Judul: masa lalu, masa depan saya
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Pair: SasuNaru
Rating: M
Genre: romance, kecemasan, drama
Peringatan: yaoi, Miss typo, cerita pasaran
DLDR
.
.
.
Pagi hari yang cerah dan indah, yah, seharusnya, namun karena suara-suara cempreng para gadis remaja dilanda cinta diluar sana membuat pagi yang cerah ini hancur berantakan.
Adalah Uzumaki Naruto, pemuda manis yang saat ini terdiam didalam kelas, menghadap kearah langit biru diatas sana, sambil sesekali bergumam tentang betapa menyebalkannya teriakan para gadis diluar sana. Gadis-gadis yang tak henti-hentinya meneriakkan 'Sasuke-sama, Sasuke-sama', benar-benar berisik.
"Hei, Naruto, antarkan aku ya." Suara seseorang –yang hampir sama cemprengnya dengan suara Naruto sendiri- mengintrupsi lamunan Naruto.
"Tck, kemana Kiba?" Suara yang terkesan ketus keluar sebagai jawaban dari ajakan Kiba, salah setu sahabat Naruto.
Senyum miris dikeluarkan oleh Kiba, hanya beberapa detik, sebelum berganti menjadi suara cempreng yang biasanya. "Menemui Shikamaru, sambil menjemput Gaara, Gaara sedang bersama Neji sekarang." Jawaban Kiba hanya disambut gumaman yang samar dari Naruto.
Dan dua orang bersahabat itupun keluar kelas, tanpa menyadari sepasang onix yang memperhatikan dikejauhan.
.
.
.
.
Setelah menaiki tangga yang tak seberapa jauh dari kelas mereka, Naruto dan Kiba tiba dikelas unggulan sekolah tersebut. Kelas yang hanya dapat dimasuki oleh mereka para genius, yang tak mungkin Kiba dan Naruto dapat masuk kesana. Naruto sendiri sebenarnya punya 2 sahabat dekat, Kiba dan Gaara. Jika Naruto dan Kiba tak mungkin masuk kelas unggulan maka berbeda dengan Gaara yang bisa, hanya saja Gaara lebih memilih masuk kelas biasa agar bisa tetap bersama dua sahabatnya.
Diantara mereka bertiga Narutolah yang masih sendiri. Sudah banyak cowok dan cewek yang menyatakan perasaan pada Naruto tapi sama sekali tidak digubris oleh Naruto. Sementara dua sahabatnya sudah berpasangan dengan dua orang yang menjadi idola sekolah mereka, yang berada diurutan ke-2 dan ke-3, sekaligus penghuni kelas Ungulan, Neji Hyuuga dan Shikamaru Nara. Tunggu ke-2 dan ke-3 lalu yang pertama siapa? Yang berada ditempat pertama adalah_
"Heh, mengantar dan menjeput 2 teman yang sedang pacaran, Dobe."
_Uchiha Sasuke, sang pangeran sekolah ini.
"Ada masalah . .MA." Naruto menjawab dengan penekada disetiap suku kata, saat menyebut nama sang perfection.
Gaaralah yang paling awal menyadari kedatangan sang Uchiha, segera menyeret Kiba dan Naruto tanpa berkata apapun. Hanya melemparkan deathglare pada Uchiha bungsu tersebut.
.
.
.
.
Jam pelajaran telah usai sejak 2 jam yang lalu, tapi Naruto baru mencapai lokernya sekarang. Salahkanlah piket kelas yang terlalu banyak, Naruto berjanji akan menghajar Lee dan Chouji yang kabur seenaknya besok. Naruto mendengus kala mengingat 2 sahabatnya sudah pulang duluan.
Wajah minim ekspresinya menatap datar pada parkiran di halaman, yang bisa dilihat dengan jelas dari lantai 3 sekolahnya, disana terlihat seorang Uchiha Sasuke berdiri disamping mobilnya, entah apa yang dilakukannya Naruto tak mau tahu. 'Kelihatannya aku akan pulang terlambat kali ini.' Batin Naruto.
