"Aku tidak mau memiliki Nen gugenka, yang aku mau itu Kyoka," ucap seorang pemuda berambut pirang pada pria paruh baya di depannya. Sang pria yang tak lain adalah Shishou-nya itu hanya menghela nafas, tak heran dengan anak didiknya satu ini.
"Nen itu berasal dari jiwamu, dan gugenka itu adalah sebagian dari nyawamu. Kau tidak bisa memaksakan apa yang tidak pernah ada padamu, menjadi milikmu." Perkataan sang shishou pun sukses membuat sang pemuda pirang itu terdiam.
A Hunter X Hunter fict
By Mari-chan
LOVE OR?
Genre: Romance and Drama
Disclaimer: Yoshihiro Togashi is the best
Rated: T
Pairing: Kurapika X Ponzu
Warning: gak tahu mau kasih warning apaan, yang jelas, banyak OOC nya, typo juga selalu nempel, pokonya gitulah. *Author nulis apaan coba*
Don't like don't read
Chapter 1
Di sebuah pesawat udara yang sepertinya pribadi itu, terdengar suara seorang gadis yang sepertinya sedang berdebat dengan seseorang. Sesekali sang gadis menjerit kesal karena ulah lawan bicaranya, namun tak jarang dia terdiam tanpa bisa membalas perkataan lawan bicaranya, yang ternyata adalah kakeknya sendiri.
"Jii-chan, kenapa?" sang gadis mulai bertanya dengan nada manja. Sementara sang kakek hanya tertawa seperti biasa.
"Hohoho… coba kau pikir, sudah berapa lama kau bolos sekolah hanya untuk mengikuti ujian hunter, pada akhirnya kau gagal juga. Hohoho…"
Ponzu—nama sang gadis—yang mendengar ucapan kakeknya itu hanya mengerucut sebal. Tapi sang kakek malah semakin tertawa seperti biasa. "Hohoho… kembalilah ke YorkShin."
.
Kurapika berjalan pelan menuju stasiun. Tujuan utamanya adalah pelelangan YorkShin. 1 September. 'Sishou, aku pasti akan menghancurkan Ryodan dengan tanganku sendiri.'
Pemuda cantik itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kereta, dan memposisikannya di sebuah ruangan yang berada dalam salah satu gerbong yang ia masuki. Setelah merasa nyaman, diapun segera mengambil buku kecilnya dan mulai membaca dengan tenang.
"Kurapika."
Kurapika tidak menoleh sedikitpun ke sumber suara yang ternyata adalah sang shishou. Shishou itu pun hanya bisa menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Walaupun tipe nen mu adalah gugenka (materialisasi), tetapi, kalau matamu menjadi merah, tipe nen mu bisa berubah menjadi tokushitsu (spesialisasi). Dan kemampuan khusus saat matamu menjadi merah adalah, kau dapat menggunakan semua tipe nen dengan kemahiran 100%."
Ucapan shishou yang panjang dan lebar itu sukses membuat Kurapika terbelalak dan memandang sishou berambut hitam itu.
"Maksud Shishou?" pria paruh baya berbaju putih itu hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaan dari Kurapika. "Pelajarilah, kau rajin membaca kan?"
.
Terdengar helaan nafas dari Kurapika saat mengingat kalimat shishou-nya. Ia terlanjur larut dalam lamunannya, hingga tidak menyadari, suara seseorang di luar yang kini mencoba memasuki ruangan pribadinya.
"Sumimasen…" suara itu terdengar lagi. Suara seorang gadis. Namun pemuda berusia enam belas tahun itu tidak terlalu memperdulikan, dia masih sibuk berkutat dengan bukunya.
Kriet!
Suara pintu di geser itu mau tidak mau memaksa bola mata hitam milik Kurapika, untuk sejenak mengalihkan pandangan dari buku di genggamannya.
Nampak seorang gadis yang mengenakan jaket pink dengan hoodi yang menutupi hampir seluruh kepalanya, namun masih menyisakan beberapa helaian rambut berwarna biru cerah dan bawahan celana jeans hitam, yang sekarang Nampak kesulitan meletakkan kopernya ke tempat penyimpanan.
Dengan malas-malasan, akhirnya Kurapika berdiri dan menuju tempat si gadis—membantunya menaruh koper ke tempatnya.
