Krisho Fic
Rated T
Romance, Drama, menye-menye ala sinetron
.
Genderswitch!
Gs tau Gs!
/gaploked/
.
happy reading.
"Junmyeon, diapasti akan menolak pemberianmu mentah-mentah. Lebih baik kau simpan saja uang dan tenagamu mulai sekarang, daripada berujung sakit hati."
Gadis berkulit seputih susu itu menggeleng,"Tidak, aku bersumpah tidak akan berhenti melakukannya hingga aku sendiri yang memutuskan untuk menyerah. Atau ada hal yang membuatku menyerahㅡmungkin?"
Kyungsoo menghela nafasnya pasrah. Sahabatnya ini benar-benar ambisius.
"Kalau ku hitung-hitung, ini adalah hadiahmu yang ke-10, Jun." celetuk gadis lainnya yang berambut hitam kelam dengan pipi tembamnya.
"Wow, kau menghitungnya? Keren!"
Itu Baekhyun. Gadis yang suka memakai eyeliner.
"Biasa saja."Sahut perempuan lainnya yang memiliki kulit putih pucat dan yang memiliki tubuh paling tinggi di antara mereka menatapnya sangsi.
"Lebih baik kau diam, Oh Sehun."
Junmyeon nampak jengah dengan pembicaraan mereka,"Kalian ribut sekali, sih. Sudah deh, aku pergi dulu ya!"
Empat sahabat baik Junmyeon itu hanya menatap tubuh mungilnya yang akhirnya menghilang di balik pintu ruang musik di kampus mereka.
"Selain keras kepala, dia benar-benar ambisius."Komentar Kyungsoo selepas Junmyeon pergi.
Baekhyun mengangguk setuju,"Kau benar."
.
.
.
.
.
.
.
Junmyeon berjalan menuju lab komputer. Menurut informasi yang ia dapatkan entah darimana, senior yang ia sukai berada di situ. Tangannya memegang sebuah kotak yang berbalut bungkus kado yang rapi, berisikan dua cupcake olahannya harap seniornya kali ini mau memakannya barang satu gigitan saja.
Setelah tiba di depan lab komputer, ia hanya diam di depan pintu yang tertutup rapat itu. Sejujurnya, ia sangat malu untuk masuk ke dalam. Ia menggigiti bibirnya resah. Namun sedetik kemudian, ia menghela nafasnya. Lalu menarik nafas dan membuangnya, guna menetralkan rasa gugup.
"Fighting, Jun." gumamnya lirih untuk diri sendiri.
Tangannya meraih kenop pintu itu dan berniat membukanya. Tapi ia mengurungkan niatnya ketika kenop itu berputar. Sepertinya ada yang ingin keluar dari dalam sana. Junmyeon pun mundur dan menjauhkan tangannya dari kenop pintu.
Cklek
Senyum Junmyeon mengembang ketika seseorang yang keluar dari lab komputer itu sesuai dengan ekspektasinya. Tambahan. Ia harus mendongak agar bisa menatap wajah lawan bicaranya itu –yang benar-benar tinggi. Sementara sang lawan bicara hanya menghela nafas.
"Junmyeon, ada apa lagi?"Tanya seniornya itu dengan nada lelah. Gadis mungil ini selalu saja memberinya hadiah sejak seminggu yang lalu. Dan tak sedikit hadiah dari Junmyeon yang di tolaknya. Hampir semua ia tolak dan menuai wajah cemberut dari Junmyeon.
Junmyeon tak gentar dan tetap tersenyum lebar,"Ini, sunbae! Aku membuatkanmu cupcake. Terima, ya?"
Yifan menatap bingung ke arah kotak yang kini tengah disodorkan padanya. Ia menatap Junmyeon yang memberinya tatapan anak kucing yang minta dipungut. Ia menghela nafas lagi. Ia ingin menolak, tapi tak tega. Ia menjunjung tinggi status seorang wanita, dan tidak ingin menyakiti seorang wanita karena dirinya. Ia harus bersikap tenang, lembut dan tidak kasar.
