Dalnim That Embraces Haenim
Copyright ©Mayonice08
2012
a Haehyuk Fic
ROMANCE, ANGST
AU, YAOI, OOC
.
.
Hyukjae itu ...
Seperti cahaya rembulan.
.
.
a/n: Ini adalah ff lama yang baru sempat ku post. Judul mengalami perubahan dan penambahan cerita. Semoga suka.
Ost Fic: Secondhand Serenade – Broken
.
Bagian 1
.
Donghae mengecupnya pagi sekali. Pemuda itu menopangkan kepalanya dengan lengan sambil berbaring miring di samping Hyukjae. Hyukjae yang masih mengantuk membiarkan Donghae membubuhkan ciuman di wajahnya.
"Pagi, sunshine," panggilnya sayang. Namun, tak ada pergerakan dari Hyukjae. Pemuda manis tersebut kembali bergelung. Malahan, merapatkan tubuhnya pada Donghae.
"Sunshine~" panggilan sayang itu berulang.
"Hmm, aku bukan sunshine," elak Hyukjae masih dengan mata terkatup.
Donghae mendekatkan wajahnya. Mengecup pelipis Hyukjae penuh kasih. "Kalau bukan sunshine, lalu apa?" tanyan dengan senyuman.
Dari sudut mata, Hyukjae melirik Donghae. Satu lengannya ia lingkarkan di tubuh Donghae sambil melesakkan tubuhnya semakin dekat. Ia memandang dada bidang Donghae yang terbalut wifebeater warna putih. Memainkan satu jemarinya yang bebas di atas dalaman itu.
"Cahaya bulan," balas Hyukjae cepat. Ia malu mengatakannya.
"Cahaya bulan?" Jawaban Hyukjae sukses membuat Donghae penasaran. Donghae menggumam mendengarnya.
"Iya cahaya bulan," ulang Hyukjae meyakinkan Donghae sekali lagi.
"Kenapa?" Pemuda itu bertanya lebih lanjut.
Hyukjae menjauhkan wajahnya dari dada Donghae. Obyek pandangannya beralih kepada wajah Donghae yang menatapnya sayang. "Aku bukanlah sunshine, aku lebih tepatnya seperti cahaya bulan. Bulan. Bulan yang selalu bergantung pada matahari. Bagiku, Donghae lah yang menjadi sunshine. Donghae menjadi cahayaku yang paling terang. Lalu, seperti bulan. Aku hanyalah cahaya bulan. Yang selalu berada di belakang, sebagai cerminan matahari. Cahaya bulan memang tak pernah secerah dan seterang cahaya matahari, tapi bulan tak pernah sedetikpun pergi meninggalkan matahari. Seperti cahaya bulan, meski dalam gelap dan remang. Meski dalam ketidaktahuan, aku selalu berusaha bersinar untuk Donghae. Tanpa matahari, bulan tak pernah bisa bercahaya. Sepertiku, tanpa Donghae,"
Hangat itu menelusup ke dalam ruang-ruang kecil hati Donghae. Penuturan Hyukjae membuat hatinya melambung bahagia. Hyukjae-lah sinar dihidupnya. Ia bisa apa tanpa pemuda manis ini, huh?
Tapi Hyukjae melihatnya dengan cara berbeda. Hyukjae menyanjungnya yang penuh cacat ini. Hyukjae mencintainya yang luka ini.
"Sejak kapan kau belajar menggombal, my moonlight?" tanyanya. Ia menggesekkan puncak hidungnya pada Hyukjae.
Kekasihnya itu tersenyum riang. "Memangnya, hanya Donghae yang boleh menggombal? Aku juga bisa kan, my sunshine," balas pemuda kurus itu.
Donghae tak bisa menahan tangannya. Ia mencubit pipi Hyukjae, gemas. Kekasih manisnya itu mengaduh pelan, sambil melayangkan tatapan kesal.
