.

FIGHTING, NARUTO!

Naruto © Masashi Kishimoto

Rated: T

Genre: Romance, Humor

Warning(s): OOC, aneh, Typo, gaje, dll.

Summary: Aku harus berjuang! Harus! Mendapatkan cinta dari Hinata! Semangat, Naruto!/"Sekarang udah gak zaman merayu."/"Gombal?"/"Bapak kamu pelaut ya?"/"Jangan kejar aku, Neji!"

Sequel of "I Hate MOS! 2: BE DIFFERENT"

With pair NaruHina

Don't like, don't read!

Enjoy! ^^

.

.

.

Naruto's POV

.

.

Chapter 1: Go Run, Naruto!

"Haaaaah!"

Sudah untuk kesekian kalinya aku menghembuskan nafas panjang di siang hari ini. Menyendiri di atap sekolah yang sepi –terhindar dari keramaian. Aku mendengar dengan sangat jelas suara yang begitu ramai di bawah. Entah apa yang terjadi, aku pikir itu adalah ulah Sasuke yang akhir-akhir ini aneh –sangat aneh. Dan sampai saat ini aku masih bingung, darimana Sasuke belajar narsis seperti itu? Lalu, sekarang hal aneh apa lagi yang dia lakukan?

Oke, gak penting.

Pikiranku kini seharusnya sedang melayang kepada Hinata, kekasih yang teramat sangat begitu aku cintai sekali. Tapi, dia mengatakan kalau kami berdua telah PUTUS!

Yu now? (You know?)

PUTUS!

Wat de hellll? (What the hell?)

Maka dari itu, sebagai lelaki yang pantang menyerah dan pantang putus asa, aku terus berjuang mendapatkan hati Hinata tanpa mengenal kata menyerah! Setiap hari sebelum masuk sekolah, ketika waktu istirahat, dan waktu pulangpun dengan segenap hati dan jiwaku aku menanti Hinata di depan pintu kelasnya. Tidak hanya itu, aku selalu mendekati Hinata dan selalu meyakinkannya bahwa aku begitu mencintainya!

Nah, pertanyaannya adalah…

Mengapa aku malah berada di atap sekolah?

Oke, akan aku jelaskan.

Ceritanya… Pada suatu hari ketika aku menantinya di depan pintu kelasnya—seperti biasa. Saat itu adalah waktu untuk istirahat.

FLASHBACK: ON

Aku menanti, hingga akhirnya ia muncul dari balik pintu itu.

Dengan sigap, aku segera meraih tangannya.

"Hinata, kam bek tu mi (come back to me)!" kataku mantap.

Hinata terkejut dan sedikit bergidik.

"Na-Naruto-kun…"

Uuugh, manis sekaliiii!"

"Hinata~~~ Ayolah~!"

"Maaf, Naruto-kun! A-Aku…"

"HINATAAA! HUWAAA!" teriakku tiba-tiba sembari memeluk Hinata.

"HUWAAA! Na-Naruto-KUN!" teriak Hinata sambil berusaha melepaskan pelukanku. Tapi, aku tidak menyerah! Aku semakin menguatkan pelukanku dan tidak akan pernah terlintas di kepalaku untuk melepaskannya.

"Hinata, aku—"

"Le-Lepaskan, Naruto-kun! Ka-Kau menggangguku!"

DEG!

A-Apa?

Mengganggu?

Aku terdiam. Perlahan aku melepaskan pelukanku. Aku menatap matanya dalam-dalam.

"Mengganggu? Maksudmu, Hinata?"

Hinata menunduk. Aku dapat melihatnya menelan ludah dengan susah payah.

"Ma-Maksudku, Na-Naruto-kun telah membuatku me-merasa tidak nyaman. A-Aku tidak suka se-seperti ini. Na-Naruto-kun membuatku malu. Ma-Maaf!" jelas Hinata terbata-bata sambil menunduk dan menganggukkan badannya. Kemudian pergi.

Tidak nyaman?

Membuatnya malu?

HUWAAA! Sasuke, wer ar yu? (where are you?)

