• Daddy and His Beloved Triplets [ I ] •
[ series ; bahasa ; b x b ; bts ; namjoon ft. jimin, taehyung, jungkook ; g / k ]
The title tells you everything.
a/n: cerita simpel kaga neko-neko a.k.a pointless fic hasil iseng selagi liburan semester kemaren. slice of life. alternate universe. bahasa gaul bahasa buku nyampur. banyakan dialog daripada deskripsi. inspired by Return of Superman Triplets' DaehanMingukManse. enjoy.
.
.
.
.
.
.
.
# 14 years ago (Namjoon lines are all bolded)
"Bagaimana keadaan istriku?"
"Operasinya lancar. Saat ini dia sedang istirahat."
"Oh, syukurlah."
"And another good thing is," "you've got three healthy boys." "Congrats."
"What?" "Three? Triplets?"
"Yeah. Cute little triplets."
"...God bless, Dr. Lee."
"Yeah, but..." "...i'm sorry for the rest, buddy."
"The rest?"
.
.
.
.
.
.
.
#
"Dia mirip sekali denganmu."
"Benar juga. Dari matanya ya."
"Iya. Sipit." "Tapi jauh lebih menggemaskan dari ayahnya. Hihi."
"Ayahnya memang tidak menggemaskan, tapi tampan." "Tapi sepertinya adik-adiknya mirip dengan mamanya."
"Begitu ya. Terutama adik bungsunya." "Ya 'kan?"
"Hampir tidak ada beda denganmu." "Aku hampir tidak percaya kalau dia laki-laki."
"What?"
"He's just too beautiful."
.
.
.
.
.
"They are all beautiful."
"Yeah."
"We are truly blessed to have them no matter what, right."
"Indeed.""By the way, aku akan beri nama untuk sulungku. Nama yang lucu."
"Kalau begitu, biar mamanya yang beri nama untuk adik-adiknya, ya!"
"With pleasure, mommy~"
.
.
.
.
.
.
.
# 3 years later
"Sudah mewarnainya, superman-superman Papa?"
"Cu... dah."
"Wooow, apa ini Chim? Kucing ya?Cat? Puspus?"
"Do... gi..."
"Oohh ternyata anjing ya. Haha, salah persepsi ya Papa. Bagus, bagus." "Mana punya Tae sama Kookie?"
"Pa."
"Ohh, Tae sudah ya." "Gambar apa ini sayang?"
"Mang ki."
"Oohh monyet ya! Tae suka monyet? Nguk nguk. Lucu ya? Hehe. Buat pisangnya tuh, biar makin keren." "Punya Kookie mana, sayang? Belum ya?"
"Mm!"
"Oh, sudah juga? Mana Papa liat... wah, keren banget. Coretan semua! Coretan... abad 22 ya?" "Oh bukan. Apa ini? Tikus? Kelinci?"
"Chim-Chim, Tae, Kookie~"
"Eh, tuh, semua dipanggil mama. Hayo hayo hayo satu, dua, tiga~" "Eitss, bentar dulu,kiss papadulu dong semua,kiss papa."
.
.
.
.
.
.
.
#
"Sudah jam segini. Sebaiknya kau istirahat."
"Iya, sebentar lagi."
"Ingat-ingat kondisimu."
"Sssh, iya, iya, ngerti. Ini tinggal sedikit lagi kok." "Tidak baik menunda pekerjaan, 'kan? Hehe."
"Yah... terserah kalau begitu." "Tapi jangan memaksakan diri ya, Mommy."
"Roger that~"
.
.
.
.
.
.
.
# 6 months later
"Sepertinya... memang benar-benar harus dirawat di rumah sakit, Joon."
"...for real?"
"I doubt it doesn't."
"separah itukah?"
"...hehe." "Tidak usah secemas itu... dokter pasti lebih tahu solusinya, hm?"
.
.
.
"Pastikan kau kembali ke rumah."
"Jangan khawatir." "Aku akan berusaha."
.
.
.
.
.
.
.
# 6 months later
( Suara pintu diketuk tiga kali. )
"Masuk."
"Permisi, ada telepon penting untuk Bapak Kim dari rumah."
.
.
.
.
.
"Ya. Ada apa, Jongdae?"
