Disclaimer: masashi kishimoto dong. .
Apalagi yang di tulis? ya pokoknya yang disclaimer itu penting hahaha. Oh iya ficnya ini di bantuin sama temenq loh he he he. Tapi Cuma tanda-tanda baca loh.
Okeh, langsung RnR terus. . DLDR ^^
Smile?
"Kau! Hash, sudahlah!"
Seorang pria tua yang terlihat berumur sekitar 40-an berteriak dengan jengkel.
"Kau selalu saja menyalahkanku, apa kau tidak lelah? Hah?" tidak kalah jengkel, seorang wanita yang umurnya terlihat tidak jauh dengan pria tersebut juga ikut berteriak. "Ah, sudah!" ujar pria itu dengan ketus sambil pergi berlalu.
Saat kedua orang tadi bertengkar hebat, di lantai 2 rumah itu, tepatnya di sebuah kamar. Ada seorang anak perempuan yang terlihat sudah rapi dengan seragam SMA nya. Entah apa yang di pikiran anak perempuan itu, raut muka yang di tunjukkannya sangatlah datar dan seperti 'tidak peduli' dengan kedua orang yang ada di bawah.
Dua orang yang bertengkar tadi adalah orang tua anak perempuan itu, nama mereka Haruno Kakashi dan Anko, sedangkan nama anak perempuan itu adalah Haruno Sakura. Sakura mempunyai warna rambut yang mencolok yaitu warna pink lembut yang panjangnya sepunggung bahkan hampir sampai di dekat pantatnya, bisa dibilang rambut miliknya merupakan nilai plus untuk dirinya.
Pov Sakura
Mereka apa tidak bosan setiap hari selalu bertengkar seperti itu, sebenarnya bisa dibilang kalau aku sudah muak dengan pertengkaran 'tidak penting' mereka yang selalu membuat rumah ini ramai seperti pasar. Aku ingin sekali memprotes mereka. Tapi, yah aku terlalu malas untuk mengurus urusan orang lain termasuk mereka-orang tuaku sendiri.
Akhirnya yang bisa aku lakukan hanyalah membiarkan mereka. Bukankah mereka sudah dewasa jadi, seharusnya mereka bisa menyelesaikan mesalah mereka sedniri kan?. Hah, sebenarnya aku sedih dan merasa kesepian melihat mereka bertengkar. Tapi apa mau di kata aku hanyalah seorang anak yang numpang tinggal di rumah orang tuaku dan hanya bisa menurut dengan semua perkataan mereka. Setelah selesai mempersiapkan diriku untuk berangkat sekolah, dengan segera aku menuruni tangga.
Wah wah wah, sepertinya pasar sudah di tutup. Itu terlihat karena sepertinya kedua orang tuaku sudah selesai dengan pertarungannya. Ah, tunggu-aku salah, seharusnya aku bilang 'bersambung' bukan 'selesai'. Karena entah siang, sore atau bahkan malam sekalipun mereka pasti akan melanjutkannya lagi. Ya, intinya jika mereka bertemu pasti akan ada pertengkaran seperti kucing dan anjing.
End pov sakura
"Ibu, aku berangkat," ujar Sakura sambil memakai sepatunya di dekat pintu. Ibu sakura menjawab dengan sedikit kesal karena masih terbawa suasana tadi, "Ya, hati-hati".
Sakura hampir tidak pernah sarapan di rumahnya. Alasannya karena ibunya jarang masak atau tepatnya jarang di rumah, secara tidak langsung itu membuat sakura malas untuk sarapan karena akan sangat repot untuk memasak sendiri. Setelah Sakura berangkat sekolah, kedua orang tuanya akan berangkat kerja. Mereka sangatlah sibuk, bahkan bisa dibilang Sakura di telantarkan oleh mereka. Karena pekerjaan orang tuanya yang harus ke luar kota bahkan ke luar negeri. Tapi Sakura tidak masalah asal dia mendapatkan uang untuk dirinya. Tetapi tak bisa disangkal, Sakura juga sering merasakan kesepian saat dia sendirian di rumahnya yang besar.
Sakura pergi menuju ke sekolahnya dengan bersepeda. Dia mengambil sepeda miliknya yang terletak di bagasi rumah dan dengan segera melaju menuju sekolah.
Suasana jalan pagi itu sangatlah cerah seperti biasa dan angin juga terasa sejuk karena banyak pohon rindang di sekitar jalan itu. Sakura lebih memilih naik sepeda karena sejujurnya dia masih merasa takut untuk menggunakan kendaraan di jalan raya yang ramai dan padat itu, apalagi di Tokyo.
Tidak jauh dari tempat Sakura melaju, sebuah gedung tinggi yang indah dan megah sudah terlihat. Itulah sekolah Sakura, Tokyo Senior High School. Untuk masuk ke sekolah ini atau yang biasa disebut dengan TSHS sangatlah sulit karena hanya orang terpilih yang bisa bersekolah di sini. Mereka terkenal dengan murid-muridnya yang pandai dan berbakat. Yah, bila kau pintar tapi tidak berbakat kau bisa sekolah di sekolah ini dan begitupun sebaliknya. Tetapi bila kau pintar dan berbakat, pasti kau akan menjadi murid elite di sekolah ini.
Pov Sakura
Saat sampai di sekolah, aku langsung memarkirkan sepedaku. Kalau dilihat-lihat yang memakai sepeda hanya aku saja, tapi aku tidak merasa malu dengan itu malah bisa dibilang senang. Kenapa? Yah, karena sepedaku pasti tidak akan di curi. Siapa juga yang mau mencuri sepeda hahaha.
Aku berjalan masuk menyusuri koridor dan sampailah aku di depan ruang kelas yang bertuliskan IX-B, dengan segera aku menggeser pintu kertas ruang itu.