FLASHBACK: OFF

Yah, seperti itulah ceritanya. Setelah kejadian itu, aku tidak bertemu lagi dengan Hinata sampai sekarang. Padahal aku begitu merindukannya. Senyumnya, tawanya, wajahnya yang manis… Semuanya! Aku menyukai semua yang ada pada Hinata!

DRAP! DRAP!

Ah, ada yang datang ke sini!

CKLEK!

"Naruto?"

Aku melihat ada pantat ayam yang membuka pintu.

Tunggu dulu!

Pantat ayam?

"Ah! Sasuke!" seruku lamban.

"Hn."

Sasuke berjalan dan mendekat ke arahku. Dia segera mengambil posisi di sampingku. Huft. Jujur saja, aku sempat mengharapkan yang datang itu Hinata, bukan Sasuke!

"Tumben kau ke sini, Sasuke?" tanyaku padanya.

"Kau sendiri?"

"Menghibur hatiku yang sedang merana di lautan sepi."

"…"

Aku melirik Sasuke. Aku baru menyadari 1 hal. "Kau tidak bersama Sakura?"

"Hn. Dia baru saja pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugasnya."

"Oh." Aku mengangguk beberapa kali. "Dan kau tidak membantunya?" Aku menyipitkan mataku padanya. Aduh, Sasuke ini pacar macam apa sih? Udah gak romantis, kaku, dingin, narsis lagi!

"Dia bilang aku tidak perlu repot-repot membantunya. Lagipula dia punya banyak teman untuk membantu."

Aku kembali mengangguk. Tapi, walaupun begitu, tetap saja –Sasuke pacar yang kejam!

"Oh, ya…" Sasuke memulai pembicaraan. Wah, limitid edisiyen! (limited edition!) Seharusnya aku abadikan, nih! "Kau tidak merayu Hinata?"

JLEB!

Oke, pertanyaan Sasuke kali ini benar-benar menusuk lubuk paling terdalam jantungku!

"A-Aku…" Aku menunduk. "Tidak bisa lagi. Dia bilang aku telah membuatnya merasa tidak nyaman dan membuatnya malu. Dia benar-benar merasa terganggu karena aku."

"Aa—"

"Padahal aku serius dengan perasaanku! Aku sudah mencoba untuk membuktikannya!"

"Na—"

"Hampir tiap hari aku merayunya. Tapi, tidak ada satupun respon positif darinya!"

"Ka—"

"Aku kurang apa lagi, coba?"

"Kurang pintar, BAKA!" seru Sasuke tepat di telingaku. Aku segera menutup telingaku. Sejak kapan telingaku berubah guna jadi toak?

"Ma-Maksudmu?" tanyaku sambil mengelus-elus telingaku.

"Ya, ampun, Naruto! Kau ini tidak mengikuti perkembangan zaman, ya?"

"Ha? Memangnya ada apa?" Aku menaikkan sebelah alisku, pertanda tidak mengerti.

"Sekarang udah gak zaman merayu."

"Jadi apa dong, kalau bukan merayu? Melamar?" tebakku asal.

"Bukan."

"Huft. Jadi apa?"

"Gombal."

"Gombal?"

"Ya. Seperti aku dan Sakura. Karena aku selalu mengikuti mode dan perkembangan zaman, aku mulai menggombali Sakura. Kau juga pasti bisa, Naruto."

"Mode? Mode itu apa?"

"Mode itu fashion, Naruto."

"Fesyen?"

"Fashion."

"Fe—"

"Lupakan."

Aku hanya mendengus kesal.

"Baiklah, kita kembali ke topik. Aku yakin sekali kalau kau sama sekali tidak mengikuti mode dan perkembangan zaman, makanya kau sama sekali tidak mengerti mengenai 'gombal'," terang Sasuke.

"Ngomong-ngomong, Sasuke… 'Mode' itu bukannya sandi dalam komunikasi, ya?"

"Itu 'kode', Naruto."

"Ooh. Tapi aku juga pernah dengar kalau 'mode' itu orang yang suka berjalan di atas ketwolk."

"Itu 'model'. Lagipula yang benar itu catwalk, Naruto."

"Ketwok?"

