LOVE TASK

Summary: Gara-gara tugas, mereka berdua jadi saling terpikat satu sama lain…another fic from me, please review!!

A/N : I'm back dan mem-posting cerita baru lagi, heheheh.. cerita kali ini saya buat gara-gara terinspirasi dari tugas (disuruh ngegombal boo, fufufu) yang harus saya kerjain sama temen saya 2 hari yang lalu. Untuk pairing masih tetap ICHIHIME, buat penggemar ICHIRUKI maaf ya…(kan udah banyak yang bikin cerita ICHIRUKI, terus bagus-bagus lagi). oiya, OOC sangat sangat terjadi di cerita ini! Sa…Minna, Please Enjoy and don't forget review!

Hampir lupa…

Disclaimer : I don't own BLEACH

Orihime's POV

"Ohayou… minna!!" sapa Ochi-sensei dengan tingkahnya khasnya yang tak pernah berubah. Murid-murid kelas 2-3 yang masih berkeliaran di luar kelas menyegerakkan dirinya untuk masuk ke kelas.

"Ochi-sensei…" gumamku. Sapaan khasnya itu selalu membuatku tersentak dari lamunanku. Pandanganku beralih, melihat sosok wanita muda itu. Aku pun menjauhkan dagu dari tanganku, posisi yang paling enak saat melamun. Murid-murid yang lain pun langsung mempersiapkan mejanya.

"Ayolah.. bukan saatnya melamun" batinku sambil meletakkan 2 buah buku di atas meja. Mataku masih asyik tertuju keluar jendela kelas, aku masih ingin melamun. Cuaca yang indah hari ini, membuatku terus melamun. Tapi, saat ini konsentrasiku harus kembali dalam suasana kelas ini. Lamunanku terlalu membawaku pergi jauh.

Each day trough my window

I watch him as he passes by

I say to myself

I'm so lucky he's so fly

To have a boy like him is truly a dream come true

Out of all the girlies in the world he belongs to you

Musim dingin telah berakhir dan kehidupan kami pun kembali normal untuk saat ini. Kurosaki-kun, Tatsuki-chan, Kuchiki-san, Ishida-kun dan Sado-kun semuanya kini ada bersamaku dalam satu ruangan. Aku senang semuanya telah berakhir. Musim sakura yang bersemi menandai hari pertama kami menduduki ruang kelas 2-3. Untungnya, tak banyak yang berubah, dan itulah yang membuatku senang karena aku dan yang lainnya pernah kehilangan momen seperti saat ini.

Sesekali pandanganku tertuju pada seseorang berambut oranye yang kini duduk di sebelah bangku yang aku duduki. Tatapan menyeramkannya masih seperti dulu. Tatapan menyeramkan yang aku sukai dan membuat pipiku merona. Untunglah, ia tak menyadari aku memandangnya. Tampaknya ia sedang serius. Ichigo-kun…kapan aku bisa memanggilnya seperti itu?? Mataku kembali memperhatikan 2 buku yang ada di atas meja sambil menunggu perintah Ochi-sensei.

But it was my imagination

Runnin away with me tell you it was my imagination

Runnin away with me

"Anak-anak, tugas kali ini tolong buka halaman 74 buku paket" teriak Ochi-sensei dari meja depan sambil memperhatikan anak-anak yang ada di kelas ini. Kacamatanya seakan berkilat-kilat, sambil berkacak pinggang wanitu itu tampaknya semangat sekali untuk memberikan tugas yang sangat dibenci anak-anak. Eigo… pelajaran yang dibenci sebagian murid kelas ini. Lenganku dengan malasnya membuka halaman 74 buku paket. Suasana kelas memang tidak terlalu menegangkan dan juga tak terlalu sepi. Di sudut kelas masih terdengar murid-murid yang mengobrol, tapi semakin lama kelas semakin ribut. Ochi-sensei yang tegas itu langsung memerintahkan seisi kelas untuk diam.

"Ya, you see there's two part of dialogue. Please take a look at part A dialogue" ucapnya lagi dengan dialek Inggris yang hampir sempurna, jarang sekali aku bertemu orang Jepang yang mengucapkan dialek sefasih itu.

Postur sedang dengan balutan blazer berwarna merah marun dan celana hitamnya menghampiri deretan meja di barisan tengah. Sambil memandang ke seisi kelas, wanita itu memerintahkan dua pasang murid yang ia tunjuk untuk membacakan dialog bagian A.

