"Haah, lucky! Hari ini benar-benar hari keberuntunganku," pekik pemuda berkepala keriting alami itu dengan riangnya ketika sedang mengendarai scooter peraknya.
Tangannya menyembulkan sebuah majalah JUMP, kesukaannya, dari balik bajunya, seakan sedang memamerkannya ntah pada siapa.
"Tadi aku mendapatkan majalah ini secara gratis dan sekarang tinggal pulang ke Yorozuya sembari melahap kue manis dan menonton acara Ketsuno Ana yang tengah menungguku di sana."
Suasana tenang dilindas cuaca tergesa-gesa ketika mobil patroli berlalu begitu saja.
Ya, begitu saja hingga menghantam pemuda tak tahu diri yang sedang memasukkan kembali majalahnya pada bajunya.
-00-
Gintama © Sorachi Hideaki Gorilla
Story © Ayuha chaan
AU with OOC
Troublemaker—maybe, miss, typo(s), full of skip time, etc
-00-
Pemuda bersurai legam melenggokkan kaki berlapisi celana seragam ke arah Gintoki, pemuda yang sedang terkapar di jalanan karena tertabrak.
"Ternyata kau." Hanya itulah yang terucap dari ujung bibir sang setan wakil komandan.
Sedikit meringis, Gintoki berusaha menganggap ucapan pedih tadi sebagai sebuah angin lalu. Ia hanya ingin fokus pada rasa pedih yang menggerogoti raganya saat itu.
Decihan terdengar, "Ngapain kau tidur di sana. Kalau ada yang nabrak, bagaimana?" dingin sekali ucapan Hijikata, pemuda yang sedang menyeruput rokok bermerek Mayoboro.
"Tolong bercermin. Yang menabrakku itu kau, dasar polisi tidak tahu diri!" Ngerocos begitu saja, lidah sang Shiroyasha.
Dimensi otak tak berbunyi milik lelaki mayo itu memutar balikkan memorinya. Oke, kini dia sadar, siapa yang sudah menabrak orang jelek itu hingga tidur-tiduran seenak udelnya di jalan raya. Hijikata mengebulkan asap rokok yang sudah ia seruput tadinya. Manik gun-metal birunya bergulir untuk beradu jotos dengan iris yang menampilkan sebuah mata ikan mati.
Dengusan terdengar kembali dari mulut yang disematkan puntung rokok.
"Aku akan bertanggung jawab kok."
-00-
Perkara tidak mudah dalam mengetahui apa yang kita rasakan jika di dalam rumah sakit. Semua hal akan membuat naluri kita was-was. Begitu juga yang tengah dirasakan sang setan wakil komandan ini.
"Sakata Gintoki-san?" sebuah suara membangunkannya dari lamunan untuk berpatroli mengelilingi kota.
"Ah," doi benar-benar sadar dari dunia bawah sadar. "Apa dia baik-baik saja?"
Om-om tua yang berselimut di dalam jubah putih polos, sedikit mendecak. Peluh dingin pun mengucur melalui dahi Hijikata, kemudian berbelok arah ketika menyentuh alisnya.
Selembar kertas hasil ronsen tertuju pada manik birunya. "Kurasa dia perlu menginap di sini untuk beberapa hari."
"Mengapa?" tanpa memerdulikan ocehan om-om perjaka tua di depannya, Hijikata lebih memilih ingin mengelak ucapan 'perlu menginap di sini'.
Semilir angin menerpa, mencoba menjadi penengah antara suasana tegang dan gamang di sana. Terpaan angin mengendap-ngendap memantulkan oksigen dan berembuk dalam paru-paru untuk mengeluarkan persediaan gas racun dalam raga.
"Tulang kakinya retak."
-00-
"Huh?" sebuah suara terdengar. Gintoki, berucap sembari memasukkan jemarinya ke dalam lubang hidungnya. "Kau pikir harga rumah sakit itu main-main?"
Pengucapan sang Yorozuya membuat muncul garis perempatan pada kepala hitam Hijikata. "Bukan itu intinya, aho!"
"Lalu?" mata ikan matinya mendelik, tanda mulai tertarik.
Hijikata bisa bernapas lega. Ia menaruh pantatnya pada kursi pengunjung yang sedang hampa di samping ranjang Gintoki. Hijikata meraih kotak mayoboro dan mengeluarkan sebatang puntung, ia menyematkannya pada bibir tipisnya, kemudian memancarkan sebuah cahaya yang membuat ujungnya terbakar.
Asap terhembus keluar dari bibirnya. Seperti memecahkan keheningan diantara kedua pria, ehem.
"Sudah kubilang. Kau harus dirawat di sini, sampai kakimu pulih."
"Tidak mau."
"Kau bodoh atau ingin mati sih?"
"Aku hanya tidak ingin meninggalkan Kagura," aroma dusta mulai terhirup.
"Karena hantu?"
Gintoki terperanjat. "Ti-tidak, ka-kau bodoh kah?" Dan Hijikata pun hanya bisa diam untuk menanggapinya.
Apa susahnya tinggal tidur diam di dalam rumah sakit? Mungkin itu ada dalam pemikiran sunyi Hijikata. Namun Gintoki enggan untuk berada di ruangan berparfum obat itu. Gintoki enggan bukan karena takut Kagura harus berdiam seorang diri di dalam Yorozuya, bukan. Gintoki hanya takut...