"Catwalk."

"Ketkwolk?"

"Catwalk."

"Ke—"

"Cukup."

Aku kembali mendengus kesal. Gimana gak kesal? Aku kan hanya mencoba untuk berlatih berbahasa Inggris dengan baik dan benar. Tapi dia selalu memintaku untuk menghentikannya. Huft…

"Untuk kali ini tolong jangan menggunakan bahasa Inggris, Naruto."

"Iya, iya," kataku malas-malasan.

"Hn. Baiklah, kita kembali pada topik kita." Sasuke berdeham sejenak kemudian melanjutkan, "Zaman sekarang 'menggombal' itu lagi ngetren, Naruto. Kau bisa saja melakukannya kepada Hinata seperti aku dan Sakura."

"Tapi…" Aku menunduk lesu. "Aku tidak tahu bagaimana caranya menggombal."

"Hummfft!" Sasuke langsung menutup mulutnya, menahan tawa atas kalimat yang baru saja aku lontarkan.

"Kenapa, Sasuke?" Aku bertanya padanya sambil menyipitkan mataku.

"Haha, hn, tidak ada apa-apa." Dia kembali berdeham. "Kau mau aku ajarkan, Naruto?"

Aku langsung menoleh padanya dengan mata berbinar. "Be-Benarkah?"

"Hn."

"YIHA! Ayo ajarkan padaku sekarang, Sasuke!" ujarku semangat.

"Sekarang?"

"Nggak. Kemarin. Sekarang!"

"Hn."

Mataku masih tetap berbinar 75000 watt.

"Ini hanya contoh ya, Naruto." Aku mengangguk cepat. "Naruto, kamu kayak sendok, deh."

"Sendok?" Aku mengernyitkan keningku. Apa maksudnya? Aku—sendok? Sejak kapan?

"Iya. Soalnya kamu telah mengaduk-aduk hatiku."

Hening…

Aku terdiam.

TIK! TIK! TIK!

"TIDAAAK! AKU MASIH NORMAL, SASUKEEE!" teriakku sambil berlari menjauh dari Sasuke. Aku melihat Sasuke yang menatapku dengan tatapan bingung. Walau bagaimanapun, aku ini masih NORMAL! Aku masih suka HINATA! HUWAAA!

.

.

.

BRUK!

Auw! Kepalaku sakit sekali. Sepertinya aku menabrak seseorang di depanku setelah -dengan terburu-buru- turun dari atap.

"Ugh…"

"Ah! Rambutku!"

Aku mendelik ke arah orang yang aku tabrak.

"Neji?"

"Ra-Rambutku! Kau sudah menodai rambutku, Naruto!" seru Neji sambil mengelus-elus rambutnya.

"Kau…" Aku memperhatikan Neji. Dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ada yang berbeda dengan kepalanya.

"Ada apa, Naruto?"

"Eng… Rambutmu sudah dipotong," kataku sambil menunjuk ke arah rambutnya dengan tampang-tak-bersalah.

"Iya! Terpaksa! Kau tahu? Rambutku sudah berubah menjadi konde! Dan kau tahu? Aku berniat kabur dari rumah sakit tapi gagal! Huhu, rambutkuuu!"

"Err… A-Ano, Neji…"

"APA?" tanyanya galak. Aku mengatuk-atukkan jariku.

"Err… Kalau mau potong rambut—"

"APA, HAH?" Aku melihat matanya sudah memerah.

"Gak usah potong model BOB!" ujarku lalu langsung mengambil langkah seribu.

"NARUTO! TUNGGU!"

TIDAK! Aku masih sayang nyawa! Jangan kejar aku, Neji!

.

.

.

BRUK!

Aduh! Lagi-lagi nabrak orang! Mimpi apa sih semalam sampai nabrak orang mulu hari ini?

"Ugh…"

"Na-Naruto-kun…"

Tunggu! Suara itu…

"Na-Naruto—"

"HINATA? Kau tidak apa-apa?" tanyaku panik tiba-tiba ketika sadar kalau yang aku tabrak adalah Hinata.

"A-Aku tidak apa-apa, Naruto-kun…"

"Ada yang sakit?"

