TORIKAGO
By Cavelya
Cast : Uzumaki Naruto - Hyuga Hinata, Uchiha Sasuke - Haruno Sakura, Sai - Yamanaka Ino, Nara Shikamaru - Sabaku no Temari
Disclaimer : Masashi kishimoto
Warning : AU, OOC, 20, Semi-Mature
Summary : Can you stop this feeling?
DLDR!
.
.
.
Aku terjebak di bawah kanopi coklat dekat dengan tiang bambu yang didirikan sepanjang jalan besar, dari tiang bambu itu terlihat bola-bola kertas bermacam warna yang sengaja digantung demi memeriahkan festival Tanabata.
Saat ini hujan menghalangi pandanganku,tapi aku tetap berjinjit untuk menemukan teman-teman, hanya saja dalam jarak seperti ini tak dapat melihat mereka dalam kerumunan banyak orang.
Aku berharap mereka cepat melihat isi pesan yang ku kirim. Nyatanya hingga menit berlalu pesanku terabaikan. Bahkan saat aku mencoba menelpon mereka, tidak ada satupun yang mengangkatnya. Mereka mungkin larut menikmati live music dari band ternama yang kebisingannya mulai terdengar ditelingaku. Padahal saat ku lirik langit, rintik hujan masih menjatuhi kota ini. Heran saja, hal itu tak mematahkan semangat mereka untuk bersenang-senang.
Hebat sekali.
Akhirnya tanpa mengurangi rasa kesalku, aku dengan susah payah berjalan untuk menghampiri kios kecil yang disampingnya terdapat rokka, lalu duduk disana. Memandangi orang-orang yang berlalu lalang di sekitarku. Sambil merapikan rambutku yang digelung di belakang kepala, mencoba untuk terlihat seperti sebelumnya. Merasa gagal, yang kulakukan hanya menarik nafas panjang karena beberapa helai rambutku terlepas dari jalinan yang telah susah payah dibuat oleh Tenten.
"Ku mohon jangan lepas," gumamku kecil. Aku berharap gelungan rambutku masih bisa bertahan hingga malam pucak Tanabata, bahkan aku memohon sambil menutup mata dan mulutku tak henti-hentinya bergumam kecil.
Belum kering aku bergumam, terdengar suara siulan. Sadar akan suara-suara bising yang sedang merayuku, aku segera membuka kelopak mata, bibir ku telah siap berseru untuk mereka namun suaraku hanya sebatas tenggorokan saja, tenggelam dalam sendirinya.
Wajahnya dekat sekali.
Aku terpaku melihat siapa yang ada di hadapanku. Bibirku kelu tanpa kata terucap saat dia menyentuh pelipisku dengan jemarinya yang dingin ataupun saat dia tiba-tiba menyelipkan helaian rambutku di balik telinga.
Dia tersenyum lebar, mungkin merasa terhibur dengan raut wajahku, tanpa kusadari sejak awal pipiku merona, berwarna sama dengan permen apel yang kiosnya berada tepat disampingku.
Ah, memalukan. Dengan sisa kewarasanku, aku menjauhkan tangannya yang dingin dari area kepalaku. Saat dia kembali tersenyum dengan tindakanku, mulutku yang sudah akan melontarkan kalimat, terkunci begitu saja.
"Cantik."
"Apa?" kataku segera, dengan kernyitan. Sejujurnya aku tidak terlalu mendengar apa yang dia ucapkan karena hujan semakin deras.
Dia kemudian tertawa saat melihatku kebingungan, dan aku benci mengakuinya jika tawanya sangat mempesona.
"Sampai jumpa lagi."
Tiba-tiba dia bergumam lirih sambil meraih tanganku dan menciumnya. Aku tertegun dengan wajah semakin merah. Lantas aku segera menarik tanganku dengan cepat.
Aku sendiri terkejut dengan kelakuanku yang seperti ini, aku buru-buru memalingkan wajah. Gugup luar biasa saat dia kembali tersenyum lebar.
Dia bahkan tidak marah dengan sikapku. Sebenarnya siapa dia?
Tanpa menunggu lagi, dengan suara keras aku berucap pertanyaan yang melintas di kepalaku itu, "Sebenarnya kau siapa?"
Namun yang ku dapat adalah dia hanya memandangiku lekat-lekat, sejurus kemudian tawanya yang mempesona datang kembali.
"Sakura!"
Aku menoleh, seorang temanku berlari dari arah kiri dengan bakiyak yang berbunyi sangat khas. Hanya sebentar, tidak lebih dari beberapa detik tetapi ketika aku menghadap ke arah semula, tidak ada yang tersisa dari wujud itu.
Hanya senyum lebar, tawa mempesona yang ku ingat darinya.
Ah ya, satu hal lagi. Sebuah kata yang tak terdengar olehnya. Sehingga membuatku penasaran.
TBC