Takut sendirian di sana.
Bu-bukan berarti takut dalam artian adanya makhluk halus. Kau tahu 'kan, dia sedang sakit, jadi kalau ia tiba-tiba ingin minum 'kan repot. A-apalagi di dalam rumah sakit itu sunyi dan gelap. Yo-yosh, jangan beranggapan kalau sang karakter utama ini akan bergidik ketika melihat sosok putih halus ya!
Hijikata bangun dari duduknya. "Kalau begitu, aku pergi."
Enak saja aku tampak bagai anak kecil yang takut gelap, tch! Gintoki berpikiran seperti itu. Walaupun akhirnya tangannya menarik baju sang wakil komandan.
Suasana senja hari itu mulai merosotkan sang surya. Otomatis, suasana tanpa cahaya akan muncul, dan Gintoki tak ingin sendiri.
"Apa?" Hijikata bertanya.
Gintoki melepaskan pegangannya. "Aku...ingin tidur."
"TIDUR AJA RIBET, GAK USAH PAKAI IZIN, KONOYAROU!"
-00-
Endingnya ya gini, Hijikata menemani Gintoki untuk malam itu. Kedua jomblo itu meratapi nasibnya karena harus berduaan sesama spesies.
Karena Hijikata masih punya rasa tanggung jawab—karena menabrak sang keriting ini, ya akhirnya doi nemenin Gintoki malam itu. Kini, Hijikata memilih merebahkan dirinya di sofa yang kosong sembari meratapi jendela yang menampilkan dunia luar.
Doi kangen patroli.
Aneh? Memang. Padahal dia baru bolos hari ini karena merawat sang keriting perak. Walaupun sudah izin cuti, tapi doi kangen!
"Oi." Sebuah suara menyadarkannya dari rasa kangennya pada patroli.
"Hm?" Hijikata menjawab singkat.
"Hijikata-kun, aku ingin makan donat," Hijikata pun langsung bangun, badannya berlalu mengarah pada sang keriting yang masih menutupi diri dengan selimut rumah sakit yang tampak bergetar.
Selimut itu dilempar Hijikata begitu saja. "Kalau ke toilet, aku tidak mau. Nanti disangka gay."
Gay gundulmu sih. Yang penting gue gak keluar dari ruangan bercahaya dan menemui zombie gelap di luar sana. Hijikata bergumam puas.
Gintoki menatap Hijikata dengan pemikiran ganas. "Ahaha. Jangan bilang kalau pemuda tenar ini takut pada hantu."
Aku ngomong apaan. Oi, aku juga takut. Giliran Gintoki yang bergumam.
Perempatan jalan pun muncul. "Aku tidak pernah takut. Kalau aku bertemu dengan hantu, akan aku jadikan peliharaan," ujar Hijikata bangga.
Oi. Aku kok sok gagah begini? Gila, aku gak keren sekarang.
Gintoki mendengus. Hebat banget dia! Bisa seberani itu sama hantu.
Keringat yang bersuhu dingin mengucur dari pelipis Gintoki. "Jangan bercanda. Hantu itu sudah jadi temanku." Gintoki asal ngerocos dengan rusaknya
Hijikata mulai ikut-ikutan was-was. Dia temenan sama hantu? Eh? Kalau aku mah takut sama hantu. Dan Hijikata pun bergumam dengan rusaknya juga.
"O-oh, kalau gitu, ayok kita ke luar," ajak Hijikata, namun Gintoki menolak.
"Aku takut..." Ternyata doi gak kuat sama omongan dustanya tentang hantu.
Manik gun-metal blue milik Hijikata pun melotot. Nista memang yang diucapkan lidah sang Shiroyasha. "Kau dengar itu? Dia takut pada hantu!" Hijikata tertawa sejadi-jadinya pada Gintoki yang sedikit kesal.
Lalu, bahu Hijikata tercengkram. "Aku takut tidak bisa melindungi badanmu."
Sukses, pernyataan itulah pengakhir dari misteri 'mengapa Gintoki mau bilang takut' dan pernyataan itu juga sukses membuat mata biru dan merah itu melotot tak percaya. Gintoki langsung menutup mulutnya dan Hijikata langsung tertegun.
Hening menyeruputi suasana kali ini. Suasana hening itu terjadi pada ruangan yang menjadi saksi bisu tadi. Tak ada yang berani menyodorkan sebuah ucapan untuk mengakhiri kesunyian tak ada duanya ini.
Ketika sedang tatap-menatap dalam sunyi sembari tak bergeming, sebuah suara membuat keduanya bergidik.
Pintu itu terbuka. "Gin-chan, aku datang membawa majalah JUMP! Eh?" gadis oranye yang keluar itu pun langsung berjalan ke bawah tempat tidur.
"Apa yang kalian lakukan di bawah sana?" tanyanya.
Suara mereka bergetar. "Ah, aku kehilangan kontak lensa."
-00-
E N D
O WA RI
Terimakasih sudah mau membaca. Walau idenya tidak menarik, tapi terimakasih sudah membaca sampai akhir. Aku ingin pendapat para senior di sini ^^ jadi, bisakah aku mendapatkan review di dalam kotak review? ^^