"Ti-Tidak ada."

"Pasti sakit!" seruku padanya.

"Ti-Tidak ada, Naruto-kun…"

"Pasti sakit bidadari sepertimu jatuh dari atas langit!" seruku tiba-tiba.

"Eeeh?"

Eh?

Wajah Hinata tiba-tiba memerah seperti ceri. Ma-Manis sekali!

"Na-Naruto-kun…"

Tapi, tunggu dulu!

Memangnya apa yang baru saja aku katakan?

"A-Apa maksudmu?"

Apakah aku baru saja menggombal? Apakah aku berhasil?

"NARUTO! TUNGGU!" teriak seseorang dari kejauhan. Huwaaa! Itu NEJI!

Dengan cepat kilat, aku berlari menjauhi Neji. Huft, padahal aku ingin lebih lama lagi bersama Hinata, tapi…

"NARUTO!"

HUWAAA! NEJI, APA SALAHKU?

.

.

.

"Haaah, haaah, haaah!"

Aaah, rasanya lelah sekali berlari mengelilingi sekolah hanya karena dikejar Neji dan menjauhi Sasuke. Tapi, akhirnya aku sampai juga di sini dan semoga mereka tidak menemukanku di sini –di taman belakang sekolah. Yah, tempat yang cukup sepi karena jarang didatangi oleh para murid selain atap sekolah. Di sini hanya penuh dengan bunga dan seorang tukang kebun sekolah. Juga dengan beberapa serangga penghuni kebun sekolah kami.

"Haaah!"

Aku mengistirahatkan badanku di bawah salah satu pohon rindang di sana. Sayup-sayup angin dapat kurasakan membelai wajahku. Nyaman sekali. Seandainya kenyamanan ini bisa kurasakan lebih lama…

"Hn. Ternyata kau di sini, Baka."

"Huwa! Sasuke!" teriakku terkejut. Ayolah, haaah! Aku sudah terlalu lelah untuk berlari. Semoga Sasuke tidak mengatakan hal-hal aneh lagi padaku.

"Aku tidak menyangka kau menganggap perkataanku tadi serius, Naruto. Bagaimanapun di awal aku sudah mengatakan kalau itu hanyalah contoh. Dan bagaimanapun juga aku masih NORMAL . Aku tidak berminat padamu," jelasnya sambil menekankan kata 'normal'.

"Huft. Aku tidak terlalu dengar, Sasuke. Lagipula, siapa juga yang berminat padamu? Aku juga masih NORMAL dan masih berminat pada Hinata," balasku ketus.

"Hn."

Sasuke mengambil posisi duduk di sebelahku. Aku bergeser sedikit menjauh darinya. Walaupun dia sudah menjelaskan padaku betapa normalnya dia, tapi aku masih saja merasakan aura keanehan padanya.

Oh, ya, aku teringat sesuatu!

"Ngomong-ngomong Sasuke…"

"…"

"Sepertinya aku sudah berhasil menggombal!" ujarku bangga.

"Hn? Kapan?"

"Tadi. Saat aku menabrak Hinata dan tanpa kusadari –kau tahu? Aku menggombalinya! Haha, aku memang hebat!"

"Ya, ya, ya. Sepertinya kau sudah terpengaruh kegombalan dariku. Aku memang hebat."

"Sa-Sasuke, apa yang baru saja kau katakan?"

"Tidak ada, lupakan."

Aku hanya mengangguk sambil ber'oh'ria. Aku tersenyum lebar sambil menatap ke langit. "Ya, Sasuke. Aku tahu aku memang hebat." Aku yakin tadi Sasuke memujiku hebat. Naruto, yu ar de best! (you are the best!) Sasuke hanya memutar bola matanya sambil mengangguk malas.

"Ah, Sasuke-kun! Ternyata kau di sini!" seru seorang gadis berambut soft pink dari kejauhan. Sakura—ia berlari-lari kecil menuju tempatku dan Sasuke.

"Hn. Sudah selesai mencari bukunya?"

"Iya, sudah. Huft, kau kucari ke mana-mana, tahu! Untunglah kau tidak menghilang," ujar Sakura.