"Kau tahu, kan kalau aku tidak menyukai makanan manis?"
Senyuman Junmyeon luntur. Bibirnya melengkung ke bawah.
'Duh, kenapa aku melupakan fakta itu?!'
.
Yifan yang melihat itu lagi-lagi menghela nafasnya.
"Sunbae..satu gigitan saja tak apa. Atau hanya sejumput jarimu, itu tak masalah. Yangku inginkan adalah kau menerima hadiahku dan mencicipi hasil jerih payahku."Bujuk Junmyeon dengan suara menyedihkan.
Yifan menghela nafas, lagi. Menyerah.
"Baiklah. Sedikit saja."
Junmyeon bersorak senang. Ini adalah pertama kalinya Yifan mau menerima hadiahnyaㅡeh, tidak juga sih.
Ya walaupun hanya sedikit, tidak menerima hadiahnya keseluruhan. Dengan semangat, Junmyeon membuka penutup kotak itu dan mengambil sebuah cupcake dengan topping buah dan cokelat di atas whipped cream berwarna putih.
"Ini! Cobalah."
Pertama, Yifan mencomot strawberry yang bertengger manis di atas whipped cream putih itu.
"Bagaimana mengambil kuenya?Whipped creamnya banyak sekali."Gumam Yifan bingung. Ia tak ingin memakan whipped cream terlalu banyak, karena ia tahu rasa dari krim itu manis sekali. Ia anti dengan makanan yang mengandung gula berlebih.
Tipikal pria coolㅡkas.
.
Junmyeon mengambil sendok kecil yang ada di dalam kotak tadi, dan mengambil whipped cream itu sedikit demi sedikit dan memakannya hingga habis separuh dan kuenya terlihat. (?)
"Nah, kau bisa memakan kuenya."
'Baiklah. Satu gigitan tak akan membuatmu mati, Wu.'
Yifan menggigit bagian kue yang terlhat itu –tidak tertutupi whipped cream. Ia menatap perempuan di depannya –yang tingginya hanya sebatas bahunya –itu. Gadis itu menatapnya penuh harap.
"Bagaimana? Kau suka?"
Mata penuh binar-binar menyilaukan itu membuat hati Yifan melunak. Ia pun tersenyum kecil dan menjawab,
"Enak. Manis."
Junmyeon tersenyum lebar, ia senang sekali! Sampai-sampai matanya terbentuk seperti bulan sabit. Punggung tangannya menutupi mulutnya, menahan pekikan dari mulutnya.
'Kyaaaah!' Pekik Junmyeon dalam hati.
Yifan menarik tangan Junmyeon yang memegang kotak kue tadi, lalu meletakkan kembali cupcake bekas gigitannya.
"Maaf ya, ku taruh kembali. Walaupun enak, aku tetap tidak makan makanan manis lebih dari ini."
Junmyeon sedikit shock karena Yifan menarik tangannya pelan tadi. Jantungnya berdenyut keras. Ia hanya mengangguk kaku.
"I-iya, tidak apa kasih, sudah mau memakan cupcake buatanku. Lain kali, aku tidak akan memberimu makanan manis lagi. Annyeong, sunbae."
Junmyeon membungkuk rendah, kemudian berlalu dari hadapan Yifan. Junmyeon terkikik senang karena Yifan akhirnya menerima hadiahnya. Ia berlari kecil menuju ruang musik, tempat teman-temannya tadi menunggu.
Brak!
"Teman-teman~!"
Empat orang lainnya yang ada di dalam terperanjat kaget ketiga Junmyeon membuka pintu dengan keras. Bahkan tambah bingung melihat tingkah Junmyeon yang sedikit absurd. Ia menari-nari sambil melompat pelan. Ugh, sebegitu besarkah efeknya?