"You, boy as a prince and you girl as Ashputtel. Just sit in your own place and read it aloud" perintahnya lagi.

Soon we'll be married

And raise a family (oh yeah)

Have a cozy little crib in the country with two children maybe three

I tell you I… can raise your lies down baby

It couldn't be a dream cause too real it all seems

Oohhhhh

Pikiranku kembali melayang entah kemana. Lamunan hampaku lagi-lagi mengajakku pergi dari kelas ini. Namun, seiring berjalannya dialog yang mereka bacakan, aku tersadar. Ada dialog yang menarik perhatianku.

Prince : Listen to me. I don't care what other say about you. You are the only who can gladden my heart. There is no other woman. ..

Ashputtel : Thank you, Your Majesty. Your words make me happy

Prince : So, please don't cry anymore, baby. I will always be there for you.

Andaikan aku seorang Ashputtel… Aku ingin mendengar kata-kata itu dari pangeran tampan yang pernah menyelamatkanku dari genggaman tangan Aizen Sousuke, Pangeran yang kini duduk tak jauh dariku… Pangeran Ichigo.

Sudahlah, tak mungkin hal itu terjadi. Quit being so naïve, girl!. Khayalanku hanyalah khayalan hampa yang takkan pernah terwujud. Perasaanku ini, takkan mungkin ia sadari. Karena, Kuchiki-san lah yang selalu ada untuk Kurosaki-kun. Bukan aku. Jujur, batinku sedih harus mengakui semua ini.

But it was my imagination (once again yea)

Runnin away with me (runnin away with me)

Tell you it was my imagination running away with me (away with me yea)

"Sensei, memangnya tidak ada tugas lain?" protes Keigo-kun. Teriakan protesnya tadi membuatku tersadar lagi dari lamunanku.

"Asano-kun, berani-beraninya kau menawar tugas! Memangnya aku ini sedang menjual barang??" jawab Ochi-sensei kesal sambil menatap Keigo-kun murka.

"Tttttt….tapi Sensei, tutututu..tugasnya terlalu sulit" tuturnya, wajahnya terlihat sangat ketakutan.

Satu per satu murid kelas 2-3 mulai memprotes tugas yang diberikan Ochi-sensei, lagipula siapa sih yang tidak memebenci tugas di saat seperti ini? Aku bingung, memangnya tugas apa yang ia berikan? Ah, padahal sudah kucoba untuk tak melamun lagi tapi bakat mengkhayalku terlalu sulit untuk dihilangkan. Kurosaki-kun yang duduk di sebelah ku langsung menatapku keheranan.

"Inoue, kau tak ikut protes?" Tanyanya.

"umm.. aku.. aku…mmm…" kataku terbata-bata. Dahinya mengerut keheranan.

"emm…memangnya tugas apa yang ia berikan?" tanyaku malu-malu sambil menggigit bibir. Inilah kebodohanku. Terlalu banyak melamun!

"Apa?! Jadi daritadi kau tidak memperhatikan??" teriaknya sambil reflek berdiri. Seisi kelas pun langsung menujukan pandangannya pada kami berdua. Seketika seisi kelas yang kacau itu langsung berubah hening.

"Oh umm… maaf. Aku tak bermaksud mengejutkan kalian semua" kata Kurosaki-kun meminta maaf dan kembali duduk.

Kelas yang tadi sempat hening kini kembali ramai. Ochi-sensei yang terlihat kesal, kembali berteriak untuk menenangkan kelas.

"Dengarkan! Tidak ada tawar-menawar tugas lagi! Pokoknya, buat dialog seperti yang telah kalian baca tadi, love dialogue! And, please listen carefully kalian tidak boleh memilih pasangan kalian sendiri, karena aku yang pasangkan" ujarnya tegas.

"aaaaaaaaaaaaaaaa" koor seisi kelas dengan kompaknya.

Tugas yang sulit memang. Mengarang dialog cinta seperti itu, bagiku membuat hati ini semakin sakit. Tapi, apa boleh buat. Tugas Ochi-sensei tak bisa kami protes lagi. Keberuntungan cinta, nampaknya masih belum berpihak padaku. Sambil mengabsen, Ochi-sensei memasangkan murid-muridnya. Jantungku berdetak kencang, tak sabar menunggu siapa yang akan menjadi pasanganku nanti. Yang pasti, aku tidak boleh berharap terlalu tinggi.

