"Patience"
.
Taehyung x Yoongi
.
.
.
Warning : Typo(s) - Boys Love
Story Copyright © Littlesugar
6116
Lelaki itu menunduk, membuat surai hitamnya menutupi wajahnya. Ia menatap ujung kakinya yang berbalut sepatu sama sekali tidak tertarik. Kaki ramping lelaki itu terus berjalan lurus tanpa tujuan pada pandangan matanya. Bibir tipisnya sesekali terbuka menghela nafasnya.
"Aku tidak akan pernah menjadi sesuatu yang istimewa dalam hidupmu bukan?" Senyuman miris menjadi penutup diakhir monolognya.
Sebuah pintu apartemen mengakhiri langkah lelaki mungil tersebut, dipandangnya sendu pintu itu seperti tidak ada niat untuk memasukinya. Namun perlahan, jemarinya terangkat menekan tombol-tombol disamping pintu itu begitu hafal.
Akhirnya pintu itu terbuka, lelaki itu memandang isi ruang apartemennya yang tak begitu luas. Ia melangkah masuk dengan jantung yang berdebar, selalu begini setiap kali ia pulang ke apartemennya yang sebenarnya ia tinggali bersama kekasihnya.
Nah—itu dia, kekasihnya yang tengah duduk nyaman disofa dengan sebuah ponsel ditangannya, menoleh.
"Yoongi Hyung?" Panggil kekasihnya itu. "Kenapa tidak menghubungiku kalau kau mau pulang?"
Lelaki mungil itu, Min Yoongi, menggaruk pipinya sembari menjatuhkan bokongnya diatas sofa tepat disamping kekasihnya itu. "Maaf Taehyung-ah, aku hanya tidak ingin merepotkanmu." Jawabnya. 'walaupun aku menghubungimu, kau tidak akan menjemputku.'
"Oh, baiklah. Memangnya kemana kau tadi, Hyung?" Tanya Taehyung dengan suara datarnya, dan Taehyung kembali mengalihkan pandangannya pada benda tipis persegi panjang ditangannya.
Yoongi melirik Taehyung disampingnya, Taehyung tampak tidak begitu peduli padanya saat ini. Yoongi merasa Taehyung hanya sekedar memainkan perannya sebagai seorang kekasih tanpa suatu perasaan khusus.
Pada awalnya Yoongi tidak pernah berpikir, jika menjadi kekasih seorang adik kelasnya dua tahun yang lalu akan seperti ini. Taehyung yang Yoongi kenal awalnya sangatlah pribadi yang hangat, bahkan Yoongi merasa dirinya adalah segalanya bagi Taehyung. Yoongi merasa ia adalah sesuatu yang penting bagi Taehyung. Tapi kini, semua sudah terjawab. Sudah beberapa bulan terakhir ini, Taehyung selalu menghindari pembicaraan tentang perasaan mereka, bahkan kini Taehyung sudah melupakan tanggal jadi mereka. Taehyung hanya dengan tidak peduli mengatakan bahwa ia terlalu sibuk untuk memikirkan apa-apa tentang Yoongi dan tanggal jadi mereka, melihat kini Taehyung diberi kepercayaan untuk memegang perusahaan ayahnya.
Dengan seulas senyum dan anggukan, Yoongi menanggapi permintaan maaf Taehyung. Yoongi hanya akan mengatakan 'Tidak apa-apa', jika orang lain yang mendengar itu, pasti orang itu akan menyadari bahwa sebenarnya Yoongi begitu kecewa dengan sikap Taehyung pada hubungan mereka. Tapi tidak dengan Taehyung, Taehyung tidak peka terhadap hal itu.
"Ah, tadi aku hanya berkeliling ditaman tak jauh dari minimarket didepan apartemen." Yoongi mulai menjelaskan, berharap Taehyung akan mendengarkan sambil memandangnya. "Padahal tadinya, Hoseok menelponku untuk datang kerumahnya, tapi aku lebih memilih menemanimu karena kau sedang libur hari ini."
'Maaf, aku berbohong, aku hanya ingin.'
Ya, Yoongi sengaja berbohong. Tidak ada Hoseok yang menelponnya, ia hanya ingin melihat Taehyung sedikit cemburu. Yoongi ingin Taehyung sedikit terkesan padanya, karena Yoongi begitu mementingkan Taehyung. Tapi—
"Oh, begitu. Apa kau sudah makan? Aku lapar. Ayo buatkan aku makanan, Hyung."
Taehyung malah beranjak dan melangkahkan kaki panjangnya ke arah dapur tanpa menanggapi penjelasan Yoongi dengan serius. Taehyung selalu menghindar. Kepala Yoongi tertunduk dan tangannya mengepal diatas pahanya.
Aku selalu berusaha mengulurkan tanganku untuk meraihmu.
Tetapi kau selalu berlari, berlari menjauhiku. Berlari menghindariku.
6116
Akhir pekan selalu menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Tanpa terkecuali bagi Min Yoongi. Hari ini Taehyung ada diapartemen, itu berarti ia tidak bekerja, karena biasanya Taehyung selalu berangkat bekerja pagi-pagi sekali tanpa membangunkan Yoongi.
