Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
Pair : NaruHina
Warning : AU, OOC, Typo(s), DKL (Dan kekurangan lainnya)
This Fict for 18 years Above
Rated M
.
.
.
.
"Ahh.. Nar ruh.."
Mendengar desahan dari wanita yang saat ini tengah dijamah olehnya, Naruto semakin mempercepat kegiatan menarik mendorong kejantanannya didalam kewanitaan wanita tersebut. Dia begitu menikmati setiap inci tubuh si wanita.
"Naruhh.. Mmpph"
Naruto mencium wanita itu, melumat bibir peach milik si wanita yang sudah merah dan bengkak karena ulahnya sedari tadi. Tercium bau alkohol dari mulut Naruto. Bibir sensual itu beralih ke leher sang wanita, mencium, menjilat, menghisap, menggigit leher itu. Menghasilkan lebih banyak tanda merah disana. Tangannya tak tinggal diam, Naruto meremas kuat payudara si wanita membuat wanita itu teriak kecil.
"Na-Naruh i-itu sa- akhh"
Naruto tak menggubris kesakitan si wanita, ia menambah kecepatan gerakannya, melumat bibir itu lagi dan lagi dan tetap meremas kuat payudara sang wanita. Hingga keduanya sampai dipuncak kenikmatan.
"Ahh... Naruh~"
.
.
.
.
.
.
.
.
"Shionhh..."
Naruto menjatuhkan dirinya disamping sang wanita lalu mereka berdua tertidur.
.
.
.
.
Kembali Padaku
.
.
.
.
Don't Like Don't Read
But Read and Review XD
.
.
.
Terlihat siluet seorang wanita dalam sebuah kamar. Tubuhnya tertutupi sebuah selimut tebal nan hangat. Sinar mentari pagi yang masuk melalui celah jendela membuat wanita itu terganggu. Ia menggeliat kecil mencoba membuka kelopak matanya, mengerjapkan kedua matanya membiasakan cahaya yang masuk. Setelah kedua kelopak matanya benar-benar terbuka ia menatap jam diatas nakas samping tempat tidur.
06.30 a.m
Masih terlalu pagi.
Wanita itu mencoba duduk hingga membuat selimut yang ia pakai turun hingga ke pinggangnya dan menampakkan tubuh polos bagian atas miliknya. Ia nampak kacau dengan rambutnya yang acak-acakan, banyak bercak-bercak merah diseluruh tubuhnya yang begitu kontras dengan kulit putih porselen yang ia miliki, dan jangan lupa bibirnya yang merah dan sedikit bengkak. Yah, semalam ia telah melakukan hubungan badan. Tidak, ia tidak diperkosa. Tapi ia melakukannya dengan suaminya. Hanya saja, wanita itu nampak sedih. Setiap mereka telah melakukan 'itu' besok paginya suaminya tak ada disampingnya. Tak ada tubuh kekar suaminya yang memeluknya, memberikannya kehangatan dan kenyamanan, tak ada suaminya yang menciumnya di pagi hari, atau sekedar mengucapkan selamat pagi padanya. Ia menggeleng, bagaimana bisa ia membayangkan hal itu. Karena hal itu takkan pernah terjadi. Bahkan kenyataan pahit yang harus ia ketahui ialah setiap kali mereka bercinta suaminya pasti dalam keadaan mabuk dan menyerukan nama wanita lain.
Dan yang bisa ia lakukan adalah menangis, menangisi hidupnya, menangisi dirinya yang tak bisa untuk membenci orang yang berstatus sebagai suaminya, menangisi dirinya yang terjerat terlalu dalam oleh pesona seorang Namikaze Naruto.
Ting
Ketika ia masih mengeluarkan air mata meratapi dirinya dan kehidupannya yang sangat menyedihkan sebuah pesan masuk di Smartphone miliknya. Ia tahu siapa yang mengirimkan pesan itu. Tapi ia tetap meraih Smartphone miliknya yang terletak di atas nakas dan membuka pesan itu. Dan benar saja, pesan itu dari suaminya.
