"once again.."
Disclaimer : Naruto Masashi Kishimoto
Sasuke. U X Hinata. H
Warning! : AU, OOC, typo, bad story, miss typo ect.
Rate :T- M
.
.
.
Sasuke pov :
"tadaima.."
Aku membuka pintu rumah, dan tepat di sambut oleh Tayuya di depan, tak ku dapati dia berada di dalam
"nyonya belum pulang tuan.."
Ah, aku hanya tersenyum tipis seolah paham dengan apa yang aku maksudkan sebelumnya. aku memutuskan untuk pergi ke dapur membuat minuman kesukaan istriku, berharap istriku segera pulang dan setidaknya memaafkan kesalahanku
Cklek..
Onyx-ku melebar, langsung saja aku menuju pintu depan sebelum hal itu dilakukan oleh Tayuya
"aku buatkan minuman untukmu Hime.."
Hinata hanya melirik sekilas, kemudian pergi menuju kamar mengacuhkan keberadaanku. Ya seperti inilah yang aku dapati dari wanita yang paling aku cintai. Aku mengehela nafas.. sampai kapan kau akan memperlakukanku seperti ini Hime?
.
.
Hinata pov :
Aku lelah.. pulang ke rumah tujuanku hanya untuk istirahat semata. Tidak lebih dari itu.. aku mengaggap bahwa rumah ini tidak lagi menjadi "tempat untuk berpulang". Aku cukup jenuh dengan segala rutinitasku yang ada. Rasanya seolah aku ingin pergi dari rumah ini.. lima tahun lalu saat Sasuke melamarku menjadi istrinya dan membuatku menjadi seorang Uchiha sekarang. Sasuke melamarku jauh dari kata romantis, karena dia memang bukan tipikal lak-laki seperti itu. saat aku pulang bekerja dia langsung melamarku dan menyodorkan sebuah cincin yang mengikatku sekarang ini. Sasuke memberiku kejutan saat menunjukan rumah kami sekarang ini.
Ah.. adakah saat-saat bahagia itu seperti ini untuk sekarang?
Sasuke-kun aku lelah. Entah mengapa hidup selama lima tahun denganya membuatku hampir menyerah dengan keadaan kami yang sekarang ini. Apakah keputusanku dulu saat menerimanya sebagai suami adalah kesalahan?
Aku menangis di kamar dalam diam.. menyadari betapa bodohnya diriku ini tidak memikirkan keputusan secara matang.
Sasuke pov :
"hime aku ingin kau menjadi seorang Uchiha"
Dia termenung lama, yah saat-saat aku melamarnya dulu. aku mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, kulihat Hinata diam dan hanya memandang ke arah jendela mobil. Tidak sedikitpun kami berbicara, kami seolah menjadi orang asing sekarang ini. Hari ini kami pergi ke rumah kaa-san. Aku meminta Hinata untuk ikut serta dalam acara keluarga Uchiha, ya aku telah meng-uchihakan Hinata sekarang ini.
"Hime aku ingin berbicara mengenai-"
"Sasuke-kun.. jangan bahas itu dulu ya"
Yah tiap kali aku ingin membicarakan permasalahan kami hanya kata-kata itulah yang keluar dari bibirnya. Aku bingung harus berbuat bagaimana untuk sekarang ini. Hime aku merindukanmu, aku merindukan kita yang dulu.. sangat. Aku ingin memelukmu dan berkata aku disini Hime.. aku ada disini untukmu. Tapi di matanya aku salah, di matanya aku hanya laki-laki asing yang telah menyakiti hatinya.
"Sasuke-kun aku tidur di ruang tamu sajah yah? Inikan rumahmu"
"tapi kenapa mendadak sekarang Hime? Aku tau aku-"
"Sasuke-kun please.. aku hanya butuh itu untuk sekarang"
Kalau sudah begini aku tidak bisa membantah permintaan istriku, lima bulan sudah aku dengan Hinata pisah kamar. Aku ingin memperbaikinya Hinata, aku menginginkan kita yang dulu..
"ara.. Hinata-chan.. Sasuke-kun akhirnya kalian datang"
Kaa-san menyambut seperti biasa dengan ramah, dan drama rumah tangga kami yang terlihat baik-baik saja dimulai.
"bagaimana kabarmu Sasuke-kun"
"aku sehat tou-san"
"ayo masuk"
Di dalam sudah ada aniki, Izumi-san dan juga si kecil Daiki. Kami datang ke rumah tou-san untuk merayakan ulang tahun keponakanku yang sekarang berumur tiga tahun.
Hinata pergi ke dapur membantu kaa-san. Sementara aku bergabung dengan kakaku Itachi dan juga Izumi
"Sasuke-kun, mau bermain soghi?"
"baik tou-san"
Aku menghampiri tou-san di beranda belakang rumah.
