Singkat sih ... tapi ya sudahlah.

I hope you like this story.

Tangannya mengusap sayang. Pipi lembut chubby menggemaskan yang pemiliknya tengah menutup mata dalam tidur yang tenang. Todoroki hampir kehilangan suaranya. Semuanya terjadi dengan begitu cepat hingga ia hanya bisa mengangkat tangannya menggapai tubuh abruk di depannya.

Sudah tiga hari berlalu. Namun tak ada satupun upaya yang dapat menyelamatkannya. Lelaki yang biasanya meledak-leda tengah tenang dalam mimpinya.

"Bangunlah!" lirih Todoroki. Suaranya begitu pelan penuh dengan harapan. "Kau tidak ingin Midoriya melampauimu kan? Dia sedang berlatih sangat keras."

Dirinya juga. Dia tidak ingin meninggalkan surai cream pucat ini sendirian. Tapi bara api di dadanya harus disalurkan. Tentu saja pada keparat busuk yang berani membuat Bakugou-nya berada dalam kondisi demikian.

"Aku akan membalasnya. Midoriya juga. Kirishima pula. Semuanya. Mereka akan membalas bajingan yang membuatmu begini." Matanya mengeras. Penuh tekad dan rasa benci. Namun berangsur-angsur melunak. "Karena itulah bangunlah. Kau pasti ingin balas dendam kan? Bakugou yang kukenal tidak akan membiarkan dirinya dilukai tanpa melawan."

Todoroki beranjak. Meninggalkan tubuh Bakugou dengan selang-selang penunjang hidupnya. Ekspresinya yang lembut seketika menghilang. Percik api ditangannya seolah menggelitiknya untuk segera dilepaskan. Persetan dengan peraturan. Dia menatap Midoriya, Kirishima, serta segelintir orang yang memiliki perasaan yang sama.

"Todoroki-kun, kita hanya

merebut penawar racunnya."

Midoriya mengingatkan. Yang dijawab anggukan oleh anak pahlawan terkuat kedua. Namun tentu saja. Dia takkan hanya mrlakukan itu dan meninggalkam keparat yang membuat Bakugou hampir mati kan?

END