"Dalnim-ku, cahaya bulan-ku sayang," bisik Donghae. Tiba-tiba mulutnya mengeja nama itu untuk menyebut Hyukjae. Baginya sekarang, Hyukjae seperti Dalnim―Dewi Bulan. Dewi Bulan dalam pelukannya. Dewi Bulan miliknya.
.
.
Sejak awal Donghae sudah menyadari akan satu hal. Berhubungan dengannya akan serumit ini. Donghae memang bukan orang yang mudah dekat dengan orang lain. Karakter Donghae yang kaku di luar tapi begitu hangat di dalam, sangat membingungkan bagi beberapa orang yang berniat mendekatinya.
Donghae yang sudah sering berganti pacar tanpa menemukan seorang tambatan hati yang cocok, ia bahkan pantas disebut sebagai womanizer. Pertemuan tak sengajanya dengan Hyukjae berujung pada rasa ketertarikan Donghae. Ia mengenal Hyukjae sebagai salah satu model yang akan membawakan brand baru di perusahaannya.
Hyukjae adalah pemuda campuran Korea-Perancis. Meski secara garis wajah ia nyaris tak menunjukkan keturunan Perancis. Hyukjae terlihat sepenuhnya seperti orang Korea, kecuali jika melihat warna maniknya yang sedikit berbeda dengan kebanyakan orang Asia. Hyukjae bermanik kelabu. Manik kelabu yang terlihat jernih dan hangat. Serta warna rambut Hyukjae yang blonde alami. Itu bukan hasil bleaching seperti yang orang lain tuduhkan.
Beribukan seorang wanita Perancis yang cantik dengan kulit putih susu. Hyukjae mewarisi keindahan dari Ibunya. Sedangkan, bentuk mata bulatnya yang berbinar itu menurun dari Ayahnya. Modal yang sangat cukup untuk bergelut di dunia permodelan. Hyukjae memulai karirnya ketika ia masih di bangku sekolah menengah. Dari coba-coba, menjadi ketagihan. Fashion week di Paris adalah salah satu job yang sering Hyukjae terima. Hingga ia masuk jajaran model muda yang cukup terkenal di Paris.
Hampir sebagian hidup Hyukjae ia habiskan di Perancis. Baru dua tahun ini Hyukjae pindah ke Korea. Ibu Hyukjae menikah lagi dengan lelaki Perancis setelah berpisah dengan Ayahnya. Hal itu menjadi alasan Hyukjae diboyong pulang ke Korea.
Meski pindah ke Korea. Hal itu tak menyurutkan keinginan Hyukjae untuk menjalani mimpinya. Model adalah hidup Hyukjae. Ia segera terlibat kontrak dengan satu perusahaan besar di Korea dan menjadi brand ambassadornya. Hal yang mengantarkan Hyukjae bertemu Donghae.
.
.
Donghae temperamental. Itulah yang Hyukjae tangkap ketika Donghae membentaknya untuk pertama kali. Pemuda tampan itu melayangkan tatapan nyalang saat Hyukjae baru sampai ke apartemennya.
Hyukjae terkaget melihat Donghae sudah ada di depan pintu apartemennya. Ia yang lelah dengan pemotretan seharian, awalnya bahagia melihat Donghae. Hyukjae merasa senang karena bisa melihat kekasihnya itu. Namun segalanya berubah ketika amarah Donghae pecah tepat di tengah koridor apartemennya.
Mata Hyukjae memerah. Ia merasakan kantung air matanya bergejolak ingin tumpah. Suara bentakan Donghae yang tiba-tiba membuat pikiran Hyukjae berkecamuk. Kekasihnya itu segera menarik tangannya, atau bisa dibilang menyeretnya masuk ke dalam apartemen.
"Siapa lelaki itu?" Donghae berulang kali menanyakan kalimat itu. Ia tak memberikan waktu pada Hyukjae untuk berpikir. Menuntut Hyukjae dengan pertanyaan dan tuduhan.
"Hyukjae, jawab aku! Siapa lelaki itu?" bentakan Donghae berulang.
