Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.
Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan ya.
Summary: keduanya masih begitu muda, dan belum siap dengan hadirnya malaikat kecil yang saat ini berada di perut Jihoon. Tapi apakah mereka tega melenyapkan malaikat itu? Atau mereka memilih mempertahankan sang malaikat kecil? Meski resikonya dunia akan menghujat keduanya. /Panwink area.
.
.
.
Matahari telah sejak tadi terbenam tergantikan dengan kerlap kerlip Bintang di kanvas hitam. Tidak ada lagi siswa yang berada di sekolah saat ini. Ya seharusnya memang tidak ada.
Akan tetapi berbeda dengan kedua siswa yang tengah terlibat perdebatan di atas atap sekolah. Bentakan demi bentakan juga makian terus terlontar dari keduanya.
Pemuda yang lebih pendek terlihat marah, Wajah manisnya di penuhi air mata yang terus menetes. Sejak tadi dia terus memaki dan melontarkan pukulan pada pemuda yang lebih tinggi.
"Kau memang bajingan. "teriaknya dan dengan kasar, di pukulnya lagi wajah pemuda di hadapannya.
"Ya aku memang bajingan. Jika kau tau, lalu kenapa kau masih mau berhubungan denganku. "bentak pemuda itu kasar dan mendorong pemuda di hadapan nya keras, hingga mundur beberapa langkah.
"Seharusnya aku tidak boleh menyerahkan segalanya padamu. "ucap pemuda itu dengan lirih. Sebelum perlahan ia jatuh terduduk dan menangis kencang. Tidak ada lagi wajah marah yang sejak tadi di tunjukkannya. Yang ada hanya wajah menyedihkan penuh keputus asaan.
Dia juga tidak perduli tentang harga dirinya karena menangis seperti seorang Yeoja di hadapan pemuda itu. Karena nyatanya pemuda itu memang telah mengambil seluruh harga diri yang ia miliki. Dan menghancurkan nya tanpa sisa.
"Berhenti menangis, sebaiknya kita pergi kerumah sakit sekarang. "bentak pemuda itu frustasi.
"Guanlin-ah aku menyesal mempercayai mu. "ucap pemuda itu ,sambil menatap Guanlin dengan air mata yang terus mengalir dipipinya. Bibir mungilnya terus bergetar dengan isakan yang tidak lagi bisa ia tutupi.
"Hyung kau tau aku mencintaimu, tapi kita masih terlalu muda untuk ini. Aku belum siap. "ucap Guanlin frustasi sambil menangkup kedua sisi wajah Jihoon lembut. Berusaha membuat pemuda di hadapannya mengerti.
"Lalu bagaimana denganku? Aku hampir lulus, dan kau yang selalu memaksaku melakukan hal itu. Dan sekarang dengan mudahnya kau mengatakan kau belum siap. "teriak Jihoon marahh.
"lantas bagaimana? Kau ingin aku bertanggung jawab? Umurku bahkan baru 15 tahun hyung, jangankan mengurus orang lain mengurus diriku saja aku masih belum bisa. Lalu bagaimana aku harus menafkahimu. "balas Guanlin dengan nada tinggi.
"Tapi dia tidak bersalah Guanlin-ah. "ucap Jihoon lirih sambil mengelus perutnya pelan dengan tangan bergetar.
"Hyung aku tau dia tidak bersalah tapi kehadirannya bisa menghancurkan masa depan kita berdua. Kita harus menyingkirkan nya."ucap Guanlin tegas.
Jihoon tidak menjawab perkataan Guanlin, karena saat ini ia sibuk memeluk perutnya sendiri dan terus menangis kencang. Bersikap begitu protektif berusaha melindungi malaikat kecil yang hadir karena kesalahan keduanya.
.
.
.
.
Tbc or End?
Silahkan review ya, kali ini linie bikin proyek baru. Dan untuk cerita kali ini, bakal linie garap serius.
Dan jika kalian pada nanya kemana cerita linie yang sebelumnya, linie minta maaf karena linie udah menghapus cerita itu. Linie gak bisa ngelanjutin cerita itu, karena feel yang berusaha linie dapet buat lanjutin itu cerita gak ada.
Jadi maaf ya linie bikin cerita baru ini. Jika kalian gak suka cerita ini, maka linie gak bakal ngelanjutin cerita ini.
Oke sekian curhatan linie silahkan review. Kalo banyak yg review, besok bakal linie updet lanjutan ceritanya ini tuhh cuman prolog aja.
