Bunyi sepatu olahraga itu seperti sebuah musik pengiring untuk sesosok bayangan yang berjalan dengan langkah tegas menuruni sebuah tangga menurun. Hanya berbekal sebuah lampu senter di tangan kanannya, dia terus menuruni tangga yang diapit tembok dingin dibagian kiri dan kanannya itu, membuat siapa pun yang melewati tangga akan merasa sesak nafas karena sempit dan lembabnya tempat ia melangkah saat ini. Dia berhenti sejenak begitu sampai disebuah pintu yang menjadi ujung dari anak-anak tangga itu, seperti sedang berpikir 'sebaiknya aku masuk atau tidak?'.
Setelah beberapa saat termenung didepan pintu yang terbuat dari kayu dicat dengan warna coklat itu, ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan. Perlahan ia putar gagang pintu hingga tampaklah sebuah ruangan dengan dinding yang dicat dengan warna gading. Dia menutup hidung begitu memasuki ruangan itu. Terlihat debu ditiap sudut ruangan, peralatan yang sepertinya digunakan untuk mobil yang berserakan, segala perlengkapan untuk modifikasi mobil yang sepertinya sehabis dipergunakan, terlihat oli yang menempel di beberapa bagiannya. Ruangan ini cukup luas sekitar 8x5 meter, terdapat dua buah rak besi abu-abu tempat perlengkapan modifikasi dibagian kanan ruangan. Sebuah meja kayu yang cukup besar disudut ruangan, diatas meja itu terdapat beberapa sketsa mobil yang masih berupa kerangka. Dia mengambil sebuah sketsa, mengamatinya sebentar kemudian tersenyum miris, "kau membuat semua ini dan menganggapnya seperti anakkmu sendiri, sampai-sampai kau pun mati ditangan anak-anakmu ini. Atau mungkin,kau mati ditangan mereka. Hn,dasar bodoh", gumamnya.
Dia berjalan ketengah ruangan, terdapat sesuatu yang terselimuti kain berwarna abu-abu. Dia membuka kain tersebut dan tampaklah sebuah mobil porsch atau sebuah kerangka mobil porsch. Dia tertegun sesaat melihat pemandangan yang menurutnya menarik, lalu bergumam, "sepertinya aku tertarik untuk merawat anak-anakmu. Ini pasti menyenangkan". Sebuah seringai tercipta dari sudut bibirnya.
PROJECT
"aku terlambaaaaaaattttttt", terdengar suara merdu yang sempurna mengiringi hari yang indah ini, dilanjutkan dengan suara benda jatuh dari lantai dua rumah keluarga Namikaze,melewati anak tangga, hingga akhirnya seonggok manusia tiba di anak tangga paling bawah dengan posisi bagaikan superman gagal terbang.
Sesosok manusia itupun bangkit dari keterpurukannya di pagi hari dengan seragam SMA Konoha yang bisa dikatakan hampir mendekati rapi. Rok lipat kotak-kotak berwarna hitam dan abu-abu di atas lutut, kemeja putih yang sedikit keluar dari rok, dasi hitam longgar dan blazer hitam yang belum tertata dengan rapi. Rambut pirang sebahu yang sedikit acak-acakan, serta jepit rambut yang sisipkan dihelai poni kirinya agar tidak menutupi jidatnya pun tak lagi terpasang dengan manis ditempatnya. Sambil merapikan keadaannya yang bagai diterpa sejuknya angin topan dipagi hari, naruko, nama gadis 17 tahun itu, menghampiri meja makan.
Di meja makan yang terletak diruang makan dengan desain minimalis itu sudah duduk dua sosok pria dan wanita yang menampilkan ekspresi yang berbeda melihat tingkah Naruko yang seperti anak SD meskipun dia telah menginjak bangku SMA. Si wanita dengan senyum malaikat, dan si pria dengan wajah yang seolah-olah berkata 'berisik bocah, dunia lebih tenang tanpa dirimu'. Setelah memastikan pakaiannya telah rapi Naruko duduk di kursi meja makan yang telah tertata dengan rapi.