"Saya mohon Bapak segera ke rumah sakit. Kondisi ibu kritis."
.
.
.
.
.
.
.
"Maaf... aku... tidak bisa lebih lama lagi."
"Bertahanlah." "Mereka bertiga masih membutuhkanmu."
"Namjoonie."
.
.
.
"Setelah ini... mungkin bisa kau temui... bagian dirimu yang hilang, yang tidak bisa kau temui dariku."
"Jangan bicara begitu."
"Aku betul-betul mengharapkannya, kau tahu."
.
.
.
"Aku berterima kasih padamu untuk semuanya. Sangat."
"Chloe. No."
"You can survive without me. They loves you so much, too."
"Chloe, please..."
"Kutitipkan Jimin, Taehyung, dan Jungkook padamu."
.
.
.
.
.
.
.
# 1 day later
"Papa..."
"Ya sayang?"
"Mama mana...?"
.
.
.
"Mama... pergi."
"Pergi...? Pergi kemana...?"
.
.
.
"Papa abis dari mana...? Ko item semua bajunya...?"
.
.
.
"Maafin Papa, sayang."
.
.
.
"Kenapa Papa nangis...?"
.
.
.
"Mulai sekarang... mama nggak sama kita lagi."
.
.
.
.
.
.
.
#
"Nggak apa-apa."
"Papa aja udah cukup."
"Iya. Papa aja udah cukup."
.
.
.
.
.
"Hiks... huhu... Mamaaaaa..."
.
.
.
.
.
.
.
# end of flashback
.
.
.
.
.
.
.
# present
"Uwaaaa~~"
Sang ayah dengan bayi-bayinya saat ini tengah bermain ayunan di taman. Kebetulan ayunan yang tersedia ada tiga, pas sekali dengan jumlah ketiga pasukan kecilnya itu.
"Tae, pegangin tangan kakak sama adek."
"Hu-un." Angguk si tengah dengan tangan mungilnya kemudian mencapai tangan kiri dan kanan adik dan kakaknya.
"Yak, hati-hati ya mainnya." "Papa mau beli sesuatu."
"Mau beli apa papah?" si sulung mulai berbinar matanya. Jika sang ayah sudah berkata begitu, pastilah itu sesuatu yang memang pantas dinantikan mereka.
"Ada laah, kesenengannya superman papa semua yang jelas."
"Apa pahh? Coklat yaa? Coklat yaa?" Si bungsu ikut gembira, sedikit meloncat di atas ayunan. Tinggal si tengah saja yang bawaannya tenang tapi dalam hati menantikan juga, walau sudah tahu kebiasaan ayahnya. Ayahnya hanya tersenyum jahil.
"Hehe. Sini semuanya, kiss papa dulu."
Serentak ketiganya berangkat sebentar dari ayunan, mencium bibir sang ayah dengan lucunya.
.
.
.
.
.
.
.
#
"Taraaaaa~~~"
"Yeeeeeee coklat kaaaan~~~ bener tebakan Chim Chimm!" Sorak si sulung langsung melonjak dari ayunannya, berlari kecil ke arah sang ayah. "Chim mau yang gede! Mau yang gedeee!"
"Kookie juga mau yang gedeeeeeee~!" Si bungsu mengikuti langkah kakaknya yang paling tua, tak mau kalah. Kakaknya yang tengah, mengikuti dengan tenang dari belakang, dengan raut wajahnya yang tak berubah, namun tetap mengulurkan tangannya.
"Tae juga mau, pah."
"Iya bentar yaa, papa liat dulu," jawab ayahnya dengan merogoh kantong di tangannya. "Niii paling gede ni, paling gede, hayoo~"
"Buat Chim, buat Chim, buat Chiiimm~!"
"Ih apaan si Chim alay? Itu buat Kookieeee~!"
"Lho yang paling gede kan emang buad Chim? Ya ga, pah? Ya ga pah?"
"Jangan makan mulu, Chim. Nanti gendud." Si tengah mewujudkan niatnya untuk berkomentar.
"Hmmmm kayanya kalo masih ribut, ga papa kasih dulu deh." Ayahnya kembali memasukkan tiga coklat ke dalam kantong, menyembunyikannya di balik punggung. "Hayu, diem dulu."
