XOXO Drama

KaiLay version

Don't Like Don't Read

(Song: Heart attact)

Lay berdiri di atas bangunan tua di dekat sekolah. Rambut hitam ravennya berkilau di bawah sinar matahari. Matanya yang hitam kelam menatap kesekitarnya dengan tajam. Deru nafasnya tidak beraturan, seolah dia baru saja berlari jauh sekali.

Oh yeah, sebenarnya itu memang terjadi.

Ketika matanya mendapati sekelompok pemuda berpakaian seragam yang sama dengannya mendekat, dengan segera, Lay berlari menuruni tangga tua yang ada di samping bangunan kecil di atas atap bangunan tua dekat sekolahnya itu.

Dengan cepat ia menuruni tangga besi berkarat itu. Sesekali ia tergelincir sedikit karena tangga yang ia lalui baru saja di guyur hujan sehingga licin.

Cih sial, kalau begini terus, ia akan bisa di kejar oleh mereka semua!

Akhirnya, Lay memutuskan melompati sisa tangga yang ada. Suara benda berat jatuh ke tanah terdengar begitu jelas ketika kaki Lay mendarat di atas lantai beton atap gedung tua itu.

Sedikit kehilangan keseimbangannnya, akhirnya Lay meroda kedepan sebelum kemudian berdiri dan mulai kemudian berdiri dan menatap ke atas.

Di atas gedung yang sebelumnya menjadi tempat peristirahatannya sejenak tadi, segerombolan pemuda mulai tampak, dengan tongkat baseball dan kayu di tangan mereka.

Lay mendecih pelan, sebelum kemudian, dengan segera, namja berwajah Chinese itu berlari menjauh dengan kecepatan yang bisa dibilang tidak biasa.

'Cih, kenapa aku harus bertemu dengan mereka di saat-saat seperti ini?'

Kai perlahan membuka pintu tua itu, senyum manis terpampang di wajahnya.

Perlahan ia menutup matanya seraya menghirup udara di atas atap gedung itu. Kemudian, ia membuka matanya perlahan seraya menghembuskan nafasnya.

Kai pun kemudian berjalan dengan langkah sedikit melompat-lompat. Full plush lips miliknya masih mengulum senyum manis. Namja yang kedua telinganya tertutup earplug itu berjalan menuju pinggir atap itu. Tepatnya menuju tempat yang tampak seperti panggung.

Dengan sekali percobaan, namja itu berhasil memanjat tempat itu. Setelahnya, ia pun berdiri di atas tempat itu, kemudian menatap sekitarnya dengan gaya seperti ia tengah melakukan pertunjukkan.

Pelan-pelan, seiring dengan irama musik yang mengalun di earplugnya, Kai menggerakkan tubuhnya.

Gerakan tangan, kaki dan tubuhnya terlihat begitu indah. Sempurna. Ia seolah tengah melakukan pertunjukkan sungguhan di depan banyak orang.

Kai terus menggerakkan tubuhnya sesuai dengan koreografi dari lagu yang tengah mengalun di earplug-nya. Senyum manisnya kini sudah tergantikan dengan senyum sensual yang biasa ia keluarkan ketika ia menari. Menurutnya, ini bisa menambahkan nilai dari tarian.

Ketika musik di earplug-nya berhenti, Kai memasang pose terakhir dari koreografi lagu tersebut. Sebelum kemudian ia tersenyum lebar dan membungkuk pada invicible audiance-nya.

Setelah melakukan hal itu, Kai tertawa. Tepatnya menertawai apa yang baru saja ia lakukan seraya menggeleng-gelengkan kepalanya dan bertolak pinggang.

Setelah puas tertawa, Kai mendudukkan dirinya di lantai beton atap gedung tua itu. Tubuh bagian atasnya bersandar pada bak penampungan air yang sudah berkarat. Kakinya ia biarkan lurus menjulur begitu saja.

Ketika alunan musik di earplug-nya berganti dengan lagu yang lebih slow, Kai pun merenggangkan kedua tangannya. Sebelum kemudian menutup matanya dan membiarkan peri mimpi menjemputnya.