Hey Hyuuga jalang, kenapa kau membiarkanku menidurimu semalam hah? Apa kau begitu suka jika kau kutiduri? Kau memang wanita jalang!
Ia semakin terisak setelah membaca pesan itu walau ia tahu bahwa pesan itu adalah pesan yang sama yang akan Naruto kirimkan padanya ketika mereka telah melakukan hubungan suami istri. Padahal 3 bulan lalu ia telah sah menjadi seorang Namikaze. Namikaze Hinata. Tapi suaminya tetap saja menyebutnya Hyuuga Jalang. Padahal Naruto menampakkan wajah bahagianya dihari mereka melangsungkan pernikahan, wajahnya terlihat ceria dan bahagia saat itu. Tapi sekarang Hinata tahu, itu hanyalah topeng Naruto untuk membuat kedua orang tuanya senang. Tentu saja untuk orang tuanya, hanya mimpi Hinata yang mengatakan bahwa Naruto bahagia karena pernikahan mereka. Ia mengetahui semua itu setelah acara pernikahan mereka telah selesai dan mereka pulang kerumah baru mereka. Ketika mereka baru saja memasuki rumah baru mereka, Naruto langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Ia menurunkan foto pernikahan mereka dengan ukuran yang cukup besar yang terpajang diruang tamu lalu melemparnya ke sembarang arah dan mengancam Hinata agar tak pernah memajang foto itu lagi dan semua foto mereka berdua yang lain. Alhasil, tak ada satupun foto mereka berdua yang terpajang dirumah mereka. Kecuali, jika ada yang datang baru mereka akan memasangnya kembali, itupun hanya foto besar tadi. Dan semua foto-foto mereka berdua, Hinata yang menyimpannya dikamarnya. Naruto juga mengatakan mereka tak akan pernah tidur sekamar dan memperingati Hinata agar tak mendekati apalagi mencoba memasuki kamar miliknya. Dan puncaknya, ia terang-terangan mengatakan hubungannya dengan Shion dan mengatakan bahwa ia takkan pernah mencintainya. Walau Hinata sempat mengira bahwa Naruto benar-benar bahagia atas pernikahan mereka atau bahkan karena ia juga mencintai Hinata seperti ia mencintainya.
Cinta? Sepertinya itu hanya mimpi yang mustahil baginya.
Dan mengenai pesan tadi, di akhir pesan Naruto pasti ada kalimat..
Ingat! Minum obatnya dasar jalang sialan!
Naruto selalu menyuruhnya meminum obat, ramuan atau apapun itu yang mencegah seorang wanita untuk hamil. Naruto mengatakan ia tak ingin anaknya dikandung oleh wanita jalang sepertinya. Sempat terbesit difikirannya untuk tidak meminum obat pencegah kehamilan itu agar ia hamil saja, mungkin Naruto akan berubah jika mereka punya anak. Tapi Hinata tak ingin ambil resiko, jangan sampai Naruto menyuruhnya membunuh calon anak mereka yang bahkan belum mereka temui.
Amethys itu tak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Suara tangisnya terdengar begitu pilu, ia mencengkeram selimut didepannya, sebelah tangannya memegang dadanya yang terasa sakit setiap mengingat perlakuan suaminya. Ia terlihat sangat menyedihkan.
.
.
.
Naruto menyandarkan tubuh tegapnya disandaran kursi kebesaran miliknya. Ia baru saja mengirimkan sebuah pesan kepada istrinya. Saat ini ia berada di kantornya perusahaan Namikaze Corp, ia menjabat sebagai Direktur diperusahaan milik ayahnya dulu yang sekarang sudah menjadi miliknya.