"Umm, Junmyeon? Kau itu..kenapa?"
Yang pertama kali bertanya adalah Minseok. Minseok dibuat jantungan karena Junmyeon tiba-tiba memeluknya erat sekali.
"Uwaaa~! Aku senang sekali Min eonni! Hihihi…"
Junmyeon tertawa-tawa seperti orang gila. Baekhyun, Kyungsoo, Sehun dan Minseok menggeleng-geleng prihatin. Kelakuan Junmyeon benar-benar membuat mereka heran sekaligus takut terjadi gangguan pada kejiwaan Junmyeon.
"Tebak apa yang terjadi?"
Junmyeon bertanya sambil tersenyum kelewat lebar. Kyungsoo khawatir bibirnya akan sobek karena tersenyum terlalu lebar. Itu lebih mengerikan dari joker.
Lagi-lagi Junmyeon tertawa, dan kali ini mereka semua benar-benar khawatir akan kejiwaan Junmyeon.
"Yifan sunbaememakan cupcake buatanku! Aah~padahal dia itu sangat tidak suka makan makanan manis. Tapi dia memakannya! Walaupun hanya satu gigitan."
Junmyeon melonjak-lonjak senang di tempatnya, teman-temannya mengelus dada, ternyata itu saja. Namun tak ayal hal itu membuat mereka tersenyum. Akhirnya hati pangeran es itu mau terbuka pada Junmyeon walau hanya sedikit.
"Keren!" seru Baekhyun sambil bertepuk tangan. Yang lain hanya memberi senyuman lebarnya pada Junmyeon.
"Tak sia-sia perjuanganmu, noona~"Tambah Sehun lagi.
Junmyeon membuka kotak berisi cupcakenya dengan riang. Ia tersenyum sendiri ketika mengangkat cupcake bekas gigitan Yifan.
"Duh, jadi sayang makannya deh.." gumam Junmyeon.
Baekhyun mencibir,"Lebay!"
.
.
.
.
.
.
"Hey, Wu. Apa gadis itu masih sering memberimu hadiah?"
"Hm."
Yifan menjawab singkat dan masih sibuk berkutat dengan laptop, kalkulator dan banyak kertas yang berserakkan di sekitarnya.
"Dan kau menolaknya?"
"Kali ini tidak. Aku hanya memakan kue buatannya satu gigitan."
Temannya yang memiliki wajah cantik seperti perempuan –tapi mengaku manly–itu terbelalak.
"Serius? Kau tidak suka makanan manis macam itu, kan?"
Yifan mengendikkan bahunya,"Aku tidak tega melihatnya terus membujukku dengan wajah anak kucingnya."
Namja tadi –Luhan menyeringai jahil,"Ah~ nampaknya Tuan Wu mulai tertarik dengan gadis yang menurutnya sangat mengganggu itu."
"Apa sih, Lu."Sela Yifan kesal.
Luhan tertawa-tawa melihat mimik wajah temannya ini. Ia kemudian kembali melanjutkan kegiatannya di laptop –bermain game.
"Yo! Kalian sedang apa?"
Tiba-tiba saja ada dua makhluk lain yang memasuki kamar Yifan. Mereka memang berada di rumah Yifan untuk mengerjakan tugas masing-masing. Mungkin pengecualian untuk Luhan yang tengah asyik bermain game.
"Kau bisa lihat, bukan." Sahut Luhan masih asyik memilah tanaman-tanaman yang akan digunakannya untuk melawan zombie-zombie berwarna hijau itu di laptopnya. Sementara si telinga lebar mengernyit heran.
Salah satu yang baru datang itu mengambil tempat di samping Yifan, sedangkan yang satu lagi di tengah-tengah mereka semua.
"Ya, Yifan, apa tugas Mr. Ahn sudah kau kerjakan?"Tanya lelaki yang baru duduk di dekat Yifan –Chanyeol.