Matahari perlahan semakin condong ke barat. Langit yang semula biru terang kini berubah menjadi gelap.

Sekalipun demikian, Lay masih berlari, berlari sekuat tenaga untuk menghindar dari sekelompok orang yang tengah mengejarnya.

Entah sudah berapa tembok yang ia tabrak, entah sudah berapa kali ia melompat, entah sudah berapa kali ia memanjat, dan entah sudah berapa kali ia hampir jatuh. Tapi, yang jelas, ia tau, jumlahnya pasti banyak karena tubuhnya sudah sangat sakit semua. Ngilu di tubuhnya terasa seperti sebuah teriakan dari tubuhnya untuk beristirahat barang sejenak.

Tapi, ia tidak bisa mengabulkan permintaan tubuhnya sendiri, tidak di saat anak-anak Hunter Gank tengah mengejarnya.

Lay menghentikan larinya dan berbelok menuju gang kecil di samping kanannya. Namja itu menyandar pada dinding kotor gedung tua yang jadi tempatnya bermain kejar-kejaran dengan musuhnya itu. Nafasnya tak beraturan.

Ketika nafasnya sudah mulai kembali seperti semula, Lay menggenggam pergelangan tangan kanannya yang bertatokan gambar gelang. Kalau di perhatikan lebih dekat lagi, ternyata, gambar gelang itu merupakan gambar simbol-simbol aneh.

Kemudian perlahan, namja itu menutup kedua matanya dan mengonsentrasikan semua energinya pada ujung jari-jari tangan kirinya yang menggenggam pergelangan tangan kanannya.

Secara perlahan, cahaya kebiruan muncul di punggung tangan Lay. Pelan-pelan, cahaya itu berubah menjadi sebuah lambang.

Lambang kuda bertanduk, unicorn.

'Guh... argh! Sialan! Kenapa aku harus bertemu mereka setelah aku berada di titik terlemahku sih?'

Kai tiba-tiba membuka matanya ketika ia tiba-tiba merasakan tubuhnya berguncang.

Kai sontak memandangi sekelilingnya, tidak ada siapapun di sana sejauh mata Kai memandang. Suasana di sekelilingnya pun tidak menampampak ada sesuatu terjadi sebelumnya. Suasana atap gedung tua itu tenang dan sedikit terasa mencengkam karena sangat sunyi.

Lalu tadi itu apa?

Kai teridam sebentar. Mencoba menjawab pertanyaan dari dirinya sendiri barusan. Tadi itu apa? Kenapa tadi ia tiba-tiba seperti di guncang dengan kencang oleh sesuatu ya?

Semakin lama ia berfikir, semakin sulit ia mendapatkan jawabannya. Yang ada, kepalanya malah terasa sakit karena terlalu banyak berfikir.

Kai menggeleng-gelengkan kepalanya. Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Mungkin itu hanya perasaannya saja.

Perlahan, Kai mulai bangkit dari tempatnya tertidur tadi. Kemudian ia mengangkat kepalanya, menatap langit yang kini gelap bertabur bintang tanpa bulan.

Ah... sepertinya ia tertidur cukup lama di sana. Sebaiknya ia pulang sekarang sebelum orang tuanya mencarinya.

Dengan segera, Kai turun dari panggung itu. Kemudian dengan langkah santai, Kai berjalan menuju pintu atap gedung tua itu.

Setelah melewati anak tangga yang cukup banyak dan berkelok-kelok, Kai akhirnya sampai di lantai dasar gedung tua yang cukup besar dan hanya diterangi lampu tua seadanya itu. Suasana di sekelilingnya tampak begitu horror dan membuatnya sedikit bergidik ngeri.

Tak ingin berlama-lama di kelilingi aura horror seperti ini, Kai mempercepat langkah kakinya.

Drap drap drap drap

Ketika telinganya menangkap suara derap banyak kaki, Kai terdiam di tempatnya. Matanya sedikit membesar dari sebelumnya. Ekspresi wajahnya tampak terkejut.

I-itu suara apa? J-jangan bilang...