Sreek
Saat menjejakkan kaki di ruangan itu, aku melihat temanku, Ino namanya dan aku segera menyapanya. "Hai Ino, pagi," sapaku dengan ramah seperti biasanya. "Ah, hai Sakura pagi," balas Ino dengan cengar-cengir tidak jelas.
"Sakura, aku pinjam sejarahmu dong…Ya ya ya?" pinta Ino dengan muka memelasnya. Karena aku tidak tega, akhirnya aku meminjaminya "Iya Ino ku saying, ambil saja di tasku," balasku sambil tersenyum. "Terima kasih Sakura, I love you," jawab Ino kegirangan sambil memelukku. Akhirnya aku dan Ino pun tertawa dengan kekonyolan kami yang saling berpelukan.
Di sekolah ini, aku menjadi Sakura yang periang dan baik dengan semua temanku. Aku selalu tertawa saat bersama mereka. Entahlah, aku juga tidak tahu itu tawaku yang sesungguhnya atau itu hanya cara untuk menutup kesedihanku karena masalah di rumah.
Ah, tapi kurasa itu tidak penting. Yang penting aku belajar disini dengan sungguh-sungguh, bermain dengan teman-temanku dan jadi orang yang ramah dan periang. Yang aku takutkan, jika mereka tahu aku mempunyai beban kesedihan yang banyak pasti mereka akan mengasihaniku. Aku tidak suka itu. Lebih tepatnya, aku tidak suka di kasihani.
Normal Pov
Bel masuk sekolah pun berbunyi di ruangan kelas itu masih sibuk saja dengan urusan mereka seperti Sakura yang masih mengobrol dengan temannya, bahkan ada teman sekelas Sakura yang bernama Karin dan teman se-gengnya sedang berdandan. Sampai-sampai muka mereka terlihat -agak- sedikit menor. Tapi tak ada yang protes, karena bagi murid-murid lain yang ada di kelas XI-B itu adalah hal yang biasa.
Sreek
Suara pintu terbuka. Seorang lelaki tua yang sepertinya adalah salah satu guru TSHS dengan rambut putih yang panjang, Jiraiya. Sakura dan teman-temannya yang berada di kelas segera kembali ketempat duduk mereka masing-masing.
"Ohayou anak-anak, kali ini kalian akan mendapat teman baru. Dia baru saja datang dari Inggris," sapa Jiraiya sekaligus dia juga memberigus memberi pengumuman tentang adanya murid baru. Dalam hitungan detik, kelas menjadi ramai.
"Wah. ."
"Jauh sekali, kenapa dia pindah ke Tokyo ya?"
"Sepertinya laki-laki, aku tidak sabar."
"Kalau perempuan pasti dia sangat putih."
Bermaca-macam komentar terdengar di ruangan kelas itu. Termasuk Sakura yang juga ikut penasaran dengan sedikit heboh sama seperti murid lainnya.
Brak!
Jiraiya memukul meja di depannya untuk membuat mereka semua tenang. "Cukup komentarnya, hei nak masuklah," seru Jiraiya kepada murid di kelas sambil menyuruh anak baru itu masuk. Kemudian, masuklah seorang anak laki-laki tinggi dengan rambut berwarna biru kegelapan atau bisa dibilang, raven. Tak lupa dengan tambahan wajah yang sangat tampan, bahkan sampai membuat para murid di kelas terpesona karenanya. Anak laki-laki itu juga memiliki kulit putih dengan tubuh yang tegap.
"Namaku uchiha sasuke, mohon bantuannya" Ia memperkenalkan dirinya dengan singkat.
Semua anak perempuan menjadi sangat heboh dengan kehadiran Sasuke yang, tentu saja karena pesona miliknya. Tapi ada satu murid yang memasang wajah aneh saat melihat Sasuke masuk tadi, Sakura.
Sakura dan Sasuke bertemu pandang, wajah Sakura terlihat sangat bingung, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sedangkan Sasuke? Dia mengangkat sedikit ujung bibirnya, menyeringai saat melihat iris emerald milik Sakura.
"Nah sasuke, kau bisa duduk di belakang sakura. Sakura angkat tanganmu," suruh jiraiya. Beberapa murid perempuan lainnya menekuk muka, kecewa karena tidak bias dekat dengan Sasuke.
Sakura mengangkat tangannya, raut wajahnya sudah kembali seperti biasa. Sasuke berjalan ke tempat duduk yang di tunjuk Jiraiya. Saat sudah duduk, ia mencondongkan badannya ke depan, tepat di belakang telinga Sakura. "Lama tidak bertemu Saku," ujar Sasuke lembut dengan seringai yang ditunjukkanya di depan tadi. Sakura tak menjawab, hanya ada semburat merah yang hinggap di wajahnya.
To be continue. .
Arena ngoceh ria
Hahahahah ya ampun. . lucunya fic ini. Ini fic pertamaq setelah sekian lama menjadi silent reader #di taplok para author. Hula hula hula #nari-nari gak jelas, senengnya bisa liat ficq di publish. Kayaknya ini fic aneh atau aq yang aneh -_- soalnya aq endak sabar pengen tau lanjutannya #padahal aq yang bikin, ngapain penasaran?. Oh iya kasih review ya, seterah apa aja boleh kok tapi kalau kritik jangan pedes2. terus kalau kasi flame juga indak apo tapi ehem, jangan pake bahasa kasar -,-. nanti tiba2 aq nyiut gmana? Putus lah ficnya ini. . #siapa juga yang nunggu lanjutan ficnya?. Gomen kalau banyak salah eyd di mana2 -.- maklum fic pertama hahaha, ini aja di bantuin sama temenq #yang d atas tadi. terakhir jangan lupa review .