"Nah, ini, baru ku kerjakan."Ujarnya sambil menunjuk semua kekacauan yang ada di sekitarnya.
Chanyeol mengernyit heran,"Deadlinenya 5 hari lagi, kan?"
Yifan mengangguk dan bertanya lagi,"Kau sendiri sudah selesai atau belum?"
Chanyeol nyengir,"Belum, hehe.."
"Dasar,"
Chanyeol pun mulai sibuk dengan laptopnya sendiri tanpa mengiraukan Luhan yang ribut ketika salah satu zombie bisa memasuki rumahnya dan Jongin yang tengah ribut sendiri karena laptopnya tertinggal.
Eh tunggu dulu. Chanyeol bangkit dari posisi uwenaknya –tengkurap. Kalau Jongin tertinggal sesuatu ini akan menjadi malapetaka baginya.
"Chanyeol hyungg~"
Chanyeol menelan ludah.
"Minta ongkos pulang pergi dong, mau ke rumah ngambil laptop. Kita tadi kan berangkat pakai bus."
Nah kan.
Jongin menengadahkan tangannya ke depan wajah Chanyeol bagaikan pengemis. Eh, dia kan memang sedang mengemis pada dirinya, khekhekhe.
"Dompetku sedang meraung karena isinya terlalu sedikit, Jongin-ah."
Jongin mengerucutkan bibirnya –sok –imut . Chanyeol mengernyit geli melihatnya.
"Jangan lebay deh, hyung! Pelit banget sih, timbang ngasih 5000 won."
Chanyeol mendengus,"Enak aja kamu ngomong, ya! Uangku tersisa 10000 won."
Jongin tersenyum cerah,"Nah, berikan uangmu. Setelah itu kembaliannya ku kembalikan nanti."
"Nggak mau, lah!"
Yifan yang mulai pening mendengar perdebatan tidak penting itu pun mengambil dompetnya dan memberikan selembar uang 5000 won pada Jongin.
"Berisik! Hitunganku salah terus kan" omel Yifan.
Jongin yang merasa mendapat rejeki nomplok pun meraih uang dari Yifan dengan girang.
"Yifan hyung jjang!Gomawo, hyung." Setelah itu ia memeletkan lidahnya pada Chanyeol.
Selepas Jongin pergi, Yifan menghela nafasnya lelah. Apakah temannya tak ada yang waras?
"Eh, Yifan, ngomong-ngomong bagaimana gadis itu? Dia masih mendekatimu?"
Kepala Yifan makin berdenyut,ia menekan-nekan pelipisnya pelan,"Yeol, jangan bicarakan itu sekarang. Aku pusing. Tanya sana sama Luhan."
Chanyeol mengalihkan pandangannya pada Luhan yang masih terfokus dengan gamenya.
"Luhan hyung, kali ini apa yang dilakukan gadis itu?"
"Dia memberi Yifan kue dan si Wu ini hanya memakannya satu gigitan."
Chanyeol mengangguk-angguk paham, lalu menatap Yifan yang kembali sibuk dengan pekerjaannya.
"Aku kasihan dengan gadis itu. Dia pasti meluangkan banyak waktu dan tak sedikit uang yang di keluarkannya. Menurut info yang kudapat dari Baekhyun, Junmyeon membelikanmu sepatu mahal, lalu baju, dan yang paling mahal itu jam Rolex! Tidakkah kau berpikir kalau benda-benda seperti itu sangat mahal? Dan kau selalu menolaknya. Kau tidak kasihan? Setidaknya kalau tidak suka dengannya, terima saja hadiahnya dan ucapkan terima kasih."
"Itu sama dengan aku memberinya harapan. Kalau akhirnya tidak seperti yang di harapkan, dia pasti sedih."
"Lagipula, aku tak pernah menginginkan dan tak pernah menyukai benda mahal seperti itu." Sambung Yifan.
