAN HAL ITU, DASAR TIDAK TAU MALU!" teriakku marah pada gadis itu yang kini jatuh terduduk sambil meringis karena sikunya berdarah.

"WOLFRAM! APA YANG KAU LAKUKAN ?" teriak Yuuri terkejut.

"APA YANG AKU LAKUKAN ?. APAKAU BODOH, DIA MENCIUMMU TEPAT DIDEPANKU. DASAR GADIS TIDAK TAHU MALU!" teriakku lagi.

Gadis itu tampak terkejut dan takut akan kemarahanku, ia pun hampir menangis.

"CUKUP WOLFRAM, TIDAKKAH KAU LIHAT KAU MELUKAINYA ?." Teriak Yuuri.

"KAU MEMBELANYA ?. APAKAU KAU BODOH?." Teriakku tak percaya.

"Ya, sekarang cepatlah minta maaf." Ujar Yuuri sambil membantu gadis itu berdiri.

"AKU TIDAK MAU. AKU TIDAK SALAH. DIA YANG SALAH, KENAPA AKU YANG HARUS MINTA MAAF ?." kataku tak terima.

"Kau mendorongnya dan melukainya, tentu saja kau salah." Ujar Yuuri.

"TAPI DIA MENCIUMMU YUURI." Teriak Wolfram.

"LALU MEMANGNYA KENAPA ?." balas Yuuri.

"KAU TUNANGANKU YUURI, BAGAIMANA BISA KAU MEMBIARKANNYA MENCIUMMU." Teriakku.

"SUDAH KUBILANG PADAMU PERTUNANGAN ITU HANYA SALAH PAHAM." Teriak Yuuri kesal.

"TAPI AKU MENCINTAIMU." Teriakku yang berhasil membuat Yuuri terkejut.

"Maaf Wolf, aku tidak bisa. Sudah kubilang aku tidak bisa." Ujar Yuuri penuh sesal.

Air mata mulai mengalir. Aku sudah menahannya tapi tetap tidak bisa. Yuuri juga terlihat panic, tapi tetap tak bergerak. Rasa sakit ini, aku sudah tidak bisa menahannya lagi, aku pun berlari meninggalkan Yuuri.

"Wolfram !" teriak Yuuri memanggilku, namun aku tetap berlari. Berharap Yuuri mengejarku, namun ternyata tidak.