"Hinata-chan.. tolong berikan minum untuk Sasuke-kun dan tou-san yah"
"baik kaa-san"
Aku melihat istriku yang menuju beranda rumah mengantarkan nampan berisi kopi
"Hinata-chan kau datang di waktu yang tepat, ayo bergabung dengan kami"
"eh..?"
Sadar tidak ada kursi lagi, Hinataku nampak bingung
"tidak usah bingung begitu, duduklah di pangkuan Sasuke, kaliankan suami-istri"
Yes! Akhirnya hime duduk di pangkuanku, tidak sia-sia aku mengiyakan ajakan tou-san bermain soghi. Hinata nampak tegang, berada dalam pangkuanku. Aku merasakan ada sesuatu yang bergairah saat kulit istriku menyentuh kulitku. Ah, hime.. betapa aku merindukan saat-saat kedekatan kita seperti sekarang ini.
Hinata pov :
Sasuke-kun.. aku tidak tau harus bersikap bagaimana denganmu. Terlintas di fikiranku untuk kita menghentikan semua ini.. Aku tidak mengerti mengapa kita masih bisa berada dalam ikatan pernikahan. Aku selalu merasa frustasi tiap kali memikirkan dirimu, memikirkan kita, dan pernikahan macam apa yang telah kita jalankan saat ini.
Aku mengguyur tubuhku dengan shower di kamar mandi. Usai drama pertemuan keluarga aku terdiam. Ah sebaiknya bagaimana sekarang ini?
Aku terududuk, air mataku kembali mengalir.. untuk yang kesekian kalinya aku mempertanyakan keputusan yang telah aku ambil.
Aku mengambil handuk dan mengeringkan badanku. Malam ini aku hanya ingin beristirahat, begitu saja..
"hime.."
Aku tidak mempedulikan panggilanya. Sasuke-kun please.. aku lelah
"hime kau di dalam?"
"hime aku masuk yah.."
Sasuke sudah berdiri di hadapanku sekarang ini.
"hime aku bicara"
"Sasuke-kun aku lelah.."
Aku berdiri dan hendak meninggalkanya
"tunggu!"
Aku menoleh
"aku yang akan tidur di kamar lain hime.. oyasumi"
Begini lebih baik Sasuke-kun.. kehadiranmu hanya mengingatkanku pada luka semata, sekaligus mengingatkanku pada kebersamaan kita saat bercinta disini. Shit! Lagi dan lagi. Kau selalu berhasil masuk dalam fikiranku, dan mengusik ketenanganku. Bahkan saat kau tidak ada, kau membuatku benci sekaligus merindukanya.
Sasuke pov :
"kau ada masalah dengan istrimu Sasuke-kun?"
"tou-san sudah mengetahuinya Sasuke.. permasalahanmu dengan istrimu"
Pertanyaan yang menjadi pernyataan yang dikatakan tou-san langsung menohok hatiku. Aku hanya tersenyum tipis menanggapi hal tersebut, ah tou-san. Sepertinya aku memang tidak bisa membohongi keadaanku dengan Hinata sekarang
"apa kaa-san mengetahuinya juga tou-san?"
"iie.. tou-san belum memberitahukanya pada kaa-sanmu"
Tou-san memalingkan wajah tuanya kearah langit. Kami masih bermain soghi, setidaknya aku masih bisa bernafas lega sekarang
"tou-san.."
"hmm?"
"apa yang harus aku lakukan agar aku dengan Hinata bisa berbaikan?"
Percakapanku dengan tou-san masih terngiang jelas di kepalaku. Masih terus berputar-berputar.. sampai aku seolah tidak bisa menjernihkan kepalaku. Apa ini tandanya aku harus menemui psikolog sekarang..
Tolong beri aku kesempatan Hinata.. aku ingin memperbaikinya aku ingin kita seperti dulu lagi..
Hinata pov :
Aku, Sakura dan Ino duduk di salah satu caffe tempat kami biasa berkumpul. Ino dan Sakura adalah sahabatku sejak kami masih remaja. Kami mempunyai kisah cinta yang unik dan berbeda, misalnya saja Ino. Kekasih Ino adalah Sai, mereka bertemu secara tidak sengaja saat ada pameran lukisan. Kebetulan Ino saat itu menjadi kolektor muda, dan Sai adalah salah satu seniman yang berbakat. Kedekatan mereka terjalin sejak pertama bertemu dan kontrak kerja secara berlangsung, tidak di sangka Sai melukis Ino dengan objek utamanya dengan latar belakang yang indah. Mereka sempat lost contact karena Sai harus pergi ke Italia untuk acara pameranya waktu itu. tetapi Sai kembali ke Jepang menemui Ino dan sampai akhirnya melamarnya. Sekarang mereka telah menikah..