"Wu Yifan, kau bodoh sekali. Itu benda mahal tau. Well, dia memang berasal dari keluarga konglomerat. Tapi kalau terus-terusan seperti itu, kan tidak bagus juga. Pemborosan itu namanya." Timpal Luhan.
Chanyeol menambahi, "Kau pikir, menolak hasil jerih payahnya bukanlah sesuatu yang menyakitkan dan menyedihkan untuknya?"
Yifan terdiam, tangannya yang menari di atas keyboard laptopnya terhenti begitu saja.
Luhan kembali menimpali, "Apa yang salah denganmu, Wu? Kau sendiri berkata tidak ingin menyakiti kau telah melakukannya."
Chanyeol menambahkan, "Mungkin saja kau berpikir kau tidak menyukainya. Kau bisa menolaknya berkali-kali atau bahkan ribuan kali. Tapi, Yifan, jika ia jodohmu, sekeras apapun kau menolak, ujung-ujungnya dia akan terus bersamamu."
'Dasar kompor,' gerutu Yifan dalam hati.
.
Yifan menghela nafas,"Belum tentu ia jodohku."
Luhan mendelik, kesal dengan tanggapan Yifan.
"Kita tak pernah tahu siapa jodoh kita. Berbuatlah dengan baik agar jodohmu mendekat! Yah, siapa tahu gadis itu memang jodohmu."
Yifan menghela nafas kasar,"Terserahlah. Aku pusing."
Ia mematikan laptopnya dan menutupnya. Tangannya juga bergerak merapikan kertas yang berserakkan. Lalu ia berdiri, berjalan menuju kasurnya dan berbaring di situ.
'Kenapa sekarang aku merasa bersalah?'
.
.
.
.
.
.
Yang namanya Kim Junmyeon, tetaplah Kim Junmyeon. Ia tetap bersikeras untuk memberi hadiah kepada Yifan, walau teman-temannya sudah melarang dan menasehatinya.
Kali ini, ia ingin memberikan tiket festival kembang api yang akan di adakan satu minggu lagi. Ia ingin menontonnya bersama Yifan, dan memberi salah satu tiket. Kali ini, harganya memang lebih murah dari hadiah yang pernah diberikannya pada Yifanㅡwalau selalu ditolak. Tapi tetap saja. Beli tiket kanpake uang. Bukan pake daun, yha.
"Kyung, aku tahu ibu dan ayahnya Junmyeon itu hartanya tidak akan habis tujuh turunan sekalipun. Tapi tetap saja, ini namanya pemborosan!" kritik Minseok selepas Junmyeon pergi.
Kyungsoo menghela nafas,"Mana si sunbae itu songongnya minta ampun! Heran deh, kok bisa Junmyeon naksir sama sunbae itu? Ganteng sih orangnya, tapi kalo sikapnya seperti itu 'kan, berarti dia tidak bisa menghargai seorang wanita."
Yang lain mengangguk-angguk setuju dengan opini Kyungsoo.
Kali ini si Baekhyun yang angkat suara, "Lalu bagaimana? Kita sudah melarangnya, menasihatinya. Tapi Junmyeonnie tetap pada pendiriannya. Kadang aku kasihan melihatnya menangis jika hadiahnya ditolak atau malah di abaikan oleh si Yifan itu."
Minseok menyela,"Ya sudahlah, kita lihat saja kedepannya perkembangan hubungan mereka."
.
.
.
"Jong, belikan aku cola dong. Nih uangnya."
Jongin mencibir,"Kenapa harus aku, sih? Kan ada Chanyeol hyung."
"Tidak, tidak. Aku sibuk."
"Iya, sibuk makan."Sahut Jongin sinis.
Sekedar info, mereka sedang makan siang di cafeteria.
"Sudah, jangan banyak bicara. Cepat belikan. Dua ya. Sisa uangnya ambil saja sana."
Jongin tersenyum bahagia, bak tertimpa durian runtuh.