"Okeh. Mm."
"Uda diem ni. Uda diem ni." Ketiga bayi itu berbarengan memeragakan duduk rapi.
"Oke, bagus. Sekarang..." dikeluarkan lagi dari balik persembunyiannya kantung coklat tersebut oleh sang ayah, "...coklat yang gede... papa kasih buat..."
"Buat Chim, buat Chim," ujar si sulung yang disambut dengan mata melotot milik si bungsu.
"Buat..."
"Buat Chim, buat Chim."
"Buat Kookie, buat Kookie."
.
.
.
.
.
"...buat Jungkook, sama Taehyung yaa~"
"YEEEEEE~~!" Si bungsu langsung bersorak kegirangan sembari memeluk sang ayah. Si tengah tersenyum kecil mengambil cokelatnya.
"Yey. Tengs, pah."
"Sama-sama, sayangnya papa."
Tinggallah Jimin yang hanya melongo di posisi duduknya.
"Nah, kali ini Chim dapet yang biasa aja yaa, sekali-kali ngalah sama adik-adiknya hehe~ oke?"
"Cukulin weee, Chim ndud! CHIM EN-DUD!" Jungkook terlalu senang dengan situasi kakak sulungnya yang kali ini kalah. "Makanya jangan mau yang enak enak telush aja, huuu~"
"Sabar ya, Chim."
Si sulung hanya diam. Wajahnya mengerut.
.
.
.
"Hiks..."
.
.
.
.
.
.
.
#
"Papa!"
Pantat menggemaskan milik si sulung itu bergoyang ketika lari menuju meja kerjanya. Namjoon menoleh, menyambutnya dengan tangan terbuka lebar, tersenyum sambil mengelus lembut kepalanya seraya menenangkannya.
"Apa, sayang. Kenapa nangis?"
"Hu... Chim syebel... sama Tae sama Kookie..."
Mencium keningnya sebentar, sang ayah kemudian kembali memasang kacamata melanjutkan pekerjaannya dengan memangku si sulung yang terisak, menyesuaikan badan gempal yang mungil itu di atas pahanya.
"Ya... sebel kenapa kakak sama adik-adik?" Namjoon meneliti dokumen itu dengan seksama seraya menepuk-nepuk pelan perut bayinya walau sudah tahu alasannya. Caranya yang membuat si sulung itu lebih tenang walau masih sibuk menghapus air mata.
"Masa... hu- Chim 'kan paling tua... tapi masa' Chim dikatain gendud... hu..."
Namjoon tertawa ringan. "Chim-Chim memang gendud kok."
"Hiks... ko papa ngatain Chim juga?"
"Hehe. Makanya Chim jangan nyamnyam mulu. Porsi gedenya sekali-kali dibagi sama adik," lanjutnya lagi, mencubit kedua pipinya. Si kecil itu berhenti menangis, namun melanjutkannya dengan gerutu.
"Papa ja'at banget sama Chim..."
Lelaki itu tertawa kecil. "Ssh, bercanda sayang... maaf ya, Papa minta maaf ya," ujarnya membujuk, membalik badan gempal itu sehingga kecupannya sampai di pipi. Setelahnya mengambil tiga bungkus biskuit bolu di dalam laci meja.
"Nah, ini Papa kasih hadiah lagi buat Chim, sama Tae sama Kookie juga." "Beneran dikasih lho ya sama adik-adik Chim, jangan dimakan semua. Oke?"
Melihatnya, mata si kecil itu langsung berbinar.
"Yeeey boluuu!"
"Hehe gitu dong, senyum. Jangan nangis lagi ya, Papa mau lanjut kerja dulu. Oke, superman?" Sang ayah menawarkan tangannya untuk high-five.
"Oke!" Tangan kecil itu menyambut dengan semangat. "Kiss, papa!"
"Oh, hampir lupa. Kiss papa?"
Si sulung menjinjit melebarkan tangan meraih wajah papanya, seperti biasa menciumnya tepat di bibir. Setelahnya kembali pantatnya bergoyang, berlari menuju taman.
Tak lama kemudian, handphonenya berdering.
Hoseok calling...
"Ya, halo."
.
.
.
.
.
.
.