Lain dengan Sakura dan kekasihnya Naruto sekarang.. bisa di bilang Sakura dan Naruto itu seperti telah terhubung dengan takdir sejak lahir. Bagaimana tidak?
Sakura dan Naruto sejak kecil mereka bermain bersama, orang tua mereka bahkan saling berteman. Tetapi Sakura pernah mempunyai pacar sebelum Naruto, Akasuna Sasori si pria tampan dengan julukan baby face dan terkenal di sekolah kami dulu. Sakura dikhianati oleh Sasori dan akhirnya Sakura menyadari bahwa Narutolah yang selalu ada di sisinya. Saat Naruto akan meninggalkan Jepang dan pergi kuliah d luar negeri Sakura menyatakan perasaanya dan berjanji akan menunggu Naruto pulang kembali. Dan ternyata mereka berdua menepati janjinya, saat bertemu kembali di bandara Sakura menangis terharu melihat kekasihnya kembali pulang. Dari kami bertiga cuman Sakuralah yang berhubungan dengan kekasihnya sedari kecil, Sakura dan Naruto bertunangan dan hubungan mereka berjalan lancar meski sebelumnya mereka LDR..
Ah ya aku belum menceritakan awal perjumpaanku dengan Sasuke..
"wah benarkah itu Ino?! Aku tidak menyangka akan secepat ini.. tapi omaedetou! Sebentar lagi kau akan menjadi seorang ibu!"
"arigatou forehead.. aku tidak menyangka anak Sai ada di perutku sekarang ini!"
"nee Hinata-chan.. kau melihat apa?"
"Hinata?"
"eh? Ah iya apa yang kau bilang tadi Ino?"
"kau melamun Hinata sayang.."
Sakura mengusap bahuku
"aku.. aku hamil Hinata! Aku akan menjadi seorang ibu!"
"waah.. souka.. selamat yah Ino akhirnya kau akan mempunyai bayi juga"
"kau kapan menyusul Sakura?"
"aku pasti segera menyusul ko! Cuman aku dan Naruto tidak ingin buru-buru saja memiliki anak .. yah meskipun orang tua kami sudah menanyakan hal itu terus sih.. tapi aku masih harus menyelesaikan kuliah S2-ku dulu baru setelah itu kami akan mempunyai bayi"
"ah gomen Ino-chan Sakura-chan aku ke toilet dulu yah"
Aku membenarkan pakaianku di kamar mandi sambil memoleskan lipstick dan merapikan tataan make upku. Ah Hinata.. apa yang telah kau fikirkan? Rasanya akan sangat tidak adil jika aku menampilkan wajah yang muram di hadapan mereka berdua. Tegar Hinata.. tegarlah
Aku menghampiri mereka berdua sambil menyunggingkan senyumku, dan tidak lupa nanti aku akan membelikan hadiah atas kehamilan Ino.
Sasuke pov :
Awal pertemuanku dengan Hinata tidak terduga. Saat itu aku pergi ke kantor untuk menggantikan tou-san sementara nii-san mengurus perusahaan di daerah Kiri. Aku hadir untuk menggantikan tou-san sementara waktu saat aku libur dari kerjaanku, dan saat itu aku buru-buru dan memasuki lift, tanpa di duga aku bertemu dengan Hinata.
"gomen.."
Hinata tidak sengaja tersandung dan aku menangkapnya
"no problem.."
Kesan pertama yang muncul, dia cantik. Aku merasa seolah ini halusinasi yang di paksakan untuk menjadi nyata, wanita ini mirip dengan dia yang aku rindukan. Dan entah mengapa aku merasa de javu denganya. Aku merasa wanita ini adalah dia.. namun saat aku menampar wajahku di toilet ini bukan mimpi. Mungkinkah gadis itu..? tapi tidak mungkin sungguh tidak mungkin.
Aku berfikir ini hanya kebetulan semata.. kebetulan bahwa dia mirip denganya, kebetulan dia memiliki senyuman yang manis denganya. Dan hatiku tergerak untuk mengenalnya setelah sekian lama pintu hatiku tertutup.
Hinata pov :
Tou-san menjodohkanku dengan putera dari teman karibnya. Tou-san bilang setidaknya aku harus menemuinya terlebih dahulu saat itu. aku tidak begitu skeptis yang menganggap bahwa perjodohan itu terkesan kolot dan sangat zaman purbakala. Sebagai anak yang baik, aku meng-iyakan permintaan tou-san. Maka disitulah aku berkenalan dengan calon tunanganku yang kini menjadi suamiku.
Tou-san, dan kaa-san berpakaian formal hari ini. Bahkan kaa-san memintaku untuk memakai kimono. Akupun menurutinya, lalu pergi ke sebuah restoran yang sudah di reservasi sebelumnya. Wajah kaa-san nampak senang, yah mungkin dengan jalan perjodohan inilah beliau bisa segera menimang cucu. Sudah lama baik kaa-san dan tou-san mendambakan kehadiran bayi di keluarga kami.