"Wahaha, thanks Yifan hyung! You're the best,"
Tak lama setelah Jongin pergi, datanglah si mungil Junmyeon dengan langkah ragu-ragunya.
"Umm, permisi,"
Yifan diam, menatap gadis itu datar. Sementara Luhan dan Chanyeol tersenyum ramah pada si mungil.
"Hai, Junmyeon! Ayo duduk," tawar Chanyeol .
Junmyeon tersenyum kaku. Disini ada teman-temannya Yifan, dia jadi malu. Dia hanya mengenal Luhan lebih banyak daripada sunbae bertelinga lebar itu.
"Eng, tidak perlu, sunbae. Aku hanya ingin memberikan ini pada Yifan sunbae."
Junmyeon menaruh tiket tersebut ke atas meja. Yifan segera mengambil dan membacanya.
"Festival kembang api. Kau ingin aku datang?"
Junmyeon mengangguk. Secara tiba-tiba, Yifan berdiri lalu menyeret Junmyeon pergi dari situ. Kedua temannya yang lain memandang mereka berdua kaget sekaligus bingung.
Jongin yang berselisih arah dengan Yifan dan Junmyeon memandang kepergian mereka bingung.
"Mereka kemana? Apa yang terjadi?" tanya Jongin selepas ia mendudukkan diri di samping Luhan.
Yang ditanya hanya mengendikkan bahu, lalu mengambil satu cola yang ada di tangan Jongin.
.
.
"Berhenti melakukan ini."
Angin musim panas menerpa helaian rambut Junmyeon, mengisi keheningan diantara dirinya dengan Yifan.
"Melakukan apa?"
Yifan menghela nafas,"Jangan pernah lagi memberikanku benda apapun. Dan jangan pernah menemuiku."
"Tunggu sunbae!" cegat Junmyeon kala Yifan akan pergi meninggalkannya.
Yifan menghentikan langkahnya, namun bersikeras untuk tetap membelakangi Junmyeon.
"Kenapa? Katakan padaku, sunbae."
Hening. Entah sudah berapa kali terjadi keheningan diantara mereka.
Merasa diabaikan, Junmyeon kembali berbicara.
"Kau bahkan tak pernah menerima hadiah-hadiah dariku. Sebegitu tidak sukanya kah sunbae kepadaku?"
Yifan berjalan menuju pintuㅡmereka berada di rooftop. Sebelum menutup pintu tersebut, Yifan kembali berucap,
"Cukup ikuti apa yang kumau. Jangan dekati aku lagi."
Pintu tertutup. Menyisakan Junmyeon yang kini terdiam, meresapi maksud dari semua yang dikatakan Yifan.
"Kenapa aku harus menjauhimu?" gumamnya lirih sembari memandangi tiket festival yang dikembalikan oleh Yifan tadi.
"Apakah selama ini aku mengganggumu, sunbae? Kenapa kau hanya diam dan menolak semuanya? Kalau tidak suka, harusnya kau menyuruhku untuk menjauh sejak awal,"
Junmyeon mendongak, menahan air mata yang akan jatuh. Ia tidak tahu kenapa ia menjadi sensitive sekali. Yang jelas, semua ini disebabkan oleh sunbaenya itu.
.
.
.
"Nih, buatmu saja."
Jongdae menatap heran kakak sepupunya yang datang-datang langsung menelungkupkan wajahnya di atas meja sesudah meletakkan tiket festival diatas mejanya sendiri.
"Noona, apa yang terjadi? Kau kenapa? Bukannya kau sendiri kemarin bersikeras membeli tiket ini untukㅡ"
"Diam!"
Jongdae terdiam mendengar bentakan dari Junmyeon. Ia segera mengedarkan pandangan keseluruh kelasㅡmencari bantuan. Matanya bersinar saat mendapati seseorang yang dicari.
"Sst! Sst! Kyungsoo-ya!"
Si gadis bermata bulat itu menoleh pada Jongdae. Jongdae segera berdiri lalu menyeret gadis itu keluar kelas.