Ia mengusap kasar wajahnya lalu memijit pelipisnya. Belakangan ini ia sering sakit kepala selain karena pekerjaan juga karena masalah kehidupan percintaannya. Ia memang sudah menikah dengan Hyuuga Hinata putri dari Hyuuga Hiashi pemilik perusahaan Hyuuga Corp yang saat ini sudah dipegang oleh kakak laki-laki Hinata-Hyuuga Neji, tapi ia tidak mencintainya. Sama sekali tidak.
Mereka berdua memang telah lama dijodohkan, hanya saja Naruto menolaknya. Ia selalu mencari cara agar perjodohan mereka dibatalkan, karena ia telah mencintai wanita lain bernama Shion. Dan ia telah mengatakan pada Shion bahwa ia berjanji akan menikahinya. Tapi pernikahannya dengan Hinata malah harus dipercepat karena ayah Hinata masuk kerumah sakit karena penyakit kronis yang ia derita. Pada akhirnya Naruto tak bisa menolak dan akhirnya mereka berdua menikah. Setelah satu bulan pernikahan mereka, Hiashi meninggal dunia. Ia dan Hinata saling mengenal dibangku kuliah dan menurut teman-temannya Hinata menyukainya, tapi ia tak percaya sebelumnya. Dan saat pernikahan mereka dilangsungkan ia kini percaya bahwa Hinata memang menyukai bahkan mencintainya. Terpancar jelas wajah bahagia Hinata dihari pernikahan mereka, bahkan Hinata masih bertahan sampai sekarang walau perbuatan Naruto selalu buruk padanya.
Mengenai hubungan Naruto dan Shion telah berlangsung selama dua tahun, tapi belakangan ini hubungan mereka merenggang karena Shion yang sudah sangat ingin dinikahi oleh Naruto. Naruto semakin memijit pelipisnya yang berkedut sakit. Ia tidak bisa menceraikan Hinata begitu saja, bisa-bisa ia dibunuh oleh ibunya. Jadi satu-satunya cara adalah membuat Hinata yang mengajukan cerai kepadanya. Ia sudah melakukan berbagai cara agar Hinata membencinya dan segera menggugatnya, ia memperlakukan Hinata dengan sangat buruk, mencaci maki wanita itu, terang-terangan mengatakan perihal hubungannya dengan Shion, bahkan sering memberikan kekerasan fisik padanya. Tapi wanita itu tetap bertahan. Ia sangat frustasi, apa yang harus ia lakukan agar wanita itu menyerah terhadapnya.
"Hah~"
Hanya desahan berat yang bisa ia keluarkan saat ini.
Mengenai pesan yang ia kirim kepada istrinya tadi, entah sudah pesan keberapa itu. Pesan yang kalimatnya selalu sama ia kirimkan pada Hinata setiap kali mereka telah berhubungan badan. Dia tahu sebenarnya itu bukan salah Hinata, hanya saja ia dikuasai oleh alkohol yang ia minum setiap kali ia bermasalah dengan Shion. Jadi ketika melihat tubuh sexy milik Hinata ia langsung saja menerkam wanita yang berstatus sebagai istrinya itu. Ia sangat menyukai tubuh Hinata, mungkin tubuh Hinata adalah tubuh wanita yang paling sangat ia sukai, mengalahkan kenikmatan tubuh Shion kekasihnya.
Ia menggeleng.
Ia memang sangat suka dengan tubuh sexy milik istrinya ditambah wajah ayu yang ia miliki, hanya saja ia tak mau mengakuinya. Ia tak ingin sampai jatuh cinta pada Hinata. Karena ia akan selalu mencintai Shion.
Ia kembali menggeleng. Lebih baik ia menghubungi kekasihnya mengajaknya makan siang bersama nanti.
Tutt tutt
Tutt tutt
"Cih, kenapa tak diangkat?" Ucap Naruto kesal
Tok tok tok
"Masuk" ujar Naruto
"Naruto-sama, nona Shion mencari anda" ucap seorang wanita cantik yang berstatus sebagai sekertarisnya
Mendengar itu wajah Naruto tampak bahagia, tapi dengan cepat ia membuatnya kembali datar. Semua pegawai tahu bahwa istrinya adalah Hinata, akan jadi masalah kalau sampai mereka tahu siapa itu Shion.