Dengan wajah yang sekarang berubah ketakutan, Kai berjalan setengah berlari. Kedua tangannya yang terasa dingin ia masukan kedalam saku celananya.

Drap drap drap

Suara langkah kaki –yang terdengar seperti beberapa orang sedang berlari- itu semakin mendekat. Membuat Kai semakin bergidik ngeri dan akhirnya ia pun berlari.

Tapi, belum jauh ia berlari, tiba-tiba tangannya di tarik seseorang –atau mungkin makhluk lain?- masuk kedalam sebuah gang kecil di samping kanannya. Mulutnya di tutup oleh tangan kiri makhluk itu, sementara tangan kanan makhluk itu memeluk pinggangnya.

Posisi mereka sekarang adalah, Kai berada di depan makhluk ini, sementara si makhluk aneh itu menyandarkan tubuhnya di tembok.

Kai membelalakkan matanya. Siapa ini? Apa ini?

"Jangan takut dan diam." Orang –itu suara manusia, Kai menghela nafasnya sedikit- itu berucap mencoba menenangkan Kai yang mulai menggeliyat minta di lepaskan. Suaranya terdengar begitu berat dan menakutkan –lebih menakutkan dari Joonmyeon-hyung mode: Devil- itu sukses membuat Kai langsung terdiam.

Drap drap drap

Kai bisa mendengar suara langkah kaki itu semakin mendekat. Semakin dekat. Semakin dekat.

Ketika bayangan itu semakin besar dan besar –bertanda mereka sudah dekat dengan tempat dimana ia dan si orang asing berada- mereka berhenti. Sontak membuat namja –dari suaranya, Kai yakin orang ini namja- di belakangnya semakin erat memeluk pinggang Kai.

Degh degh degh degh

Kai bisa merasakan debaran jantung namja di belakangnya –punggung Kai menempel pada dada si namja- meningkat ketika jumlah mereka –bayang-bayang di dinding- semakin banyak dan semakin dekat. Sampai akhirnya, suara derap kaki itu berada benar-benar kurang dari beberapa meter dari tempat di mana ia dan si orang asing bersembunyi.

Kai bisa mendengar nafas namja itu tercekat ketika bayang-bayang itu kini berganti dengan sekelompok orang-orang dengan pakaian seragam yang ia kenal sebagai seragam dari sekolah di dekat gedung tua itu.

Ah... Kai mengerti sekarang. Jadi namja ini sedang bersembunyi dari kejaran musuhnya, eoh?

Ketika orang-orang itu sudah pergi dari sana dan suara derap kaki mereka mulai menjauh, sontak Kai langsung melepaskan dirinya dari si namja dan lantas membalikkan tubuhnya untuk bertatapan dengan namja itu. Siap untuk memarahi namja yang baru saja bersikap tidak sopan padanya.

Tapi, Kai tidak bisa.

Kai membeku di tempatnya berdiri. Namja di depannya ini... bagaimana harus menjelaskannya? Dia tampak begitu tampan, bahkan hanya dengan cahaya remang yang menerangi tubuh mereka. Sekalipun namja itu sedikit lebih pendek darinya, tapi, itu sama sekali tak mengurangi ke tampanan dan kesempurnaan namja di hadapannya ini.

Terutama matanya, Kai tidak bisa mengelak bahwa matanya adalah mata paling indah yang pernah ia lihat.

Degh degh degh degh

Kai bisa merasakan debaran jantungnya meningkat ketika ia dan si namja saling bertatapan. Entah mengapa, tiba-tiba wajahnya terasa memanas ketika mata datar namja itu menatapnya dengan intens.

Nafas Kai tercekat.

"Lain kali, tolong jangan datang ke sini lagi. Aku tidak mau membahayakan siapapun." Ujar namja itu dengan nada datar, tapi suaranya tidak semenakutkan yang tadi. Sebelum kemudian ia berbalik dan mulai berjalan menuju kegelapan dan pelan-pelan menghilang, meninggalkan Kai yang diam membeku di tempatnya berdiri.

Oh... sepertinya ada yang terkena heart attact.

TBC