"Aaa, arigatou," Ucap sang gadis dengan senyum manisnya. Kurapika hanya merespon 'hn' lalu kembali membaca bukunya tanpa sedikitpun memperhatikan sang gadis yang kini sedang sangat serius menatapnya.
"Kau, Kurapika."
Ucapan gadis tadi—yang menyebut namanya—sukses membuat Kurapika terbelalak. Dan lebih terbelalak saat sang gadis membuka hoodie yang menutupi kepalanya.
"Ponzu?" Katanya sedikit tidak percaya. Namun senyuman gadis itu cukup meyakinkannya untuk percaya.
"Ogenkidesuka? Lama tidak bertemu yah, Hm," gadis manis itu memulai basa-basinya. Namun pemuda di depannya sama sekali tidak menanggapinya dan malah kembali asik dengan acara membacanya yang berharga.
'hu, dasar maniak buku.' Rutuk Ponzu dalam hati. Namun beberapa detik kemudian. Ponzu terdiam, dan menatap pemuda di depannya dengan pandangan yang sangat sulit di artikan.
"Nen. Gugenka, yah?
lagi-lagi gadis ini berhasil membuat Kurapika tersentak. Kurapika sejenak memandang Ponzu dengan tatapan apa-maksudmu?
Ponzu hanya tertawa canggung dan menggaruk belakang kepalanya.
"Ano, etto…" terdengar nada Ponzu berantakan karena gugup. apalagi di tatap seperti itu oleh Kurapika yang ehem—tampan itu entah kenapa, Ponzu merasa tiba-tiba wajahnya memanas. 'jangan menatapku seperti itu dong.' Batin Ponzu yang mulai heboh.
Kurapika masih menatap tajam pada lawan bicaranya yang masih menunduk, mungkin dia masih berusaha menetralisir detak jantungnya yang tiba-tiba jadi berantakan.
"Kau tahu sesuatu tentang aku?" pertanyaan dari Kurapika membuat Ponzu mendongakkan kepalanya, sesaat pandangan mereka bertemu, namun melihat tatapan dingin dari mata hitam itu membuat Ponzu menjadi lebih rileks, tidak seperti tadi.
"Ah, aku hanya menebak dari aura nen mu, itu saja. Hehehe..." kata Ponzu di sertai cengiran khasnya.
Kurapika Nampak tidak terlalu peduli dan kembali melanjutkan aktifitasnya.
Merasa diacuhkan oleh teman seruangannya, akhirnya Ponzu pun hanya memilih untuk diam. Sesaat, hanya keheningan yang menemani perjalanan mereka berdua.
.
Sret!
Ponzu membuka kain penutup jendela yang menghalangi pemandangan luar kereta. Bibirnya membentuk sebuah senyuman yang sangat manis saat menatap kerlap-kerlip lampu jalanan. Ternyata, perjalanan dengan kereta itu masih tetap menyenangkan, walaupun berada dalam satu ruangan dengan orang dingin seperti Kurapika, namun Ponzu tetap menikmatinya.
"Siapa yang menyuruhmu membuka pintu jendela."
Glek!
Suara yang sangat datar ini, tentu saja milik Kurapika. Gadis berusia lima belas tahun itu menelan ludahnya dengan susah payah, dan segera menutup kembali kain penutup jendela yang tadi ia buka.
Kemudian pandangannya beralih ke pemuda yang sedang membaca buku dengan tenang di depannya. Gadis cantik itu menghela nafas sejenak. 'kenapa Kurapika yang ini sangat berbeda dengan saat ujian hunter dulu ya?' batinnya.
Kereta masih tetap melaju menuju kota Yorkshin, dengan masih dalam keheningan yang sama dalam ruangan tempat Kurapika dan Ponzu berada.
Ponzu, yang memang sangat tidak suka dengan keheningan, mencoba untuk memecehkan suasana yang menurutnya suram ini, tentu saja dengan resiko, dirinya akan tetap diacuhkan atau malah semakin diacuhkan. Hufht… semangat Ponzu.
"Ne, Kurapika. Umedetto ne, kau sudah menjadi Hunter sekarang, Hm," Kali ini sepertinya ucapan Ponzu direspon oleh pemuda di depannya. (Oh iya, dari tadi juga direspon, hanya respon singkat maksudnya) Kurapika menaikkan sebelah alisnya, mungkin keheranan, karena gadis dihadapannya ini ternyata mengetahui banyak hal tentang dirinya.