"Hm, suruh masuk" jawab Naruto datar
"Hai, saya permisi" kata sekertaris Naruto berjalan keluar
Setelah sekertarisnya keluar tak lama Shion masuk, tak lupa ia mengunci pintu ruangan Naruto seperti biasa. Memang takkan ada yang berani masuk keruangan Naruto tanpa dipersilahkan, tapi lain jika itu Ibunya.
"Naruto-kun~" panggil Shion mesra mendekat kearah Naruto
"Aku merindukanmu" katanya manja sambil memeluk tubuh tegap Naruto
"Aku juga merindukanmu Shion" kata Naruto membalas pelukan Shion
Naruto tak perlu khawatir jika ada yang mendengar pembicaraan mereka karena ruangan Naruto kedap suara dan diruangan Naruto tak ada cctv.
"Naruto-kun" panggil Shion melepaskan pelukan mereka
"Ada apa sayang?" Tanya Naruto menatap Shion
Shion mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah majalah ternama.
"Lihat ini" kata Shion memperlihatkan majalah itu pada Naruto
"Ada apa?" Tanya Naruto memandang majalah yang diperlihatkan Shion
"Lihat" kata Shion menunjuk satu objek dalam majalah tersebut "aku ingin membeli gaun cantik ini, kau mau kan membelikannya untukku" katanya sambil memeluk lengan Naruto
"Ku kira aku baru saja mengirimkan uang untukmu Shion-chan" kata Naruto
"Maafkan aku, tapi uang itu sudah habis ku gunakan. Kau tahukan, aku adalah seorang wanita dan wanita perlu banyak keperluan yang harus ia beli" jelas Shion menatap Naruto dan mempererat pelukannya dilengan Naruto
"Iya, baiklah sayang" kata Naruto sambil mencubit pipi kekasihnya
"Arigatou sayang~" ucap Shion lalu mencium pipi Naruto
Naruto menangkup wajah Shion dengan kedua tangannya "apapun untuk membahagiakanmu" ucap Naruto membuat Shion bersemu. Naruto mendekatkan wajahnya pada Shion, mereka berdua memejamkan mata.
Cup~
Naruto mencium Shion. Mengecap, melumat dan menggigit kecil bibir Shion, memasukkan lidahnya kedalam mulut Shion. Mereka berdua saling melumat, kedua lidah itu menari bersama. Mereka memiringkan wajah mereka, satu tangan milik Naruto menekan tengkuk Shion untuk memperdalam ciuman mereka dan tangan lainnya ia gunakan untuk memeluk pinggang Shion. Sedang Shion memeluk leher Naruto dengan kedua tangannya. Mereka begitu menikmati ciuman mereka, tapi karena kebutuhan oksigen ciuman itu mereka sudahi. Tapi itu tak lama, karena Naruto langsung mencium Shion lagi dan lagi.
.
Naruto dan Shion sedang berciuman di sofa yang terdapat dalam ruangan Naruto. Posisi Naruto berada diatas menindih tubuh Shion, pakaian mereka berdua tampak berantakan. Naruto mencumbu Shion, bahkan tangannya saat ini tengah asik meremas payudara Shion dan memainkan puting dibalik gaun yang digunakan Shion.
"Ahn Naruto-kunh.." Desah Shion
Tapi, kegiatan mereka harus terganggu karena suara Smartphone milik Naruto berbunyi terus-menerus.
"Sial, siapa yang mengganggu" ucap Naruto lalu bergegas berdiri menuju meja kerjanya tempat smartphonenya berbunyi.
"Cih dasar sialan" umpat Naruto mengetahui siapa yang menelponnya. Sebegitu bencinya kah kau pada Hinata, Naruto. Hingga nama kontak untuk Hinata..
