Pandora : Light of Hope

Story by : Mercyblue

--

Genre : Friendship/Adventure

Rated : K

Character : OC, Gon Freecss, Killua Zaoldyeck, Kurapika Kuruta, Leorio Paladiknight

Disclaimer : Yoshihiro Togashi

--

Summary :

Terdampar di dunia berbeda? Terdengar seram pastinya. Apalagi kalau dunianya adalah dunia Hunter X Hunter. Tempat di mana yang kuat memangsa lemah, monster liar dimana-mana, sungguh dunia yang tak terbayangkan.

Shine hanyalah seorang gadis sederhana berusia 20 tahun yang tinggal di sebuah kota kecil. Kisah hidupnya mungkin terdengar biasa saja di telinga orang lain, sampai suatu hari ia menemukan sebuah kotak musik kuno peninggalan neneknya dan membukanya.

Siapa sangka kotak kecil pembawa masalah itu secara ajaib melemparnya ke dunia mengerikan yang disebut dengan dunia 'Hunter'.

--

CHAPTER I : KOTA ZABAN

--

"Hei, sadarlah," ucap seorang anak laki-laki berambut hitam. Ia berusaha membangunkan gadis yang berbaring di hadapannya saat ini dengan menepuk-nepuk pipi gadis itu.

"Dia pingsan, tapi tampaknya dia baik-baik saja." Seorang pria tinggi berkacamata tampak memeriksa kondisi gadis yang terbaring itu.

"Benarkah, Leorio? Tapi kenapa dia tidur di sini?" Anak laki-laki itu mengalihkan pandangannya pada pria tinggi berambut hitam itu. Sedangkan lawan bicaranya terlihat masih memikirkan sesuatu sambil mengelus dagunya.

"Gon, coba dekatkan ini ke hidungnya." Seseorang berambut pirang ikut berjongkok di sebelah anak laki-laki itu. Ia memberi Gon, anak laki-laki yang manis itu, sebotol kecil minyak aromaterapi.

"Terima kasih Kurapika, kurasa ini akan sangat membantu." Gon tersenyum.

Tanpa membuang waktu, Gon membuka tutup botol itu dan mendekatkannya ke hidung gadis yang terbaring pingsan di hadapannya. Perlahan gadis itu mengerutkan dahinya dan menggerakkan kelopak matanya yang masih tertutup.

"Ngg.." Gadis itu menggumam pelan, ia membuka matanya perlahan dan mencoba memfokuskan pandangannya. Dengan ekspresi bingung gadis berambut hitam sebahu itu memandangi wajah-wajah penolongnya. Seorang anak laki-laki manis bermata coklat dengan rambut hitamnya, seseorang yang cantik dengan rambut pirangnya dan satu lagi, seorang pria berpostur tinggi yang mengenakan setelan jas berwarna hitam.

Di tengah kebingungannya, gadis itu berusaha untuk bangun dan duduk, sembari memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.

"Ah, kalian ini siapa?" tanya gadis itu dengan tatapan bingung.

"Syukurlah, kau sudah sadar. Namaku Gon Freecss, panggil saja aku Gon," jawab anak laki-laki itu. Ia tersenyum. "Kami menemukanmu terbaring di pinggir jalan sana, lalu kami membawamu kemari." Gon menambahkan dan menunjuk jalan setapak yang berada di hamparan padang rumput hijau di depan mereka.

Gadis itu masih tampak kebingungan, ia memiringkan kepalanya lalu mengernyitkan dahinya. Ia memandang hamparan padang rumput yang ada di hadapannya. "Padang rumput? Tempat apa sih ini sebenarnya? Perasaan, tadi aku ada di gudang tua milik nenek? Kenapa sekarang tiba-tiba aku ada di sini?" batinnya. Ia berpikir keras, lalu mengalihkan pandangannya pada Gon dan teman-temannya.

"Kurapika Kuruta. Panggil saja aku Kurapika." Remaja berambut pirang dan berwajah cantik itu juga memperkenalkan diri. "Dan, orang yg di sebelahku ini..." Perkataan Kurapika terputus.