"pagi, bu" Naruko tersenyum kearah ibunya. Kushina, wanita berusia sekitar 40-an namun tetap terlihat anggun dengan rambut merah lurus sepunggungnya, hanya tersenyum melihat kicauan putri bungsunya yang memang terjadi hampir setiap pagi. "pagi, naru-chan" sapa Kushina yang mulai menyiapkan roti isi untuk putrinya itu.
"pagi, baka aniki" ekspresi malaikat kecil Naruko langsung lenyap tergantikan dengan ekspresi iblis tengik yang siap melahap jiwa pendosa begitu ia melirik kakak laki-lakinya. Namikaze Naruto, satu-satunya laki-laki yang tersisa dalam keluarga kecil ini. Hal ini dikarenakan Namikaze Minato, sang kepala keluarga, meninggal karena kecelakaan mobil yang terjadi 5 tahun silam. Minato yang bekerja sebagai pegawai disebuah perusahaan otomotif tidak memiliki tunjangan yang cukup memadai untuk menghidupi istri dan anak-anak setelah kematiannya, untung saja istrinya bekerja sebagai seorang guru di sebuah SMP negeri dikota Konoha. Beruntung putranya kuliah dengan beasiswa penuh. Naruto, laki-laki 20 tahun ini, mengambil jurusan teknik otomotif sebagai jurusannya dengan alasan untuk melanjutkan usaha kecil-kecilan bengkel otomotif pribadi ayahnya. Selain itu ia juga tertarik untuk bekerja sebagai teknisi diperusahaan otomotif ayahnya dulu.
"heh, bocah, katanya kau terlambat masuk. Lalu kenapa kau masih sibuk mengunyah roti isimu dengan santai begitu?", pria dengan rambut pirang dengan model acak-acakan itu berkata dengan santainya, tanpa tahu yang akan terjadi selanjutnya adalah...
"aaaaaaaaaaa,, aku lupa aku terlambat. Jaa, ibu. Jaa aniki",dengan kecepatan cahaya Naruko berlari menuju sekolah. Meninggalkan ibu dan kakaknya yang terdiam dengan kelakuan gadis itu.
"dasar bodoh"
"jangan begitu Naruto, walaupun agak berisik, Naruko itu adikmu yang paling manis kan?"
"adik yang paling manis?, maksud ibu satu-satunya adikku yang pa-ling ma-nis?", ucap Naruto dengan penekanan pada akhir kalimatnya. Kushina hanya tersenyum menanggapi sikap putranya.
"kau tidak ada jam kuliah hari ini Naruto?", tanya Kushina pada putranya yang masih sibuk mengunyah roti isi.
"tidak ibu. Aku akan sibuk seharian ini dibengkel ayah. Aku ada sedikit proyek untuk tugas dari Kakashi sensei" jawab Naruto sambil menguyah habis roti isinya.
"emm, baiklah kalau begitu. Ibu akan siapkan makan siang, untuk makan malam nanti akan disiapkan oleh Naruko. Hari ini ibu akan disekolah dari jam 10 sampai sore. Ibu belum tahu jam berapa akan pulang"
"memangnya ada apa,bu?"
"hari ini akan ada persiapan untuk acara study tour untuk kelas yang ibu bimbing minggu depan. Ibu jadi penanggung jawabnya, karena itu ibu tidak mengajar seminggu ini", ucap Kushina sambil membereskan meja makan
"ooo, pantas ibu tidak datang pagi-pagi kesekolah. Biasanya pagi-pagi sudah menghilang ditelan rumput yang bergoyang", ucap Naruto sambil melambai-lambaikan tangannya.