Hyuuga Jalang calling
"Ada apa sialan? Kau menggangguku" Tanya Naruto kesal
"Go-gomen Naruto-kun, a-aku hanya ingin minta izin padamu. A-aku ingin keluar sebentar menemui Sakura-chan" jawab Hinata
"Kau menelpon dan menggangguku hanya untuk itu? Kau bisa mengirimkan pesan saja dan aku tidak peduli kau mau apa dan pergi kemanapun" kata Naruto kesal
"Go-gomen Naruto-kun" jawab Hinata
"Cih dasar"
Shion mendekati Naruto dan memeluknya dari belakang "Ada apa Naruto-kun? Kenapa kau marah-marah?" Tanyanya
"Tidak apa-apa sayang, aku hanya kesal dengan wanita ini" jawab Naruto
"Istrimu?" Tanya Shion
"Iya sayang, wanita jalang itu" jawab Naruto
Sedang Hinata yang mendengar pembicaraan suaminya dan kekasih gelap suaminya menundukkan kepala, menahan rasa sesak didadanya, menahan mati-matian agar air matanya tak mengalir kembali. Bagaimana bisa kekasih gelap suaminya terlihat biasa-biasa saja terhadap ia yang statusnya adalah istri dari Naruto.
"Sudahlah sayang, matikan saja. Kita lanjutkan yang tadi~" bisik Shion dengan suara sensual pada kalimatnya masih dengan posisi memeluk Naruto dari belakang dan mengelus batang milik Naruto yang tadi sudah berdiri. Membuat Naruto memejamkan mata merasakan kenikmatan pada kejantanannya dibalik celana panjang hitam yang ia kenakan akibat elusan jari-jari lentik kekasihnya.
"Nhh.. Kita ke apartemenmu sayangh" kata Naruto lalu mematikan telponnya.
Klik
Hinata yang mendengarnya sudah tak mampu lagi menahan air matanya untuk tidak mengalir lagi. Bagaimana bisa ia bertahan sampai sekarang. Walau ia selalu menekankan bahwa ia membenci Naruto, tetap saja rasa cintanya pada Naruto mengalahkan segala logikanya. Walau Naruto tak pernah memberikan cinta yang sama untuk Hinata, wanita itu tetap bertahan dan bersabar untuk menunggu sebutir cinta Naruto tumbuh untuknya.
Tapi, kapan itu akan terjadi?
.
.
"Hinata, kau terlihat sedikit kurus" kalimat pertama yang diucapkan oleh salah satu sahabatnya yang sekarang sudah berprofesi sebagai seorang dokter di Rumah Sakit ternama di Tokyo dan merupakan kekasih dari Uchiha Sasuke sahabat suaminya yang merupakan seorang Jaksa ternama di Jepang. Sahabatnya ini adalah gadis cantik berambut merah muda sebahu bernama Haruno Sakura. Mereka sudah berteman sejak SMA.
"Benarkah Sakura-chan?" Tanya Hinata
Mereka berdua sedang berada di Cafe setelah Sakura menghubungi Hinata karena ingin bertemu.
"Ya dan lingkaran hitam dibawah matamu sangat terlihat" jawab Sakura
"Kau jarang tidur yah?" Tanya Sakura khawatir
Jarang tidur? Ia memang jarang tidur karena setiap malam ia akan selalu terjaga untuk menunggu suaminya pulang kerumah. Walau Naruto tak pernah menganggapnya ada dan melewatinya begitu saja saat ia tiba dirumah. Atau Hinata akan terjaga karena terus-terusan menangis.
"..nata?"
"Hinata?"
"A-ah iya ada apa Sakura-chan?" Tanya Hinata
"Kau melamun?" Ucap Sakura
"Ah iya maafkan aku Sakura-chan" jawab Hinata
"Naruto baik padamu kan?" Tanya Sakura curiga
Kenapa Sakura menanyakan hal itu. "Y-ya tentu saja Naruto-kun baik padaku, Sakura-chan" jawab Hinata sedikit gugup.