Hyukjae meringis ketika tangannya yang digenggam Donghae dicengkeram erat. Ia yakin itu akan menimbulkan bekas merah.
"Donghae, lepaskan tanganku, sakit," rintih Hyukjae.
"Katakan padaku, siapa lelaki itu, Hyukjae!" Terdengar seperti perintah mutlak.
Hyukjae bingung. Lelaki mana yang Donghae maskudkan.
"Apa perlu kuingatkan lelaki itu?" cecar Donghae.
"Donghae..."
"Aku melihatmu bersama lelaki itu di kafe. Lelaki brengsek yang sudah berani menyentuhmu itu. Aku tak suka melihatmu bersamanya," pernyataan yang dilayangkan Donghae begitu penuh ketegasan.
"Donghae-ah, dia hanya teman kerjaku. Dia bukan siapa-siapa, lagipula aku tak makan siang bersamanya saja. Kami makan bersama beberapa staf yang lain " elak Hyukjae. Ia mengerti siapa yang dimaksudkan Donghae. Teman sesama model yang satu agensi dengannya. Choi Siwon. Donghae-nya tengah cemburu ternyata. Berarti ia sangat mencintai Hyukjae, kan? Hyukjae merasa senang dengan hal itu.
"Aku takkan segan-segan mematahkan kakinya jika ia berniat mendekatimu, Hyuk-ah." Pernyataan itu lebih terdengar seperti ancaman. Donghae mengucapkannya dengan nada mendesis. Hyukjae meringis ngilu mendengarnya. Donghae yang cemburu, menakutkan.
"Donghae... kau tahu, kan? Aku hanya mencintaimu," Hyukjae berusaha menenangkan Donghae.
Ekspresi Donghae yang mengeras tadi, kini berubah sedih. Ekspresi resah dan sedih. Hyukjae sangat terluka melihat tatapan sedih Donghae padanya.
"Jangan tinggalkan aku, Hyukjae-ah," pinta Donghae. "Aku takut kau akan meninggalkanku, aku takut kau akan bersama lelaki lain," lanjut Donghae dengan gelisah.
.
.
Demi Donghae. Hyukjae rela melepaskan pilihannya.
Manik Hyukjae bertaut pandang dengan Donghae. Lelaki yang hampir satu bulan resmi menjadi kekasihnya itu tengah mengusap pipinya dengan lembut.
Hyukjae suka bermanja dengan Donghae. Ia suka cara Donghae memperlakukannya. Pandangan Donghae yang meneduhkan dan membuat hatinya berdesir.
"Hyukjae-ah,"
"Iya," Hyukjae menyusupkan jemarinya pada kelembutan surai Donghae. Ia mengusap dengan sayang kening kekasihnya itu yang tengah tiduran nyaman di pahanya.
"Dalnim-ku mencintaiku?" tanya Donghae.
Hyukjae terkekeh geli. Semenjak percakapan tentang cahaya bulan dan cahaya matahari pagi itu. Donghae sering menyebutnya sebagai Dalnim sekarang. Menyerukan moonlight sebagai panggilan sayang.
"Dalnim mencintai Haenim-nya yang menyebalkan," balasnya tanpa menahan tawa. Mungkin dulu Hyukjae akan berkata eww kalau melihat pasangan bertingkah sepertinya saat ini.
"Benarkah? Seperti moonlight yang mencintai sunshine nya, kan?" tanya Donghae lagi, begitu antusias.
Donghae kekanakan. Hyukjae sangat suka sisi Donghae yang ini. Ia mengangguk sebagai jawaban.
"Kalau begitu, Dalnim-ku sayang akan mengabulkan semua permintaanku, kan?" tukas Donghae.
Alis Hyukjae tercenung. "Tergantung, permintaan apa dulu."
"Dalnim-ku, tinggalah bersamaku. Aku tak bisa pisah jauh darimu," ucap Donghae. Entah ia terlalu mendramatisir atau memang kenyataan yang ia rasakan seperti itu.