"Hn."
Hanya itu kata yang keluar dari bibir pemuda berbaju aneh itu, dan itu benar-benar membuat gadis yang sangat mengerti ilmu pengobatan ini ingin sekali menghajar pemuda beranting itu. Sabar Ponzu…
"Dari mana kau tahu?"
"!"
Ponzu menatap Kurapika dan tersenyum saat mendengarnya bertanya seperti itu. Sepertinya, tidak akan membosankan. Pikirnya.
"Aku tahu dari kakek. Gon dan Leorio juga yah. Mereka luar biasa yah? Hm," Jawab pemilik lebah beracun itu lagi dengan intonasi seceria mungkin. Namun lagi-lagi pemuda jenius di depannya ini kembali mengacuhkannya.
Aura suram pun kembali mengelilingi gadis ceria berrambut biru itu, 'baka. Apaan coba dia ini…'
.
Kereta kembali melaju menuju Yorkshin, dan Kembali, dalam gerbong yang sama, mereka duduk dalam diam. Tanpa ada satupun yang memecahkannya.
Kali ini pun, Ponzu lebih memilih untuk diam saja, daripada diacuhkan seperti tadi, pasti akan menambah kekesalannya pada pemuda suku Kuruta itu.
Eh, suku Kuruta.
'Oh, iya, aku ingat ucapan kakek tentang pertarungan Kurapika dengan Hisoka. Mata Kurapika menjadi merah, kekuatan Nen gugenka yang ia miliki, dan juga, matanya yang merah. Tokushitsu. Iya, saat matanya merah, dia akan memiliki Nen bertipe sama denganku.'
"Kami akan memeriksa tiket."
Ucapan seorang kondektur kereta di luar ruangan itu membuyarkan sejenak lamunan Ponzu tentang Kurapika dan matanya yang merah. Kemudian dia mengingat sesuatu.
"Eh, tiket… bagaimana ini… " Ponzu mulai heboh karena dia baru menyadari, dirinya belum membeli tiket saat masuk kereta. Cantik, kuat, tapi pelupa. Dasar.
Kriet!
'gawat, gawat, gawat.' Batin Ponzu mulai kembali heboh. Keringat dingin dengan sengaja mengalir dari pelipisnya. Dia tidak mau di usir dari kereta ini, apalagi ini sudah malam. Membayangkannya saja sudah membuat gadis berambut biru itu merinding.
"Tolong tiketnya, Tu—"
Sret!
"Kau lihat ini, kartu lisensi hunter, aku tidak memiliki tiket, begitu juga gadis di depanku. Membayar dengan kartu ini, tidak apa-apa kan?" Kurapika dengan cepat menyodorkan kartu lisensi hunter-nya pada petugas kereta. Sang petugas yang kaget hanya bisa mengangguk setelah memeriksa keaslian kartu milik pemuda pirang itu.
Ponzu hanya bisa cengo melihat Kurapika yang ternyata sangat bisa memanfaatkan kartu lisensi hunter-nya. Andai saja saat itu aku juga jadi hunter… pikirnya.
"A, ano. Arigatou, Kurapika," ucap Ponzu dengan tulus, namun Kurapika lagi-lagi hanya diam tanpa sedikitpun menoleh ke arahnya.
'dasar pemuda minim ekspresi.'
.
"Dari tadi, kau melamun. Apa yang kau pikirkan?"
Pertanyaan Kurapika yang super tiba-tiba dan super perhatian itu mau tidak mau, membuat Ponzu bingung. Berarti sejak ia melamun tadi, Kurapika—
—memperhatikannya.
Blush!
Aduh, betapa malunya dia saat ini. Ponzu juga merasakan tiba-tiba pipinya terasa panas.
"Kalau tidak mau dijawab juga tidak apa-apa," Kurapika menyela dengan cepat saat memperhatikan Ponzu yang malah melamun lagi.
"Eh, ano… etto. Tentang Kurapika."
Deg deg!
Entah kenapa, tiba-tiba jantung Kurapika berdetak lebih cepat saat mendengar jawaban langsung dari Ponzu, apa-apaan gadis ini, kenapa dia memikirkan aku? Batin Kurapika yang entah sejak kapan juga mulai jadi heboh.
"Kau, memikirkan aku?" Tanya Kurapika berusaha memastikan apakah yang ia dengar tadi benar, atau hanya—
Ponzu mengangguk dengan semangat, yang tentu saja membuat Kurapika sweatdrop di tempat.