Memang tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan Naruto dan Hinata. Sejauh ini. Dan ia tidak ingin ada orang lain yang tahu. Selain itu, Naruto juga memperingatinya agar tak memberitahukan kepada orang lain.
"Kau tidak bohong kan?" Tanya Sakura
"Tidak" jawab Hinata 'maafkan aku Sakura-chan' sambungnya dalam hati
Sakura menatap Hinata dengan tatapan menggoda "apa kau tiap malam melakukannya dengan Naruto hingga lingkaran matamu sangat nampak jelas" katanya membuat Hinata memerah mengingat kejadian semalam
"He-hentikan Sakura-chan" kata Hinata malu
"Hahahaha maafkan aku Hinata, kau lucu sekali" ujar Sakura, ia mengusap air mata diujung matanya akibat tertawa
"Bagaimana denganmu dan Sasuke-kun?" Tanya Hinata
"Yah kami baik-baik saja" jawab Sakura sambil menyeruput minuman yang telah ia pesan
"Syukurlah, kapan kalian akan menikah?" Tanya Hinata membuat Sakura tersedak
"Sakura-chan tak apa?" Tanya Hinata khawatir
"Tidak apa-apa Hinata, aku baik" jawab Sakura "dan mengenai pertanyaanmu tadi- Sakura memberi jeda pada kalimatnya -bulan depan kami akan menikah" kata Sakura dengan raut bahagia yang terpancar diwajah cantiknya.
.
.
Hinata sedang duduk di sofa diruang tamu rumahnya. Seperti biasa disetiap malam ia akan duduk untuk menunggu kepulangan suaminya. Ia teringat tadi pagi ia sangat bahagia saat bertemu sahabatnya -Sakura, apalagi mendengar pernikahan sahabatnya itu akan berlangsung bulan depan. Sakura memang sengaja menemuinya untuk memberikan undangan pernikahannya dengan Sasuke. Ia tersenyum bahagia untuk sahabatnya.
Hinata menatap jam didinding diruangan itu.
01.50 a.m
Biasanya Naruto akan pulang jam satu malam, tapi ini sudah hampir jam dua. Kenapa suaminya semakin terlambat untuk pulang?
Ceklek
Terdengar suara pintu terbuka. Akhirnya Naruto pulang. Tapi ia sedikit heran, biasanya Hinata akan datang menghampirinya dan mengucapkan 'okaeri' setiap ia pulang. Walaupun ia selalu mengacuhkannya.
Dan jawaban dari pertanyaannya terjawab sudah, ia melihat Hinata tengah tertidur di sofa panjang diruang tamu. Sepertinya ia sangat lelah menunggu Naruto dan akhirnya tertidur.
Naruto melangkah mendekati Hinata, wajah polos yang tertidur itu terlihat lelap, tapi diwajahnya terlihat raut kelelahan disana. Wanita secantik ini tidak pantas ia sakiti. Tapi setiap mengetahui bahwa wanita yang berstatus istrinya ini bukan wanita yang ia cintai, ia akan selalu menyakitinya.
Naruto menghentikan kegiatan memandang wajah sang istri, lalu mengangkatnya ala bridal membawanya ke kamar Hinata.
.
.
Pagi harinya..
Hinata menggeliat kecil, tidurnya semalam sangat nyenyak dibanding malam-malam sebelumnya. Setelah sadar ia mengernyit bingung. Bukannya semalam ia tertidur disofa karena menunggu Naruto. Ah mungkinkah Naruto yang membawanya kemari? Berarti Naruto menggedongnya kan? Membuat ia memerah karena pemikiran itu. Bolehkah ia berfikir bahwa Naruto peduli padanya? Bolehkah ia berharap ada harapan untuknya? Bolehkah..
.
.
.
.
.
.
.
.
Tobecontinue
Mell datang dengan fict baru,
Semoga suka,
Maaf atas banyak kekurangan,
View, Review , Fav dan Follow sangat berarti...
Salam,
Mell chan