#
"Ini ko susya banget," si bungsu mencibir melihat pasir istananya yang masih seperempat proses pembangunan. "Tae udah jadi ya?"
Si tengah yang dimaksud terlihat konsentrasi finishing up istananya.
"Yap."
"Wuaa, selesai punya Tae~! Keren banget!"
Sang kakak melirik ke arahnya sebentar, tepatnya pada istana miliknya yang masih setengah jadi. "Kamu ko belum selesai?"
Wajah manis itu mengerut. "Belum. Susya."
Sang kakak sudah memahami kebiasaan sang adik yang suka mengeluh. Tanpa berkomentar apapun, kemudian membantu menyelesaikan istana miliknya.
"Chim ndut lama banget," sela si bungsu memperhatikan tangan terampil kakaknya.
"Chim tadi nangis." "Mungkin karna dikatain gendud," jawabnya sambil mengedikkan bahu.
"Emang dia gendud, wek."
"Hush, gabole gitu."
Adiknya membalas dengan wajah cemberut dengan kakaknya yang kedengaran membela kakak sulung mereka.
"Abis dia makan mulu sii." "Jatah kita juga selalu dia yang ngabisin. Sebel Kookie." "Tae emang ga sebel sama Chim?"
"Ngga."
"Ko gituu?" Serunya seolah tidak rela kakak keduanya itu tidak 'memusuhi' kakak pertamanya.
"Kata mama kita ga bole saling sebel-sebelan." "Gitu-gitu Chim 'kan tetep kaka kita." Si tengah memberikan jawaban bijaknya. Si bungsu memonyongkan bibirnya.
"Tenang. Kalo misalnya dia ambil jatah Kookie lagi, biar Tae yang bilangin."
"Bener yaa?" mata sang adik berbinar, lalu memeluknya sayang. "Kookie sayang Tae bangett~"
"Iya. Tae juga sayang Kookie." bisiknya dengan wajah memerah.
"Taeeeee~~~ Kookieeeeee~~~~" kedua kakak beradik itu menoleh ke sumber suara.
"Ni, Chim ada hadiah." Si sulung menawarkan dengan senyum lebar.
"Uwaah, tumben Chim baik."
"Hush," Taehyung memberi tatapan peringatan pada si bungsu. "Makasi ya Chim."
"Hehe, makasi Chim sayaaang~" setelah mencibir pada kakak tengahnya, Jungkook kemudian memeluk kakak sulungnya. Taehyung langsung menggigit biskuit bolunya dengan gigitan besar menyaksikan pemandangan itu.
"Haloo, anak-anak~"
Dari kejauhan seorang lelaki yang familiar di mata ketiga superman kecil itu datang membawa sekeranjang jajanan anak-anak. Plus mini laptop untuk si sulung. Mobil-mobilan untuk si tengah, dan boneka kelinci untuk si bungsu.
"Om Hoseookkk!" ketiga mungil itu berlarian dengan gembira. Tidak lupa pantat-pantat menggemaskan itu juga bergoyang dengan ceria.
.
.
.
.
.
.
.
# 10 years later
"Papah cepetaaaan, nanti Kookie telat!"
"Lho, Kookie nggak bareng sama aku aja naek motor?"
Jungkook berjalan ke arah kakak keduanya dengan berkacak pinggang. "Coba kamu liat dulu meteran bensinnya."
Taehyung mengangkat kedua alisnya. Panah meteran bensin menunjuk ke F garis merah.
"Hoo. Pantes Chim-Chim naek bis." "Oke. Kita sepedaan kalo gitu. Sini, boncengan."
"Issh, kamu ga inget apa kita belom sampe Warung Bu Sehun aja udah pecah ban-nya?"
"Oh iya, bener juga."
"Makanya! O'on ih Tae."
"Yaudah deh, duluan ya!"
Taehyung pun melaju meninggalkan adiknya yang masih cemberut.
"Duh si Papah lama bener sih. Mandinya di Arab apa?" Jungkook mengambil langkah kembali masuk ke dalam rumah, mendapati sang ayah di meja makan.
"Ngapain sih Papah?"
"Tunggu sayang... Papa 'kan baru selesai makan," jawabnya santai sembari mengelap mulut. "Oiya, Chim-Chim mana? Masih mimpi ga?"