Hyukjae yang tiba-tiba dimintai seperti itu terkaget. Mereka belum berpacaran selama sebulan. Tapi, perasaannya mendalam untuk lelaki ini. Namun, move in apakah tidak terlalu cepat?
"Hae..."
"Hyukjae-ah, kumohon. Jangan katakan tidak. Kau mencintaiku, kan?"
"Hae..."
"Hiduplah bersamaku. Tinggallah di apartemen ini bersamaku, Hyukjae-ah, my moonlight."
.
.
Demi Donghae. Hyukjae rela melepaskan mimpinya.
Donghae cemburu.
Hyukjae rasanya ingin menangis ketika menatap wajah cemburu Donghae. Hyukjae tak kuasa jika dihadapkan dengan Donghae yang bersikap dingin padanya. Ia tak kuasa.
"Kau bilang tak ada apa-apa? Kau berbohong padaku, kan Hyukjae?" tudingan itu menyakitkan.
"Donghae, sungguh. Aku tak ada apa-apa dengannya," Hyukjae bersikeras mengelak. Ia memang mengucapkan hal yang sesugguhnya.
Donghae mengacungkan handphone-nya di depan wajah Hyukjae. layar ponsel tersebut menampilkan foto dirinya dengan rekan kerjanya. Choi Siwon. Lagi-lagi lelaki itu. Dari gambar tersebut, Hyukjae tampak berjalan beriringan dnegan Siwon. Mereka tampak terlihat seperti berbisik. Padahal, sejujurnya Hyukjae tak berdiri sedekat itu dengan Siwon. Angel foto yang tepat membuat potret mereka menimbulkan spekulasi yang berbeda.
"Katakan dengan jujur Hyukjae-ah."
Pantas Donghae begitu marah. Hyukjae kalang kabut. "Donghae..."
"Katakan padaku! Apa perlu aku benar-benar menghajar lelaki brengsek ini, huh?"
Tanpa pikir panjang. Hyukjae segera menubrukkan tubuhnya pada Donghae. Ia memeluk pemuda itu sambil menyerukan namanya. Hyukjae berharap, pelukannya itu mampu meredakan temperamen Donghae yang meledak.
Keheningan menyapa keduanya. Sampai, suara sesengukan Hyukjae terdengar. Hyukjae merasakan Donghae mengusap puncak kepalanya.
"Berhenti dari pekerjaanmu. Kau semakin membuatku gila jika aku melihatmu berdekatan dengan lelaki itu, Hyukjae,"tutur kekasihnya itu.
Donghae menangkup bahu Hyukjae. Mengguncangnya. "Katakan padaku kau akan berhenti jadi model, cukup di sisiku saja Hyukjae!"
Model adalah impian Hyukjae. Ia merangkak pelan sampai berhasil berada di posisi ini. Hyukjae memang bukan model yang sangat melejit. Tapi, Hyukjae punya reputasi dan karir yang cemerlang.
Haruskah, ia membuang mimpinya?
Donghae membanting handphone yang ia genggam, ia melemparnya pada dinding di belakang Hyukjae.
"Hyukjae..."
Jangan! Jangan tatapan sedih itu. Jangan melayangkannya pada Hyukjae. Hyukjae takkan mampu mengelak jika Donghae sudah melakukannya.
Memejamkan kelopak matanya. Hyukjae menyembunyikan manik kelabunya itu. Ia takut. Donghae membuatnya takut. Ia takut, Tuhan. Donghae yang meledak-ledak membuatnya begitu ketakutan. Ia ingin Donghae-nya kembali. Sunshine-nya kembali. Jangan Donghae yang ini Tuhan.
Tubuh Hyukjae gemetar. Ia takut.
.
.
TBC
.
.
Err-entahlah. Apa ini buruk? Ini twoshoot. Lanjutannya akan di post sesegera mungkin.
Mohon, review?Atau favorit?Atau follow?
Thanks guys.