"Ada apa?"
"Lihat,"
Jongdae menunjukkan tiket kumal yang diberikan Junmyeon tadi. Kemudian menunjuk ke arah tengah Junmyeon yang bertelungkup ria.
"Eh? Bukannya Junmyeon ingin memberikan itu padaㅡ"
"Sst.. jangan keras-keras!"
Kyungsoo membungkam mulutnya, lalu melirik ke dalam kelas untuk melihat keadaan Junmyeon yang begitu menyedihkan.
"Biasanya dia sudah kebal kalau ditolak-tolak pemberiannya oleh Yifan sunbae. Kenapa sekarang dia uring-uringan?"
"Itulah yang aku tidak mengerti. Aku saja tadi dimarahinya."
Kyungsoo menggeleng-gelengkan kepalanya, prihatin atas nasib Jongdae yang kena omel Junmyeon.
"Ya sudah. Biar aku yang bicara dengannya. Kau, jangan ikut mengganggu."Tunjuk Kyungsoo tepat di wajah perseginya memberi ultimatum.
Jongdae memutar bola matanya, "Iya, iya."
Kyungsoo berjalan mendekati Junmyeon yang masih setia menelungkupkan wajahnya diantara lipatan tangannya.
"Jun..?"
"Apa?"
Junmyeon menyahut, masih menelungkupkan kepala. Kyungsoo mengambil kursi terdekat untuk duduk disamping Junmyeon. Kemudian mengusap pelan surai almond milik Junmyeon.
"Kau kenapa? Mau cerita?"
"Menurutmu, apakah selama ini aku mengganggu?"
Kyungsoo mengernyit, tak mengerti maksud dari perkataan Junmyeon.
"Maksudmu?"
"Dia menyuruhku untuk menjauh dari hidupnya, dia tak ingin melihatku lagi, dia tak ingin menerima semua benda-benda apapun dariku…dia membenciku,"
Kerutan di dahi Kyungsoo bertambah dalam,"Dia? Siapa yang kau maksud?"
Junmyeon bangkit untuk menyeka air matanya, lalu menelungkupkan wajahnya kembali.
"Menurutmu siapa?!"
Kyungsoo mulai mendengar Junmyeon terisak pelan. Dan sekarang Kyungsoo beserta Jongdae; yang menyimak dari jauh pun mengerti apa masalah Junmyeon sekarang.
Kyungsoo bergerak untuk memeluk Junmyeon, kemudian mengusap-usap bahunya.
"Sst..jangan menangis ya.. ayolah, kau kan kuat?"
Junmyeon makin terisak lalu menerjang Kyungsoo dalam pelukannya. Kyungsoo kebingungan, dan hanya bisa mengelus lembut punggung Junmyeon yang bergetar.
"S-sudah, Jun..sebentar lagi Prof. Lee datangㅡ"
"Aku tak peduli! Hiksㅡ"
Kyungsoo merasa dilema, antara malu dan prihatin terhadap keadaan Junmyeon sekarang. Semua orang memandang ke arah mereka. Dan Kyungsoo sangat ingin mendorong Junmyeon untuk menjauh, tapi ia tak tega. Jadilah ia meringis pelan sambil terus membujuk Junmyeon agar ia berhenti menangis.
'Andai kau bukan temanku, sudah kudorong kau dari tadi!'
.
.
TBC
Haaai~
Mmm, ku lupa mau ngomong apa disini .-. hehe, maklum. Aku adalah author yang hobinya numpang curcol di author's note /geplaked/
Well, karena aku tidak tau mau bicara apa, jadi cukup sampai disini aja yaa~
Betewe, ini Cuma two shotㅡmungkin. Heheheheee~ /paansih/
.
Ya ampun, setelah ku baca ulang, ternyata banyak kata-kata yang menghilang! T.T
Tapi udah ku edit kok~~
.
18:06 WITA; edited 20:03