"Leorio Paladiknight. Aku biasa dipanggil Leorio." Leorio melanjutkan kalimat Kurapika sambil tersenyum. "Nah, sekarang giliran kami yang bertanya padamu. Kenapa kau tertidur di sini?" sambung Leorio.

"Sejujurnya aku juga tidak tahu kenapa aku ada di sini. Sebelumnya aku ada di gudang tua nenekku, lalu aku tiba-tiba saja berada di sini. Aku bingung sekali," jawab gadis itu.

"Kalau begitu tempat tinggal nenekmu pasti tak jauh dari sini. Kami bisa mengantarmu," hibur Gon.

Gadis itu berpikir, ia tak tahu tempatnya berada saat ini, tempat yang dipijaknya saat ini benar-benar terasa asing baginya. Ia menatap wajah Gon dan teman-temannya. Rasanya ingin sekali dirinya menerima bantuan dari 3 orang yang baru dikenalnya itu, tetapi ia tak ingin merepotkan mereka lebih jauh lagi. "Tidak perlu, Dik. Aku rasa aku bisa menemukan rumah nenekku," tolaknya halus, meski sendiri tak yakin dengan apa yang dikatakannya.

Gadis itu berdiri dan menepuk t-shirt biru dan celana pendeknya yang berwarna hitam untuk membersihkannya. "Sebelumnya, terima kasih untuk bantuannya Gon, Kurapika dan Kak Leorio. Namaku Shine. Shine Erlangga Putri." Ia tersenyum.

"Namamu itu terdengar asing, Shine." Kurapika menanggapi. Sedangkan Shine yang masih bingung hanya bisa tertawa geli. Sejujurnya Shine juga berpikir bahwa nama para penolongnya itu juga terdengar asing di telinganya.

"Hei, Kurapika. Jangan-jangan dia korban penculikan," bisik Leorio pada Kurapika yang berdiri di sebelahnya. "Coba lihat pakaiannya, dia bahkan tak membawa apa-apa saat kita menemukannya." Mereka pun memperhatikan penampilan Shine.

"Ya, sebenarnya apa yang kau bilang benar juga Leorio." Kurapika menganggukkan kepalanya. Sementara itu, Shine menatap mereka bertiga sambil tersenyum, ia membungkukkan badannya sebagai ucapan terima kasih lalu berbalik dan mulai berjalan menjauhi mereka bertiga.

"Tunggu Shine. Kami akan mengantarmu." Gon mengejar Shine lalu menepuk pundak gadis manis itu. Shine yang terkejut menghentikan langkahnya dan secara reflek menoleh ke arah Gon.

"Teman-teman, bisakah kita melanjutkan perjalanan setelah mengantar Shine pulang?" Gon berbalik lalu bertanya, atau lebih tepatnya berteriak pada kedua temannya yang sekarang berada di belakang mereka berdua. Kurapika dan Leorio berjalan menghampliri mereka lalu mengangguk, tanda bahwa mereka setuju. Lagipula Gon, Kurapika dan Leorio tidak sampai hati membiarkan seorang gadis tersesat yang baru tersadar dari pingsannya berjalan sendirian tak tentu arah, mereka khawatir Shine akan pingsan lagi atau diganggu orang jahat yang tak bertanggung jawab.

Melihat niat baik dan kesungguhan hati ketiga orang kenalan barunya itu, rupanya membuat Shine luluh. Akhirnya, Shine memutuskan menerima bantuan tiga sekawan itu.

"Nah, Shine. Sekarang apa kau ingat alamat rumah nenekmu?" tanya Leorio.

"Ah, iya. Alamat rumah nenekku di Jalan Puncak Bunga Cermai Blok 35A. Seharusnya tidak sulit menemukannya karena di blok itu hanya ada beberapa rumah dan letaknya saling berjauhan satu sama lain," jelas Shine.

"Kok alamat rumahnya agak aneh ya, Leorio?" tanya Gon bingung, pertanyaan Gon itu membuat Shine menoleh ke arahnya.