Senyuman cerah penuh harap itu tergambar jelas pada bibir tipisnya, ia berkali-kali menatap dirinya didepan cermin. Hari ini ia berencana mengajak Taehyung berjalan-jalan, sekedar membeli es krim dipinggir jalan atau melihat anak-anak kecil bermain di taman.
"Taehyung!" Yoongi melingkarkan tangannya pada leher jenjang lelaki itu dari belakang, sedikit menjinjit karena Taehyung memang lebih tinggi darinya. Taehyung sedikit tersentak pada awalnya lalu melirik Yoongi dibelakangnya.
"Ada apa?" Tanyanya seperti biasa dengan nada datar seorang Kim Taehyung pada Yoongi.
Yoongi melepaskan pelukan pada leher Taehyung, dan beralih berdiri dihadapan Taehyung. Ia memainkan jemarinya pada ujung kemejanya.
"Hari ini daripada bosan diapartemen, ayo jalan-jalan Taehyung!" Yoongi mengatupkan kedua tangannya didepan dada dengan mata memohon penuh harap pada Taehyung. Taehyung balik memandangi wajah Yoongi, namun dengan tatapan datar tanpa arti.
"Ah, gawat aku belum merapikan berkas untuk besok." Taehyung membalikkan badannya dan berjalan menjauhi Yoongi.
Bukan sekali, atau dua kali Yoongi tidak mendapatkan jawaban Taehyung. Untuk kesekian kalinya, Yoongi merasa Taehyung tidak menganggap Yoongi. Hatinya terasa teriris mengetahui harinya harus ia lalui sendiri lagi, padahal Taehyung ada didekatnya.
Dengan berat hati ia melangkahkan kakinya keluar apartemen. Ia yakin kalau Taehyung tidak akan mencarinya walaupun ia pergi hingga tengah malam. Tidak akan.
Apa aku harus pergi dari sisimu?
6116
Disinilah Yoongi saat ini, duduk sendirian dibangku taman yang sudah sepi. Bagaimana tidak, langit sudah menggelap tapi tidak ada niatan sedikitpun ia akan beranjak pulang ke apartemennya.
Kedua matanya menerawang jauh pada langit malam yang gelap. Langit malam ini begitu sepi, tidak ada satupun bintang yang menemani bulan diatas sana. Yoongi berpikir sang rembulan bernasib sama sepertinya malam ini.
Pikirannya kembali melayang pada sosok Taehyung yang mulai terasa asing dihidupnya. Yoongi ingin mengakhiri semua ini, namun ia tidak sanggup untuk mengatakan itu semua pada Taehyung. Padahal Yoongi tau pasti, ada ataupun tidak ada Yoongi untuk Taehyung, Taehyung akan baik-baik saja.
Yoongi hanya belum siap akan menjalani hari tanpa sosok Taehyung didekatnya. Yoongi hanya belum siap dengan itu semua. Menghapus semua kebiasaannya saat bersama Taehyung, menghapus rasa sayangnya, menghapus cintanya. Bagaimana bisa Yoongi melakukan itu.
"Dia benar-benar tidak mencariku." Helaan nafas kecewa untuk kesekian kalinya terdengar dari bibir Yoongi, tangannya merogoh handphone-nya disaku jaket yang ia kenakan.
To : Taehyung
Tae, bagaimana jika malam ini aku tidak pulang?
Setelah mengetikkan pesan itu, Yoongi dengan segera menekan tombol send. Selang beberapa menit, handphone-nya bergetar. Ada satu balasan dari Taehyung.
From : Taehyung
Terserah.
Membaca balasan itu, Yoongi kembali mengulas senyum miris. Cairan bening menggenang pada kedua pelupuk matanya. Hatinya begitu nyeri saat ini. Mengapa Taehyung seperti ini? Lalu kenapa dulu ia meminta Yoongi untuk menjadi kekasihnya? Mengapa Taehyung membiarkan Yoongi jatuh hati sedalam ini padanya dan membiarkannya menjadi seperti orang asing saat ini?
"Mengapa aku selemah ini—Hiks. Taehyung—Hiks."
"Yoongi Hyung?"
Suara familiar itu, membuat Yoongi mendongak. Yoongi membulatkan kedua matanya, tanpa ia sadari, kedua kakinya bergerak cepat menghampiri seseorang yang berada dihadapannya. Yoongi membiarkan tubuhnya menubruk orang itu dan memeluknya seerat yang ia bisa. Air mata mengalir, membasahi wajah manis Yoongi. Orang itu mendekap Yoongi sama eratnya sembari membisikkan kata-kata menenangkan ditelinga Yoongi. Berharap luka yang Yoongi derita akan sedikit berkurang. "Tenang Hyung, jangan menangis lagi."
"Hiks—Jimin."
Haruskah aku memberikan harapan ini pada orang lain?
END
.
.
.
Saya tau ini nggak jelas. Ini cuma curhatan. Terimakasih!