Every night on my knees I pray

Dear lord hear my plea yea

Don't ever let another take his love from me

Or I will surely die

Heavenly (heavenly) when you arms unfold me

I hear the tender upsity

But in reality

He doesn't even know me

Sudah hampir setengah dari jumlah murid yang ia pasangkan, tapi namaku masih belum juga dipanggil. Aku semakin cemas. Kuperhatikan lagi halaman belakang buku agendaku yang bertuliskan daftar pasangan yang Ochi-sensei sebutkan tadi.

Tatsuki & Sado

Chizuru & Keigo

Michiru & Kyohei

Mahana & Keichi

Ryo & Mizuiro….

"And… Kurosaki Ichigo to Inoue Orihime" teriak Sensei muda itu di depan kelas. Beberapa pasang mata kembali menatap ke arah kami berdua. Waktu pun seakan terhenti sesaat.

Mataku terbelalak kaget. Buku agenda yang kulihat tadi terjatuh ke lantai. Aku tak tahu apa yang harus aku rasakan saat ini. Haruskah aku sedih, senang, cemas? Pipiku terasa panas. Am I blushing?? Oh tidak… jangan sampai mereka melihatku seperti itu! Oh Tuhan… aku masih tak percaya! Kurosaki-kun akan menjadi pasanganku??

But it was my imagination (ohh, so fly look out my window)

Runnin away with me (it's running away with me baby)

Just my imagination (runnin away)

Running away with me (my baby, my sugar, my sweetie, look at me baby)

"The last pairing is… Ishida-san to Kuchiki-san.. Ok, it's all done!! Listen class, make your own idea and I hope there's no rejection dialogue! Have a nice day, ganbatte ne?!" katanya mengakhiri. Murid-murid yang lain langsung menghampiri pasangan-pasangan mereka dengan keadaan terpakasa. Banyak diantara mereka yang menggerutu kesal atas tugas yang diberikan guru muda yang terkadang sangat menakutkan itu.

Ayolah.. bersikaplah tenang! Aku tak mungkin bersikap canggung seperti ini di depan Kurosaki-kun, atau ia akan mengetahui segalanya! Buku agenda ku masih tergeletak di lantai, parahnya agendaku terbuka! Mengapa hal seperti ini selalu membuatku panik? Secepat mungkin tanganku meraih agenda itu dan… tangan Kurosaki-kun ikut meraih agenda itu. Tangan kami, secara tak sengaja bersentuhan. Kecanggungan diantara kami berdua benar-benar terjadi saat ini.

Just my imagination (ohh, soo fly look out my window)

Runnin away with me (it's running away with me)

Just my imagination (yeeea)

Running away with me (my baby, my sugar, my sweetie, look at me baby)

"Umm… ini buku agenda mu, Inoue" seraya memberikan buku agenda berwarna pink berpita yang tak lain adalah buku agenda milikku.

"Ahh, terimakasih Kurosaki-kun" aku tak tahu lagi dimana harus aku taruh mukaku ini?

"Mmm.. baiknya seperti apa dialog yang akan kita buat?" tanyanya sambil memulai pembicaraan lagi.

"Ahh.. aku tak tahu. Aku tak terlalu hebat dalam hal ini" terangku malu-malu.

"Baiklah… mungkin kita butuh sedikit inspirasi" ujarnya lagi sambil menarik kursi dan kini lelaki itu pun duduk di hadapanku! Kepalaku tertunduk, tak kuasa melihat sosoknya. Kedua tangaku meremas rok sekolahku hingga tampak kusut. Tapi, sebenarnya hal inilah yang paling aku tunggu. Bersamanya, walaupun tak lama.

Hari ini, hari yang benar-benar pelik tapi juga sangat membuatku terkesan. Harus kuakui, aku menikmati awal yang indah ini…mungkin, dewa cupid mulai berpihak padaku… kira-kira, dialog kami nanti seperti apa ya??

Just my imagination (ohh, soo fly look out my window)

Runnin away with me (it's running away with me)

Just my imagination (yeeea)

End of Chapter

A/N (lagi) : Hayoooh… dialognya bakal kaya gimana yah? awalnya saya bakal bikin cerita ini ONE-SHOT, tapi sepertinya masih banyak yang harus saya certain lagi… hehehehe.. Sa, Minna… till the next chapter! Bye bye!!! And, don't forget review!!!