Aku hanya tersenyum mendengar keinginan orang tuaku. Dan demi membahagiakan mereka berdua aku menuruti keinginan mereka. Aku hanya berharap semoga seseorang yang di jodohkan denganku adalah pria yang baik dan menyayangiku. Hanya itu saja.. dan sesederhana itu.
"Hiashi-san"
"ara Fugaku-san!"
Bola mataku membulat, pria inikan..
"sudah lama kita tidak bertemu, ayo silakan duduk"
"Hikari-chan.. puterimu sangat cantik"
"Hinata.. jangan diam saja. Ayo perkenalkan dirumu"
"ba-baik kaa-san"
Kebiasaan bila aku sedang canggung. Aku akan gagap!. Aku memperkenalkan diri pada kenalan tou-san keluarga Uchiha. Terutama pada putera teman tou-san yang tidak lain..
"Uchiha Sasuke"
Baiklah ini adalah acara keluarga dan kami terkesan begitu formal. Sangat..
"Sasuke-kun, ajaklah Hinata-chan untuk berjalan-jalan"
"hn.."
"dasar kau ini memalukan kaa-san. Jangan malu-malu begitu pada calon tunanganmu"
"Hyuga-san.. ayo kita berkeliling sebentar"
"baiklah"
.
.
Sasuke pov :
"jadi kau sudah memiliki seorang kekasih dobe?"
"Hn.."
"jadi siapa kekasihmu eh? Tumben sekali kau menjalin hubungan yang serius dengan seorang wanita semenjak-"
"aku di jodohkan dengan tou-sanku"
"uhuk..uhuk.."
Naruto-dobe teman akrabku tersedak, kami sedang berada di restoran sekarang. Di tengah hari liburku, jarang-jarang aku bisa bertemu denganya sekarang
"hountoni? Jangan bilang karena kau tidak laku teme jadi kau mau saja di jodohkan dengan tou-sanmu"
Yah bisa kudapat ekspresi wajahnya yang sedikit terkejut, mendengar aku di jodohkan oleh ayahku sendiri.
"dia wanita yang cantik dan menarik.. aku jatuh cinta denganya"
Terdengar klise memang, yah begitulah kenyataan.
"coba ku lihat foto kekasihmu!"
"tidak mau.. nanti kau akan jatuh cinta kepadanya"
Sergahku
"ne teme.. kau lupa ya aku sudah mempunyai Sakura-chan? Mana mungkin aku akan jatuh cinta pada kekasihmu itu.. apa lagi kau di jodohkan oleh keluargamu"
"ya terserah kau saja dobe.. kau akan melihatnya nanti'
Aku menjawab sekenanya, dan kami melanjutkan makan siang. Aku dan Naruto berteman akrab sewaktu kecil. Bisa di bilang kami adalah rival bila di kelas, rumah kami memang berjauhan. Dari taman kanak-kanak hingga SMA kami sekelas, jadi tidak heran aku sudah mengetahui bagaimana watak temanku yang satu in. Naruto memiliki teman masa kecil yang menjadi istrinya sekarang, Haruno Sakura.
Bisa di bilang dalam soal percintaan Naruto lebih beruntung dari pada aku. Bagaimana tidak? Saat kecil mereka selalu bersama, tidak di sangka akhirnya mereka berdua menikah juga.
Meskipun begitu.. pertemuanku dengan Hinata adalah yang paling indah. Sungguh..
Aku tidak menyangka bahwa gadis yang ada di lift itu.. adalah calon jodohku sendiri. aku tersenyum mengingat awal pertemuanku dengan Hinata. Dan tidak disangka kami-sama sangat baik mempertemukanku dengan Hinata dalam pertemuan keluarga.
Aku menyempatkan diri mampir ke toko bunga. Semoga dengan kejutan ini kau akan suka Hime.. setidaknya sebelum aku pergi meninggalkanmu selama sebulan di pelayaran. Aku bekerja di kapal pesiar sebagai nakhoda kapal yang mengarungi lautan.
Lucu memang, lautan yang begitu luas bisa aku taklukan dengan mudah. Kecuali bahtera rumah tanggaku sendiri dengan istriku. Semoga hubungan kita bisa membaik ke depanya.
Aku mempercepat laju mobilku demi menunggu kedatangan istriku tercinta. Niatnya aku ingin membuat dia kejutan kecil, semoga Hinata menyukainya. Ku parkirkan mobilku di bagasi dan melihat mobil Hinata sudah terpakir rapih disanah. Arloji di pergelangan tanganku menunjukan pukul 22.30 malam, yah aku terlambat sekarang.
Aku mengintip istriku di balik pintu kamar kami, dan tidak ku dapati Hinata disanah..