"Hn. Untuk apa aku menghilang kalau di sini ada bidadari cantik yang mencintaiku," kata Sasuke sambil tersenyum… nakal?

"Haha, Sasuke-kun…" Wajah Sakura memerah seperti buah tomat. Wah, Sasuke sepertinya hebat banget dalam hal beginian!

Sakura mengalihkan pandangannya kepadaku. "Ah, ada Naruto-senpai. Tumben di sini. Tidak bersama Hinata? Aku bertemu dengannya di koridor sambil menunduk terus. Entah apa yang dipikirkannya."

Ja-Jangan-jangan, Hinata sedang melamunkan aku?

Apakah aku berhasil?

Aku menyenggol sedikit lengan Sasuke dan berbisik padanya, "Hei, Sasuke. Menurutmu, apakah Hinata sedang memikirkan aku?"

"Hn. Mungkin saja."

Wah, ternyata efek dari menggombal hebat juga! Kalau tahu begini, lebih baik dari awal aku menggombal terus! Hinata, Ai em caming! (I'm coming!)

"Sasuke-kun, di sini sejuk ya!" ujar Sakura.

"Hn. Seperti itulah."

"Tapi makin sejuk ketika berada di dekatmu…"

Wa—w! Hebat! Bahkan Sakurapun juga ikut menggombal? Apa Hinata juga bisa menggombal, ya? Hmm…

"Hn. Kau pintar Sakura," kata Sasuke sambil mengelus-elus puncak kepala Sakura.

"Hehe…"

"Kalian kompak banget, ya," ujarku sambil memandang ke arah mereka berdua. Yah, sebenarnya ada sedikit kecemburuan yang aku rasakan. Seandainya aku dan Hinata seperti mereka berdua…

Sakura menatapku lekat-lekat. "Naruto-senpai," panggilnya.

"Hm?"

"Entahlah, ada satu hal gila yang sedang kupikirkan," ujarnya.

Aku menaikkan sebelah alisku seraya Sasuke berkata, "Jangan lagi."

Sakura tampak berpikir. "Tapi pasti seru!"

"Apanya?" tanyaku.

Aku dan Sasuke saling pandang, mencoba menerka apa yang sedang dipikirkan oleh pacar kesayangan Sasuke ini.

"Bagaimana kalau kita adu gombal?" ujar Sakura.

"Adu gombal?"

"Yup. Aku dan Sasuke-kun akan beradu gombal dengan Naruto-senpai dan Hinata-chan. Gimana?"

Aku berpikir sejenak.

"Hmm, menarik," sahut Sasuke sambil menyeringai.

Aku kembali berpikir hingga mengatakan, "Baiklah! Aku pasti akan mengalahkan kalian!"

Sakura dan Sasuke tersenyum menantang kepadaku. Dan senyumku tidak kalah menantang pada mereka.

"Hmm..."

TBC

.

.

.

Hallo, minna-san! XO

Akhirnya sequel ini selesai juga. Fyuh! Sebenarnya fict ini udah telat untuk di-publish, maafkan saya ya. T^T Akhir-akhir ini saya cukup sibuk. Jadi untuk mem-publish fict ini selalu diundur. ==" *dibakar*

Saya gak tahu nih fict bagus atau nggak. Tapi kayaknya malah gaje, ya? ==" Kalau begitu, boleh minta REVIEW-nya, minna? #plak XD

Oh, ya, saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua yang sudah review, nge-fave, ataupun alert fict "I Hate MOS! 2: BE DIFFERENT". Arigatou gozaimasu! XD

~Special Thanks~

Pink Uchiha ; QRen ; Kazuki Namikaze ; namina88 ; Cha2luvGaGa ; Chini VAN ; Miki Yuiki Vessalius ; Kudo Widya-chan Edogawa ; Tsukiyomi Ayumu Kumiko ; SayaNunu ; Kehilangan Identitas ; Dijah-hime ; RestuChii SoraYama ; Quinza 337 ; MichimakiAiri

(Maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan nama)

Arigatou!

Review, ya? :D #dor