"Dia tadi 'kan duluan, petugas pengibar bendera soalnya."
"Ooh pengibar bendera ya! Keren juga." "Kirain Chim jadi yang disangkutin di tiang benderanya."
"Apaan ih Papah," sungut Jungkook tidak selera menanggapi humor cetek ayahnya. "Buru dong, 15 menit lagi mulai nih upacaranyaaa."
"Tunggu ya, Papa sisir jenggot dulu ah."
"Issssh, ga sisir bulu keteknya aja sekalian?"
.
.
.
.
.
.
.
#
"Chiiiiim."
Tidak ada sahutan.
"Ngga ada ya." "Ck, mana sih dia."
"Oi, Taehyung."
"Eh, Sungjae." "Liat Jimin ga?"
"Jimin? Dia kayanya tadi izin kemana gitu."
"Ha? Izin?"
"Iya. Tau tuh. Mau latihan nge-dancegitu apa kalo ga salah."
"Ooh. Yaudah deh. Tengkyu." "Hh... minta dibawain bekal dianya sendiri cabut. Apa perlu gue yang makan nih?"
.
.
.
.
.
.
.
#
DRRRT. DRRRT.
Tet.
"Sapa nih nge-line..."
"...Tae? napa dia."
Tet.
(T)Oy, lu mana si. bekalnya gua makan ya.
"OIYA BEKAL! Iihhhhhh jangan dong!"
Jimin buru-buru mengetik sejumlah kata.
.
.
.
(J) SEKALI LU SENTUH ANU GUA, KAGA ADA LAGI NAMANYA BAGI-BAGI ANU! INGAT ITU!
Sent.
.
.
.
DRRRT. DRRRT.
Tet.
(T) Iye, iye. serem bat dah bahasa lu.
Bang Toy-
Tet.
(T) Makanya, anu jangan ditinggal-tinggal. lempeng, kan.
(J) jiji ah, udah hush, sana
DRRR-
Tet.
(T) Yee, yang mulai siapa.
Read only.
DRRR-
Tet.
(J) pokonya kamu bawa kesini deh bekal aku, aku lagi di gedung Bighit. ga jauh kan.
Sent.
.
.
.
(T) Kamu ga tau aku lagi sekolah? Menuntut ilmu?
Trakitiktrakitiktrakitik (bunyi Jimin mengetik keyboard android-nya).
(J) tau lah sayaang, tapi kamu lagi istirahat 'kan? paling kesini jalan kaki 10 menit aja juga :/
Sent.
Trakitiktrakitiktrakitik.
(J) lagian gak usah sok menuntut ilmu deh, pernah bolos juga.
Sent.
(T) 10 menit jalan ke sana, 10 menit juga buat baliknya. Jadi totalnya 20 menit cuma buat nganterin bekal kamu aja. Sedangkan istirahat cuma 15 menit. Dan sekarang udah jalan 8 menit. Gimana tuh.
(T) Ya bolos juga gara-gara nganterin bekal kamu, kan.
Trakitiktrakitiktrakitik.
(J) iiih pelit. paling kalo telat bisa alasan juga kan dari wc, panggilan alam gitu. pelajarannya Amir, kan?
(J) ...iya sih
(J) ih yaudah sih, ayolaaah ya? ya? plisssss dedekuh sayang yang gantenggg, kutraktir nonton deeeh nanti~ ya sayang?
(J) oiya kamu kan bawa motor juga! bisa tuh 2 menit aja bablas kesini kannnn
Mendadak manis gini ya kenapa, gumam Jimin dalam hati tanpa sadar, heran.
(T) Bukan pelajarannya Amir, tapi pelajarannya Yang Terhormat Bapak Amir Santoso. Di tempat.
(T) Mending traktir aku bekal kamu aja, lebih gampang. Lebih praktis. Ga buang waktu, duit, dan ongkos kamu juga tuh. Dan aku bisa langsung makan.
(T) Boleh aja sih, tapi bayar bensinnya ya.
.
.
.
.
.
Sial banget ih ni semprul satu.
(J) Yaudah ih bacot. Iya, iya gua bayarin iya! Puas lu?
"Ngeselin."
Jimin kemudian mengunci android-nya dengan bete.