Jdukkk
"Aww... Kenapa ibu memukul kepalaku?", teriak Naruto sambil memegang kepalanya
"apa maksudmu berkata ditelan rumput yang bergoyang?", dengan tangan yang terkepal Kushina bergumam berat dengan urat kekesalan yang tercetak jelas dijidatnya.
"hehe, gomen. Aku hanya bercanda,bu", ucap Naruto dengan cengiran yang dipaksakan serta kedua tangan yang terbuka didepan wajahnya, berguna untuk melindungi kepalanya dari elusan sayang nan halus dari ibu tercintanya yang menampilkan senyum iblis eksklusif menawan ala Kushina.
'hahhh,,kenapa rumah ini diisi dengan wanita iblis berwajah malaikat?', desah Naruto dalam hati.
"sudahlah aku mau kebengkel dulu", sebelum mendapat jitakan susulan, Naruto segera beranjak dari meja makan menuju ke bengkel pribadi yang berada tepat disebelah rumahnya.
"Naruto",sejenak Naruto berhenti melangkah mendengar panggilan ibunya, dan dia tahu arti panggilan itu.
"jangan melakukan hal-hal yang membuat ibu menyesal mengizinkanmu mengambil alih bengkel ayahmu, nak", Kushina berkata lirih.
"hn", hanya dengan gumaman singkatnya, Naruto beranjak menuju bengkel yang sekarang menjadi hak miliknya.
Kushina pergi ke ruang tengah atau biasa diapaki untuk ruang keluarga. Terdapat sebuah sofa panjang dan sebuah meja didepan sofa tersebut. sebiah karpet bulu terbentang antara meja dan sebuah televisi. Terdapat sebuah lemari buku kecil di samping sofa. Beberapa figura kecil tertata dengan rapi disana. Kushina mengambil salah satu figura yang memperlihatkan seorang pria berambut pirang jabrik yang sedikit panjang sedang merangkul pinggang seorang wanita dan meletakkan tangannya yang lain di atas kepala seorang anak laki-laki. Si wanita memeluk leher gadis kecil dihadapannya. Sebuah ekspresi yang diperlihatkan makhluk-makhluk di figura itu, tersenyum bahagia. Kushina melihat sekilas figura itu kemudian bergumam sambil terpejam,"Minato, bantu aku menjaga anak-anak kita". Setitik cairan bening pun membasahi figura itu. Kini terdengar alusan isak tangis di ruang keluarga yang sepi itu.
Jika sorot mata bisa membekukan sesuatu, mungkin sketsa yang berserakan dia atas meja kerja itu kini sudah menjadi sebongkah es. Hal ini dikarenakan tatapan dingin dan menusuk dari mata biru Naruto yang menatap sketsa-sketsa kerangka mobil serta beberapa perlengkapan yang entah apa kegunaannya di atas meja itu.
"ibu, berdoalah aku diberi keberuntungan yang lebih besar dari ayah", gumam Naruto sambil mengambil beberapa perlengkapan dan mulai membongkar mesin mobil porsch hitam yang terletak di tengah-tengah bengkelnya itu. "karena aku akan melakukan hal yang lebih nekat dan gila daripada yang dilakukan oleh ayah". Ucapnya lagi dengan raut wajah dingin dan penuh amarah.
T.B.C
HAAAAAA?
apa-apaan ini,,
diriku sama sekali tidak tahu mengenai otomotif, yang hanya mengetahui bagaimana cara membawa motor agar bisa melaju dan tidak pernah mengendarai mobil sendiri (kecuali saat belajar nyetir yang berakhir dengan nabrak pagar pembatas bandara). berani membuat cerita tentang otomotif begini..
maaf jika banyak hal yang menyimpang dalam cerita ini,
dan ada beberapa hal yang sedikit mengganjal
apakah alurnya terlalu cepat?
deskripsinya kurang jelas?
timing-nya loncat?
penggunaan istilah yang salah?
semoga reader bisa berkata jujur kepada hamba yang tidak berdaya ini#plaaakk
dan akhir kata,,,,
review onegai... :)