.
.
.
.
Di tempat Sasuke
Menunggu dan menunggu, itulah yang dilakukan Sasuke. Dia sudah menunggu selama lebih dari 2 jam. Sebenarnya apa yang ditunggu sang perfection hingga lebih dari 2 jam begitu? Mudah, yang ditunggunya adalah seorang pemuda manis berambut blonde berkulit tan lembut dan tanpa cacat, Naruto.
Sasuke tahu Naruto piket hari ini dan dia pasti membutuhkan 2 jam untuk melakukannya, mengingat tadi dia melihat Lee dan Chouji pulang duluan-kabur dari piket-. Naruto seharusnya sudah selesai sejak -/+ 30menit lalu, kemana pemuda itu?
Menghela nafas lelah, Sasuke memilih untuk pulang kali ini. Mungkin besok dia bisa bicara pada sang calon tunangan –yang sudah ditetapkan sejak mereka baru melihat dunia-. Wajah yang biasanya selalu dingin itu berubah kecewa kala mengetahui yang ditunggu sebenarnya masih disekolah, terlihat rambut dengan model jabrik berwarna kuning yang tadi tampak didalam kelas sang blonde.
Tahu Naruto tak akan pulang sebelum dia pergi, sasuke memasuki mobil sport berwarna hitam metalik miliknya dan mulai meninggalkan sekolahnya.
Mungkin besok mereka bisa bicara, atau mungkin besoknya. Yah, mungkin, semoga saja.
.
.
.
.
Naruto turun dari lantai 3 ketika tahu Sasuke sudah pergi. Lebih memilih turun tangga dari pada menggunakan lift Naruto membutuhkan waktu lebih lama dari pada yang seharusnya untuk menuju keparkiran.
Ketika sampai diparkiran sekolahnya, Naruto mengambil sepeda mini miliknya. Bukan Naruto tak memepunyai mobil, Naruto memang lebih suka naik sepeda daripada bermobil ria.
Naruto melenggang dengan santai melewati pintu gerbang sekolahnya, tanpa menyadari sepasang onix yang menatapnya sedih dari kejauhan.
"Kenapa susah sekali hanya ingin mengajakmu bicara Naruto?" gumaman pelan keluar dari sang pemilik onix.
.
.
.
.
Malam ini seharusnya Naruto bisa duduk tenang didepan meja main game, membaca komik, atau keseharian dia lainnya, sayang dia malah terjebak dalam pertemuan keluarga dengan keluarga Uchiha. Apa yang mereka bicarakan? Tentu pertunangan sang bungsu Uchiha dengan tunggal Uzumaki.
Wajah Naruto yang biasanya selalu datar dan tanpa emosi, kini menampilkan senyum lembut dan ceria seperti dulu, senyum yang tidak pernah di perlihatkan kembali kepada semua orang kecuali sang tou-san.
Sasukelah yang menyadari kalau senyum sang Uzumaki, tak setulus yang dulu. Hanya senyum untuk membuat orang-orang yang ada disekitarnya tak khawatir.
"Sasuke." Sebuah pnggilan dari Fugaku uchiha menyadarkan putra bungsunya dari dunia lamunannya.
"Nani?" Sebuah jawaban yang singkat sebenarnya
"Ajak Naruto ke halaman belakang. Jangan terlalu dingin padanya." Sebuah perintah.
"Hn." Gumaman khas milik Sasukepun keluar.
.
.
.
.
Dihalaman belakang mension Uchiha yang luas ini, Naruto dan Sasuke hanya saling diam, tanpa kata. Hanya suara serangga kecil seperti jangkrik dan kawan-kawannya yang terdengar. Sunyi seperti tak berpenghuni, padahal ada dua manusia disana, dan salah satunya adalah yang paling berisik di seluruh KIHS, sekolah mereka, dulu.