"Dari tadi asik banget ma hape. Sape tuh?"
Jimin menoleh. Teman akrabnya di Bighit- tempat dia training skill dance-Joanna. Cewe asal Amerika yang gaul abis.
"Ngga, cuman mamang gerobak dorong deket rumah. Katanya mo diambil ga loakan yang di pager, gitu."
"Oh." "Mesra banget ma abangnya ye."
Dan fasih bahasa Betawi.
.
.
.
.
.
.
.
#
"Yeaaayyy makasih ya sayangku udah dianterin~ muah~" Jimin memyambut kedatangan adiknya dengan riang, memeluk dan mencium pipinya.
"Iya, iya. Ga usah pake cium juga."
"Hehe." "Balik lagi nih?"
"Iyalah."
"Yaudah, tiati ya~" "Oiya, ini kok kamu kenapa bawa sepeda?"
"Oh, ini. Iya, ternyata aku lupa kalo hari ini gabawa motor, cuman sepeda." "Yah sama ajalah, yang penting nyampe."
"Hoo." Jimin hanya mengangguk-angguk berusaha paham.
"Yaudah, bye." Taehyung kembali bersiap, mengenakan helm sepedanya.
"Bye~ makasih yah!"
Taehyung hanya tersenyum, mengangkat helmnya sedikit. "Thanksbekalnya, btw."
Kemudian kembali menutup helm, melaju kencang dengan sepedanya.
Meninggalkan Jimin yang terpaku.
Terpaku mendengar ucapannya yang terakhir.
'Thanks bekalnya'?
Jimin hati-hati membuka tutup bekalnya. Membaca basmalah. Ayat kursi.
.
.
.
.
.
Seingatnya tadi sebelum berangkat, ada 4 sosis gurita, 3 nugget, 2 tomat, 1 selada, 2 telur gulung dan nasi yang pas takarannya di dalam bekalnya.
Tidak lupa sendok dan garpu tentunya.
Tapi sekarang tinggal 2 sosis gurita, 1 nugget, 1 tomat, 1 selada, 1 telur gulung, dan nasi yang tinggal setengah.
Sendok dan garpu.
Dan selipan kertas kecil.
Tulisannya:
- nyicip dikit boleh ye.
.
.
.
.
.
Jimin merasakan darahnya mulai mendidih. Terebus sendiri didalam tubuhnya.
Dibaliknya selipan kertas kecil tersebut.
.
.
.
- katanya sayang, kan?
.
.
.
Jimin merasakan dari otaknya keluar asap.
Kemudian dari telinganya.
Kemudian dari hidungnya.
.
.
.
.
.
.
.
#
(Taehyung, sesampainya di sekolah, di kelasnya tepatnya)
DRRRT.
LINE - You have a new message!
Tet.
.
.
.
Chim -
- GUA DOAIN KELASNYA AMIR UDAH SELESAI!
Taehyung tertawa kecil.
.
.
.
- Thanks, love. Harapan lu terkabul.
Sent.
.
.
.
.
.
Tulisan di papan tulis kelasnya Taehyung:
"HARI INI KELAS FISIKA PAK AMIR SANTOSO DITIADAKAN, KARENA BELIAU MENDADAK SAKIT PERUT. OLEH KARENA ITU, SELAMAT, SEMUANYA DAPAT PULANG DENGAN TENANG KE RUMAH SEKARANG."
Taehyung tersenyum.
Tersenyum cerah.
Cerah yang sangat jarang terlihat dari wajahnya.
Seisi kelas yang kosong pun serasa ikut tersenyum karenanya.
.
.
.
Namun sayang, senyum tersebut tidak dapat berlangsung lama.
Karena perlahan-lahan senyumnya memudar.
Ketika melihat lanjutan tulisan di bawahnya.
"...sebagai ganti pelajaran yang kosong, kerjakan latihan halaman 50-60 SEMUA NOMOR. Sertakan jalan. Dikumpul besok pagi pukul 08.00. Yang telat nilainya dikurangi."
.
.
.
.
.
DRRRT.
LINE - You have a new message!
Tet.
Chim -
belom selesai doanye ye! GUA DOAIN LU DAPET TUGAS BANYAK DARI AMIR! DIKUMPUL BESOK JAM 8 PAGI! TELAT NGUMPUL, NILAI LU DIKURANGIN!