"nyonya sebenarnya tidak pernah tidur di dalam tuan.."
Mataku melebar mendengar penuturan Tayuya
"nyonya selalu tidur di kamar Ryu.."
Kali ini apa yang diucapkan Tayuya mampu membuatku bergetar hebat..
Hinata ternyata tidur di kamar anak kami...
Hinata pov :
"Sasuke-kun!"
Teriaku saat itu dan langsung menghampiri suamiku di ranjang pagi-pagi buta dan aku menciumnya dengan teramat manja
"Hn.."
Seperti biasa, responya hanya berupa kata-kata andalanya yang keluar 'Hn' seperti tidak ada kata lain saja yang keluar dari bibir dinginya itu
"ne, Sasuke-kun! Ayo bangun! Kau tidak ingin mendengar kabar bahagia hari ini?"
"nanti saja Hime, aku masih ngantuk"
"hah.. kau ini sudah seperti orang yang sudah tua saja, pada hal sebentar lagi kau akan menjadi seorang papah.."
"nani?"
Aku menunjukan test pack padanya dengan hasil positif, seketika wajahnya berubah menjadi orang yang benar-benar sadar
"i-ini.. benar Hinata? Kau.."
"uhm!"
Aku mengangguk antusias
"Hime!"
Sasuke-kun langsung bangkit dan memeluku erat-erat, kemudian menciumku dengan sadis. Bisa aku rasakan matanya berkaca-kaca. Ya saat itu kami bahagia... kami akan menjadi orang tua. Dan aku akan menjadi seorang ibu!
Aku umumkan berita kehamilanku kepada dua sahabatku Ino dan Sakura. Tidak lupa keluarga, ucapan selamatpun mengalir. Akhirnya keluarga kecil kami akan di warnai tangisan bayi!
Sejak mengetahui aku hamil Sasuke sangat operprotective padaku. Dia sangat menyayangiku dan calon anak kami, Sasuke bahkan memeluku dengan sangat erat ketika dia mengetahui anak yang aku kandung berjenis kelamin laki-laki.
Aku merasakan perasaan yang sangat luar bisa menjadi seorang ibu. Sasuke-kun memberi nama anak kami Uchiha Hikaryu.. saat pertama kali Sasuke merasakan Ryu menendang perutku.
Saat itu bahagia. Aku akan menjadi seorang ibu.. merasakan perubahan besar dalam hidupku..
Sasuke pov :
Jika nanti aku menjadi seorang ayah, banyak yang ingin aku lakukan dengan puteraku kelak. aku ingin anak pertamaku lahir adalah seorang laki-laki. My little hero yang akan aku ajak jalan-jalan kemanapun sambil menggendong, dan menggenggam tanganya yang sangat mungil dan indah. Saat Izumi melahirkan seorang bayi, dan ternyata bayi itu laki-laki tou-san sangat bangga dan senang. Akupun turut berbahagia sungguh..
Izumi-san terbaring lemah di ruang perawatan bersama Hinata dan kaa-san, aku menemani anikiku diruang bayi. entah mengapa saat melihat Daiki di box penghangat bayi hatikupun seolah tersentuh..
Tubuhnya begitu kecil, dia masih ke merah-merahan. Namun, saat dia membuka mata dan memandang ke arah kami-atau lebih tepatnya memandang ke arah Itachi hatiku tersentuh.
Bagaimana seandainya aku yang berada di posisi aniki dan memandangi darah daging sendiri?
hh.. mungkin puteraku jauh lebih tampan. Matanya, hidungnnya, pipi, dan rambutnya..
"Sasuke-kun kau mau menggendong Daiki?"
Tanpa menunggu persetujuanku aniki langsung memberikan Daiki padaku
"dia manis.."
Refleks ucapan itu keluar dari mulutku, yah jujur Daiki memang manis. Dia mewarisi guratan ibunya, hanya bibir dan warna rambutnya saja warisan dari Itachi.
"suatu saat kaupun akan merasakanya otouto-chan"
"Hn.."
Hanya itu responku pada aniki, perhatianku saat ini tertuju pada Daiki. Bayi ini menggemaskan sungguh!
Aku dan aniki menuju ruangan Izumi sambil menggendong Daiki, dia begitu tenang dalam gendonganku. Sepertinya Daiki nyaman berada di gendongan pamannya yang tampan ini
"anata.."
Itachi-nii tersenyum, seolah mengerti aku memberikan Daiki kepada Izumi-san. Aniki dan aku meninggalkan Hinata dan juga Izumi. Itachi sangat senang, akupun turut berbahagia.
Aku dan Hinata pulang ke rumah setelah menjenguk keluarga kecil aniki. Aku tersenyum nakal pada isteriku
"jadi kapan kita akan menyusul Itachi-nii hime?"