"Entahlah, Gon. Mungkin Kota Zaban ini agak berbeda dengan kota lainnya. Lagipula kita juga pendatang baru di sini," bisik Leorio.

Setelah berpikir agak lama, Kurapika memberikan sarannya, "Kalau begitu lebih baik kita menemui petugas penjaga kota ini dan langsung menanyakan alamat ini padanya."

Kemudian mereka berempat pun berjalan menuju kota dan pergi ke kantor petugas penjaga Kota Zaban.

--

15 menit kemudian...

"Maaf, Nona. Apa Anda yakin alamat ini sudah benar?" tanya seorang wanita berpakaian seragam mirip dengan seragam polisi.

Shine menganggukan kepalanya. "Iya, Bu. Saya yakin sekali tidak salah mengingatnya."

"Maaf sekali, Nona. Di kota Zaban ini, tidak ada alamat yang Anda sebutkan tadi," ucapnya lagi penuh penyesalan.

"Kota Zaban?!" Shine terkejut, mata bundarnya yang berwarna hitam itu terbelalak lebar. Shine lemas, tubuhnya roboh ke kursi yang ada di belakangnya. Ia terduduk lesu.

"Shine, kau baik-baik saja?" Gon menepuk punggung Shine.

"Gon, aku tidak pernah mendengar Kota Zaban sebelumnya." Perkataan Shine membuat Gon, Kurapika, Leorio dan Ibu Petugas heran.

Ya, Kota Zaban adalah kota yang menyandang predikat kota terbersih di dunia 'Hunter', selain itu suasananya yang masih asri dan dikelilingi hutan membuatnya dikenal sebagai kota suaka yang membantu penangkaran hewan dan monster langka. Jadi, sudah pasti setiap orang pernah mendengar perihal kota ini meski hanya sekali.

"Nona, sebenarnya Anda berasal darimana?" tanya petugas wanita itu lagi.

" Saya berasal dari Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, Negara Indonesia, Bu." Shine menjawab pertanyaan itu selengkap mungkin, berharap petugas itu dapat membantunya menemukan jalan pulang ke rumahnya.

Petugas wanita, Gon, Kurapika dan Leorio saling berpandangan satu sama lain. Sepertinya mereka belum pernah mendengar negara yang baru saja disebutkan oleh Shine. Menyadari ekspresi wajah keempat orang yang bersamanya, Shine putus asa. Ia masih merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia terdampar dan berada di tempat yang sama sekali tak ia kenal.

"Shine, jangan khawatir. Kami akan membantumu menemukan rumahmu." Gon menenangkan kawan barunya itu. Shine menatap Gon, lalu tersenyum pahit. Suasana hening beberapa saat.

"Berbicara tentang jangan khawatir, bukannya harusnya kita mengkhawatikan tentang ujian hunter kita?" Leorio mulai membuka suara. Gon dan Kurapika tersentak. Karena terlalu fokus menolong Shine, mereka lupa akan tujuan awal mereka datang ke Kota Zaban.

"Benar, kita harus segera pergi." Kurapika mengeluarkan jam kecil dari dalam tasnya, memastikan apa mereka masih punya waktu untuk mengikuti ujian hunter itu. "Bila kita berangkat sekarang, kita masih sempat mengikuti ujian itu," tambahnya.

"Tapi..." Gon menatap Shine, ia prihatin dengan kondisi gadis itu.

Shine membalas tatapan Gon. Sebenarnya, ia masih terpukul dengan kejadian yang baru saja menimpa dirinya, namun mengingat bahwa ia akan menjadi beban bagi para penolongnya jika terlihat sedih, Shine berusaha tersenyum.

"Pergilah, Gon. Terima kasih banyak sudah membantuku. Sudah cukup aku merepotkan kalian semua. Aku akan baik-baik saja disini," ucap Shine dengan suara parau. Shine bangkit dari tempat duduknya lalu mengusap kepala Gon dengan lembut.

"Maaf kami harus pergi, Shine. Semoga kita bisa bertemu lagi." Kurapika membungkuk lalu berlalu pergi diikuti Gon dan Leorio. Shine tersenyum mengantar kepergian mereka.

-To Be Continue-