Taehyung tersenyum. Senyum yang sangat cerah.
.
.
.
.
.
(T) thanks, love. harapan lu terkabul #2
Sent.
.
.
.
.
.
.
.
#
(Sementara itu, di kelasnya Jungkook)
(catatan: yang dicetak miring linenya Jungkook)
"Itu aja ya tugasnya. Ada yang mau ditanyain?"
'itu aja' katanya...? Esai Bahasa Inggris 500 kata 'itu aja'...? Orang belom diajarin jugak!
"Oh iya, satu lagi. Besok pagi jam 08.00 Bapak tunggu tugasnya di kantor. Kalo telat sih gampang, dikurangin aja nilainya."
(For Readers Info, yang diatas bukan Pak Amir Santoso. Tapi Pak Amir Sentosa. Iya, beda tipis namanya. Kakak adek sih. Bedanya, yang ini ngajar Bahasa Inggris.)
Dih, besok pagi lagi dikumpulinnya! Apaan cobak?
"Pak!"
"Ya, Eunjung?"
"Format nulisnya gimana?"
"Kaya biasa aja. Ngga usah susah-susah."
"Kaya biasa aja itu yang kaya gimana sik, Pak?"
"Ya... gimana ya jelasinnya. Susah juga. Ada yang bisa bantu jelasin?"
Idih mulai nih si Bapak ga jelas.
"Elah, Pak. Kalo ga bisa jelasin mending ga usah ngasih tugas aja sekalian."
Wew... cakep, cakep.
"Iya nih. Payah si bapak mah, ngasih tugas aja ga niat."
Bagusss. Bantai aje, bantaii! Lempar swallow sekalian!
"Iya ya. Bener juga. Gajadi deh tugasnya."
Ha?
"Serius, Pak?"
"Iya, serius." "Gajadi dikumpulin besok."
"Yeeeee..." (anak-anak udah kesenengan)
"...ngga jadi besok, tapi..."
"...eeeee?" (serentak senengnya berenti.)
"...tapi minggu depan aja."
"Lah kok gitu sih, Paaaak?"
"Masih pake dikumpul minggu depan banget nih, Pak?"
"Masih banget dong... yaudahlah, fix ya hari Senin minggu depan jam 08.00 di kantor."
"Haaaa?"
"Duh kalian nih... udah beberapa tahun berlalu kita lewati, masih ngga tau juga kalo Bapak kalian yang tercinta ini spesialis kasi bocoran tugas buat persiapan materi minggu depan? Hadooh~"
Ihhhhh apaan banget sih ni Bapak?! Kayak si Papah aja!
.
.
.
.
.
.
.
#
"Permisi."
"Yaa... oh, Kakak. Masuk, Kak." "Taeee, Ka Seokjin udah dateng nih~"
Yang dipanggil belum juga muncul bahkan setelah beberapa menit. Si bungsu tidak puas, sembari berjalan menuju kamar kakaknya dia berseru.
"Taeeeeeeee~ copot dulu earphone-nyaaaa, Ka Seokjin udah datenggggg,"
Si tengah kemudian muncul mengikuti adiknya dari tangga mengenakan kaus tanpa lengan dengan celana basket, menggaruk leher. Sangat jelas kalau habis bangun tidur. Sementara tamu yang baru datang yang diketahui guru les mereka itu menghela napas mengambil tempat duduk setelah dipersilakan.
"Yak, mau bahas apa kita hari ini?"
Pembukaan yang cukup membuat si bungsu lelah.
"Mau Bahasa Inggris deh Kak, besok mau kumpulin PR banyak banget."
"Oiya? PR apa?"
"PR Bahasa Inggris."
"Iyaa maksudnya tentang apa gitu PR-nya, cantik."
"Gausa pake cantik-cantik. Aku tuh ganteng."
"Iya iya, Jungkook paling ganteng model Aneka Yess-"
"Gamau model Aneka Yess, ga kuku."
"Iya deh iyaaa, model... National Geographic."
"Ka Seokjin usir pulang nih, usir nih."
"Yaudah kakak pulang lagi nih, ga bahas PR-nya."