"aku sedang datang bulan Sasuke-kun.. jangan macam-macam!"
Katanya sambil melemparkan bantal kearahku, bisa aku lihat Hinata-ku merona. Sayang sekali aku tidak bisa mendapatkan jatahku malam ini.
Pekerjaanku seperti ini, mengharuskan kami LDM, tapi tak sekalipun aku dapati Hinata mengeluh dengan hubungan ini. Jujur saja saat di jodohkan oleh otu-san aku pasrahkan pada mereka. Meskipun terdengar konyol mengingat ini sudah zaman yang modern. Aku pernahh menjalin hubungan dengan wanita lain selain Hinata. Selain itu aku merasa berat dengan hubungan percintaan masa laluku yang membuatku merasa trauma hingga sekarang.
Saat dalam pelayaran sempat terpikir olehku bahwa lautan mungkin lebih baik dari pada daratan,
Aku jatuh cinta pada birunya laut
Aku suka dengan hembusan angin
Aku terbuai dengan indahnya pemandangan yang disuguhkan pencipta ketika mengarungi luasnya pada samudera.
Aku fikir wanita yang akan di jodohkanku wanita biasa. Tapi tragedi di lift, perjodohan keluarga seolah membuatku akhirnya berlabuh pada satu sosok disampingku sekarang. Hyuga Hinata, ah-tidak Uchiha Hinata tepatnya.
Di sela-sela waktu istirahatku aku sering brkomunikasi denganya lewat satelit khusus di kapal. Pemandangan yang indah setelah lautan terbentang luas, isteriku.
"Sasuke-kun jangan telat makan yah!"
Salah satu kebiasaan kecilnya sering mengingatkanku makan. Atau..
"Sasuke-kun! Hari ini aku masak kare dengan tomat kesukaanmu lho!"
Aku tau dia sedang mengejeku mempresentasikan masakanya di depan layar laptop karena aku sedang berlayar jauh. Dasar, ketika aku sedang pergi malah memasak makanan kesukaanku.
Tak ada yang lebih membahagiakan menjadi seorang suami dan segera pulang menemui isteri..
Hinata pov :
"are you sure?"
Ino dan Sakura menatapku dengan tatapan horor. Seolah sedang mengintrogasiku atas tuduhan pembunuhan keji.
"yes is truly sure!"
Ino seperti menahan tawanya di barengi dengan tatapan mengintimidasi dari Sakura.
"yare-yare.. aku fikir itu hal yang tidak masuk diakal"
"mungkin Ino ada benarnya juga Hinata-chan.. tapi apa kau serius?"
"yah, aku serius. Lagi pula.. dia pria yang baik"
"tapi apa tadi pekerjaanya?"
"nahkoda Ino"
"oh ya itu dia seorang pelayar kapal, apa kau akan tahan LDR dengan tunanganmu itu?"
"aku tidak tahu Ino, tapi yang aku tahu dia baik.. dan jujur saja i'm fall in love for first time"
Kali ini Ino dan Sakura saling berpandangan, oke mungkin ini terdengarnya sangat klise atau melow drama.
"aku hanya mengenalnya ingin lebih jauh, kaa-san dan tou-sanpun memberiku kebebasan untuk melanjutkan pertunangan ini atau tidak. Jadi sebagai anak yang baik aku menuruti keinginan orang tuaku. Meskipun begitu aku tidak menyesal sudah mengenalnya"
"siapa nama tunanganmu?"
"Uchiha Saskey, forehead"
Aku menggelengkan kepala
"iie Ino.. Uchiha Sasuke"
"waw tunangan yangbaik hafal calonya"
"jadi.. si Uchiha Sasuke itu seperti apa menurutmu?"
Ah pertanyaan ini..
"dia baik, pintar.. dan err tampan"
Sedikit aku mendeskripsikan Sasuke di depan sahabatku. Bagaimana yah aku mendeskripsikan dirinya saat perjumpaan kami? Ah, aku rasa lebih dari itu
"jangan bilang kau menerimanya karena patah hati dengan mantanmu!"
"tch.. Ino ini tidak seperti yang kau fikirkan!"
Dan sampai akhirnya aku menyadari.. Hinata ini tidak seperti yang kau bayangkan!, keputusan fatalku saat itu.
Aku fikir menikah setelah beberapa bulan lamanya merupakan keputusan yang tepat. Namun tampaknya aku harus menata fikiranku saat itu. tentang pendamping hidup, seorang lelaki yang akan mendampingimu saat ini.. nyatanya tidak sesuai dengan yang aku bayangkan.
Aku tidak pernah mengeluhkan perihal pekerjaan Sasuke, tidak. Tapi aku mempertanyakan keputusanku.. enam tahun lalu untuk menerima lamaranya sekalipun direncakana oleh keluarga.