—bohong.
"Mmmm, mata Kurapika yang merah itu, juga kekuatan nen yang kau miliki. Memiliki hubungan yang benar-benar erat. Kau tahu tidak, Tokushitsu. Itu nama nen terkuat. Dan hanya dimiliki oleh orang tertentu saja. Dan ternyata salah satu pemiliknya itu ada di depanku. Wah… sugoi ne…"
Kurapika masih memandang Ponzu dengan tatapan aneh, mendengar nada suara gadis di depannya ini yang sepertinya sangat mengerti keadaan dirinya, mau tidak mau membuat perasaan aneh tiba-tiba muncul dari dalam hatinya.
Perasaan yang ia rasakan saat bersama Kuruta dan saat bersama dengan Gon, Leorio dan Killua saat ujian Hunter dulu.
"Ka—"
"…"
"Kurapika, Daijobu ka?"
Kurapika menggelengkan kepalanya dengan cepat, "ano, daijobu yo."
"…"
"Sudah malam, lebih baik kau tidur," kata Kurapika mencoba melencengkan topik pembicaraan yang mulai dirasa tidak nyaman ini.
"Tidur? Di sini?" Tanya Ponzu. Tangan mungilnya tanpa sadar menunjuk kursi tempatnya duduk.
"Ada masalah? Tenang saja, aku tidak akan melakukan apa-apa padamu," jawab pemuda yang masih asik dengan bukunya itu dengan nada datar.
"A-ku, tidak mengantuk," ucap Ponzu dengan nada gugup. kenapa perasaannya jadi aneh begini.
"Hn, terserah kaulah," kata Kurapika lagi, dan kembali dia memfokuskan mata hitamnya menelusuri kata demi kata dalam buku di genggamannya.
.
"Kenapa matamu jadi hitam, Dulu 'kan warnanya biru?" Tanya gadis berambut biru bernama Ponzu itu yang kali ini menyandarkan kepalanya ke sisi jendela kereta. Sepertinya dia mengantuk.
Sang pemuda yang baru saja dijatuhi pertanyaan itu tersentak dan refleks menatap gadis cantik di depannya.
"Bagaimana kau tahu kalau mataku berwarna biru?" namun bukan jawabanlah yang diberikan, melainkan sebuah pertanyaan yang sebenarnya tidak penting. Atau penting, eh?
Gadis bernama Ponzu itu hanya bisa tersenyum geli menatap wajah shock pemuda berwajah cantik di depannya.
"Kau menutup mata birumu dengan lensa yah, sayang sekali, padahal aku lebih suka mata birumu, kesannya kau terlihat lebih lembut, kalau hitam begitu, kau terasa berbeda dari Kurapika yang aku kenal dulu," Setelah mengatakan hal itu, dengan segera mata besar milik gadis pecinta serangga itu menutup. Tadi bilang tidak mengantuk, eh?
Dan, sejenak, perasaan aneh menyelimuti sang Kuruta terakhir saat mendengar ucapan gadis di depannya.
'Dia? Kenapa bisa mengetahuiku sebanyak itu?'
Dan untuk pertama kalinya, Kurapika tidak bisa lagi memandang buku di genggamannya, pandangan matanya yang harusnya berwarna biru itu masih mengarah pada gadis cantik di depannya yang saat ini telah memejamkan mata dalam posisi duduk.
"Ponzu."
TBC
Krik
krik
Ok, aku tahu ini gaje dan aneh. Gomen kalau hasilnya begituuuuu #gelundungan
Ehm, agak aneh juga sih, sebenarnya yang di kereta itu bukan Ponzu yah, tapi Senritsu. Wkwkwk…
Biarlah, pairingnya 'kan Kurapika Ponzu, bukan Kurapika Senritsu. Hihi~
Jadi, beginilah chap pertama dari fict keduaku di fandom Hunter X Hunter ini. Romance belum ada, kan awal mereka pedekate, ciiee ileh #diinjek
Agak susah sebenarnya membuat Kurapika yang tenang, jenius dan kalem itu jatuh cinta, tapi, kalau bersama gadis cerewet dan tidak bisa diam macam Ponzu, pasti tidak susah *smirk*
Haha, sudahlah, Adakah yang sudi membacanya? Dan jangan lupa, review…