"Eeh jangan pulang beneran dong, hehe. Ituu tentang apa tuh. Anu... bikin anu itu loh. Essay. Gila ga. Sama jawabin pertanyaan di buku."
"Yah, gitu doangan ngga gila dong. Jangan gila dong."
"Apa sih kaka, udah ah. Yuk bahas."
"Oke, mana Taehyung?"
Jungkook menoleh ke belakang. "Duh, ni anak." Berniat beranjak dari meja, tapi tidak diindahkannya melihat sang kakak yang sudah berganti baju kaus dan celana pendek sambil membawa buku Fisika dan kotak pensil. Juga iPod beserta earphone-nya.
"Apa sih, orang abis boker juga."
Jungkook mendelik. "Dih, boker gausah pake ngomong-ngomong juga kalik. Hayuk, ah."
"Iya, tunggu aja."
"Napa lagi? Mau boker lagi?"
"Iya."
"Ih beneran?"
.
.
.
.
.
.
.
#
(Jimin sepulang sekolah nelpon bapake) (yang ditebelin Jimin, yang dimiringin Namjoon)
"Halo."
"Halo Pah! Ni Chim-Chim!"
"Iya Chim, kenapa sayang?"
"Jemput dong, Pah. Disini ujan!"
"Ujan? Emang kamu dimana?"
"Chim lagi diiiiii mana ini namanya, Kak?" "Oooh, di sekolah!"
"Loh, di sekolah kok pake nanya?"
"Iya maksud Chim di sekolahnya temen Chim, gatau namanya apa. Apa namanya Kak?" "Oooh, SMA Jaya Selalu!"
"Ooh... emang disana ujan ya?"
"Iya Pah, deres banget!"
"Gitu? Tapi gak kedengeran ah kresek-kresek ujannya."
"Iih Papah, beneran tauk. Emang kalo ujan ada kresek-kreseknya?"
"Iya 'kan biasanya gitu. Ada kresek-kreseknya di telpon kalo ujan."
"Yeee emang kalo ujan mesti kresek-kresek di telpon? Ngaco ah."
"Biasanya 'kan gitu emang."
"Yaudah serah Papah lah, pokonya jemput Chim ya! Gapake lama loh!"
"Iya, iya. Tapikiss Papadulu."
"Dih ogah, dikira Chim lagi nelpon pacar!"
"Huu... nggak asik ah."
"Yaudahlah ya, dah Papah! Inget, gapake lama loh!"
"Iya, iya- eh, bentar, Chim. Bentar."
"Ha- ya, ya? Napa, Pah?"
"SMA Jaya Selalu tuh dimana ya?"
.
.
.
.
.
.
.
#
"Papa pulang~"
"Chim-Chim pulaaaang~!"
"Selamat sore, Pak. Selamat sore, Jimin."
"Eh ada Ka Seokjin~ "
"Oh, ya, selamat sore." "Saudara Seokjin, guru lesnya Tae Kook?" bicara sok formal.
"Iya." Seokjin senyum ditahan. Pasalnya lagaknya bapak itu seperti baru berjumpa hari ini. Padahal dia sudah mengajar selama satu minggu.
"Mau dibuatkan apa?"
"Oh, tidak usah repot-repot, Pak."
"Serius nggak mau?"
"Iya, Pak, tidak apa-apa."
"Beneran?"
"I, iya, Pak."
"Demi apa?"
Seokjin mulai menyadari ada sesuatu yang aneh dengan bapak kedua murid bimbingannya ini. "Iya, Pak. Serius, beneran, demi."
Namjoon kemudian tertawa. "Begitu, tidak usah sungkan-sungkan."
Seokjin akhirnya berusaha memaklumi saja, walau bapak kandung murid-murid bimbingannya itu aneh, tapi yang jelas dia orang yang menyenangkan.
Buktinya dia benar-benar dibuatkan teh hangat olehnya.
Juga setelah diajak mengobrol tentang Tokyo Ghoul, wajahnya langsung bersemangat.
Apalagi saat diajak mengobrol tentang Hetalia.
.
.
.
.
.
.
.
# continued
a/n: sori banget ye kalo ga jelas, namanya juga pointless fic. makasih banget udah dateng. dadah, ditunggu lanjutannya yaah.