"Beberapa hari ini kau menungguku pulangkan, ada apa?" Naruto memilih untuk memecahkan keheningan disana. Bukan tak nyaman, hanya basa basi.
"Itu, ada yang ingin, kubicarakan, denganmu. Masalah, malam dua bulan yang lalu. Malam, yang merubah, semua pribadi, senyum, dan sikapmu." Cara bicara Sasuke yang panjang dan terkesan gugup, benar-benar tideh Uchiha sekali. Dan malam ini, Sasuke ingin melepas keUchiha-anya untuk sang calon tunangan.
"Bisa kau tak membahas malam itu, Uchiha-san?" Naruto mengalihkan pandangannya ke arah Sasuke berada. Tatapan yang sama dengan dua bulan belakangan ini.
"Naruto, sungguh, aku minta maaf, apa kau benar-benar tak bias memaafkanku? Aku sudah berulang kali meminta maaf padamu, tapi kenapa kau seperti tak mau memaafkanku begitu?" Sasuke merasa nada suaranya bergetar kali ini, memalukan, jika Fugaku tau hal ini Sasuke pasti akan langsung dicoret dari daftar nama keluarga Uchiha.
"Kau tau cara mendapatkan maaf dariku. Jika kau tak mau melakukannya, maka sampai kita benar-benar menikah sekalipun, aku tak akan memaafkanmu. Jadi jika aku tak memaafkanmu sampai saat itu, jangan harap aku mau menganggapmu 'suami'ku sekalipun kita menikah." Kalimat yang panjang, dan bagai badai bagi Sasuke. Dia tahu benar apa yang dimaksut oleh Naruto.
"sungguh Naruto, apapun akan kulakukan, apapun, asal jangan pergi dari hidupmu. Onegai~." Seorang Uchiha memohon, mungkin hanya akan terjadi sekali selama berabad-abad.
"Egois sekali kau. Kau bilang semuanya akan kau lakukan tapi aku menyuruhmu untuk membatalkan pertunangan kita kau tak mau. Kalau begitu jangan meminta maaf." Naruto memang bukan Naruto yang dulu lagi. Semuanya hancur oleh satu malam bersama sang Uchiha.
.
.
.
.
Naruto dan ayahnya pulang pukul 11 malam. Awalnya keluarga Uchiha ingin meminta –memerintah- Sasuke dan Itachi untuk mengantar, tapi Naruto menolak dengan alas an tak mau merepotkan, dan Minato, Otou-sannya, mendukung hal tersebut.
Pada pukul 11.30 malam Naruto telah berbaring diatas kasurnya di lantai dua, lengkap dengan piyama. Perjalanan dari mansion Uchiha ke kediaman Uzumaki bukanlah perjalanan jauh, itulah salah satu alas an Naruto menolak diantar pulang.
"Oka-san, kenapa cinta itu rumit sekali~." Naruto, entah mengapa, mala mini kembali mengenang mendiang ibunya. "Cinta itu menyakitkan, ketika kau disakiti oleh orang yang kau cintai kau akan merasakan sakit yang lebih parah dari sakit fisik. Sakit yang tak terlihat, namun perih dirasakan. Tapi kenapa cinta itu tetap tumbuh. Okaa-san, aku bingung, kenapa aku masih tetap mencintai Sasuke, padahal dia sudah menyakitiku sedemikian rupa?" Lanjutnya.
TBC
AN:gw adalah seorang silent reader yang jarang bangetttttt buat review, so gw juga gak bakal maksa buat review, kalo mau review gw seneng banget, soalnya gw tetep butuh kritik and sarannya.
Btw tenang ini Cuma 2 ato 3 ch aja kq, buat knlan ama klian wkwkwkwkwkwwkwk
Tunggu mood gw muncul buat bkin ch slnjutnya yaaaaa
Bye bye