Banyak yang bilang kalau menikah atas perjodohan itu membahagiakan. Yah, hanya bila kau tau.. seperti apa seseorang yang akan menikahimu kelak.
Sasuke pov :
Dosa terbesarku adalah.. membiarkan Hinata menangis sendirian.. dan yang terburuk adalah membunyikan kebohongan terbesar dalam hidupku
"Sasuke-kun!"
Bisa ku dengar suara isteriku menggema mengusiku di pagi buta yang masih ingin tertidur dengan pulas
"Hn.."
Gumamanku pagi itu, Hinata mendekat menciumku dengan manja seolah menggodaku untuk 'bermain' denganya pagi ini.
"ne, Sasuke-kun! Ayo bangun! Kau tidak ingin mendengar kabar bahagia hari ini?"
"nanti saja Hime, aku masih ngantuk"
Yah masih mengantuk dan lelah usai pelayaran yang panjang dan baru bisa kembali setelah pendaratan.
"hah.. kau ini sudah seperti orang yang sudah tua saja, pada hal sebentar lagi kau akan menjadi seorang papah.."
Deg.. kata-kata Hinata seolah menyetrumku dengan serangan listrik berjuta volt.
"nani?"
Hinata menunjukan tes-pack padaku dengan senyuman cerahnya, seketika itu juga nyawaku seolah kembal terkumpul dan sadar
"i-ini.. benar Hinata? Kau.."
"uhm!"
Hinata mengangguk meyakinkanku.. ini bukan mimpikan?
"Hime!"
Kami-sama.. akupun langsung memeluk isteriku dan menciuminya habis-habisan. Tidak bisa ku sembunyikan kebahagiaanku pada isteri tercintaku saat akan menjadi seorang ayah.
Saat ada di rumah, sebisa mungkin aku selalu menjaga Hinata dan calon anak kami. Mengantarnya ke dokter atau menemani Hinata saat pergi belanja atau kemanapun yang dia inginkan.
Kejutan bertambah, anak kami berjenis kelamin laki-laki. Keluarga kecil kami akan bertambah dengan kehadiran little hero...
Hinata pov :
Sasuke bilang dia jatuh cinta pada lautan.. dan dia berkata aku adalah tempatnya berlabuh melepas peluh setelah pelayaran yang cukup panjang.
Menjalankan Long distance married tidak mudah seperti yang di bayangakan.
Saat kau membutuhkan kehangatan
Saat kau membutuhkan pundak untuk sejenak beristirahat
Saat kau membutuhkan pelukan hangat penuh cinta nan di damba.
Hal yang paling berat saat kau sedang hamil dan suamimu jauh di lautan samudera.
"kau yakin menerimanya Hinata?"
"apa ini tidak terlalu cepat?"
"jangan bilang karena paksaan orang tuamu.. kau memutuskan untuk cepat-cepat menikah denganya"
Sekelebat percakapanku dengan Ino dan Sakura terlintas. Menikah, berarti menyerahkan diri.. yah, mungkin itu benar sesuai dengan dugaan. Dan kini aku menjalani sulitnya saat suami tidak selalu stand by pulang ke rumah. Sasuke pernah menawariku untuk berhenti bekerja, menjadi IRT dan mengikutinya kemanapun mengarungi lautan. Tapi aku menolak, aku mencintai pekerjaanku sebagai EO. Merancang pesta pertunangan, pernikahan, ulang tahun, atau apapun itu yang patut orang-orang rayakan dan menjadi moment spesial bagi mereka.
Baik aku dan Sasuke menyepakati bahwa kami sama-sama bekerja. Untuk seseorang yang menikah di usia masih terbilang muda mungkin hal tersebut memang lumrah. Saat Sasuke pulang sebulan lamanya sabtu dan minggu merupakan hari wajib kami untuk berkumpul. Dinner atau berkencan seperti orang yang berpacaran.
Dan moment spesial kami adalah saat sunset Sasuke mengajaku untuk makan malam di kapal pesiar dan privat khusus untuk kami berdua merayakan anniversary kami. Hal yang sangat jarang dilakukan oleh laki-laki sperti seorang Uchiha Sasuke yang terbilang tidak-err tepatnya kurang romantis melakukan sesuatu untuk isternya.
Sasuke memakai setelan jas berwarna hitam, sedangkan aku menggunakan gaun berwarna violet tanpa lengan.
Suamiku adalah tipe orang yang lebih banyak bertindak dari pada berbicara. Dia lugas dan tegas, saat perayaan pernikahan kamipun Sasuke hanya bilang kejutan spesial. Tapi dia akan lebih banyak bicara pada topik-topik tertentu yang dia sukai.
Sasuke sangat sensitif jika aku tanyai kehidupan percintaan masa lalunya, untuk seseorang yang telah menikah hal itu memang terbilang tidak etis. Tapi terkadang aku penasaran mengetahui bahwa teman Sasuke Naruto-suami Sakura pernah menceritakan Sasuke trauma dengan masa lalunya.
Karena itulah aku urungkan niatku untuk mengorek kehidupani masa lalu suamiku. Lagi pula kami bersama sekarang. Tapi, tetap saja.. ada sebagian hati kecilku yang penasaran dan ingin mengetahuinya.
Sasuke pov :
Pernikahan di bangun atas dasar cinta dan komitmen yang kuat.
Seharusnya hal inilah yang harus di pegang bagi setiap pasangan yang akan menikah. Tapi aku membohonginya, membohongi Hinata-istriku.
Yang sialnya saat itu dia tengah mengandung anaku, darah dagingku sendiri. kejadian ini saat aku tengah berada dalam pelayaran menuju Amerika. Saat waktu istirahat tiba biasanya para kru kapal akan berkumpul di aula dan makan. Aku mengendarai kapal pesiar delapan jam non-stop seperti robot yang di paksa untuk bekerja. Rekanku, Kabuto baru tiba karena ada insiden yang tak terduga sebelumnya. Aku tumbang dan ambruk, malam harinya cuacah buruk. Aku dengan nahkoda lainya saat itu mencoba mengendalikan kapal diatas kemudiku. Beberapa kru lainya bersiap siaga dengan cuacah yang buruk. Para tamu serta penumpang lainya masuk ke kamar masing-masing karena hujan badai yang ekstrem. Tiga jam sudah aku melewati cuacah yang buruk, setelah badai reda akupun menuju keluar kapal melihat keadaan sambil mencuci mata melihat lautan lepas.
Dan inlah kesalah terbesarku...
Memandang lautan seakan mengingatkanku pada masa laluku. Cinta pertama yang berujung petaka..
Bukan karena kami gagal di persatukan di pelaminan. Namun karena kebodohan dan kegagalanku. Aku menyayangi Hinata, tapi entah mengapa setiap memandang wajah cantiknya aku merasa bersalah. Seolah aku selalu diingatkan oleh dosa. Saat kondisi kapal kritis, aku merasa bersalah karena belum memberi kabar padanya.
Tetapi saat aku menghubunginya di komputer rasa khawatir itu sirna.
Hinata bagai langit cerah yang mengusir badai.
Dia selalu bisa menampilkan senyum yang membuat hatiku meleleh.
Dan saat-saat pulang ke rumah adalah hal yang paling aku nantikan. Dimana istriku menyambutku pulang, memberikan kehangatan dan cinta pada keluarga kecil ini.
Aku tau ada yang salah karena ada waktu dimana aku memandang Hinata aku merasa berdosa
"Sasuke-kun ada apa?"
Aku tidak mempedulikanya saat ini yang aku butuhkan cuman dirimu seorang Hinata, aku memeluknya saat pertama kali tiba di rumah. Mengacuhkan pertanyaanya walau sesaat. Karena yang aku butuhkan hanya kehadiran dirimu seorang. Dan anak kita yang ada di dalam kandungan istriku.
"Sasuke-kun kau sakit?"
Aku hanya menggelengkan kepala lalu mengecup bibirnya lembut dan perlahan.
"aku sangat mencintaimu Hime.."
Esoknya aku mengantar isterku untuk chek up anak kami. Dia baik-baik saja, tapi aku tau mukakku semakin pucat. Aku sering bermimpi buruk dan beruntung ada Hinata di sisiku yang menenangkanku seperti anak kecil yangtelah tersesat seharian. Hinata dengan lembutnya memberi perhatian memasak makanan kesukaanku di usia kandunganya yang semakin membesar.
Aku memeluknya, memeluk isteriku dan menempelkan telingaku ke perutnya
"hei junior, papa kamu khawatir nih dia jadi pucat begini"
Aku tersenyum dan mencium perut isteriku.
Hanya selama ada Hinatalah aku merasa aman, hanya saat bersama Hinatalah badai yang aku lalui telah reda. Meskipun itu tidak sepenuhnya benar, tetap saja ada saat-saat dimana aku melihat isteriku dan seketika kejadian itu kembali menghantamku.
Kandungan Hinata telah memasuki tri semester akhir.. kami membeli segala macam kebutuhan bayi kami. Aku senang saat mengantarnya belanja dan memilih pakaian atau perlengkapan bayi nanti..
.
.
.
TBC
A/N :
Myfirst fic SHL.. sebenarnya fic ini sudah lama sekal tersimpan di laptop. Karena kesibukan kuliah sempat terbengkalai. Tapi mumpung liburan jadi semangat lagi buat mengetiknya. Chap depan update tanggal : 9 agustus.. mungkin akan jadi two shoot atau three shoot. Semakin banyak reader yang suka kemungkinan besar untuk update chap depan lebih cepat lagi..
