Masih dengan fic tragedy/hurt/comfort!
Entah kenapa fic ini membuatku ketagihan!
Dan Madayama/kakayama yang lagi-lagi menjadi pairing kesukaanku! Dan kupakai!
Rating M!
Selamat membaca!
DARK BLOOD
"AAAAA!" Teriak seorang gadis yang memecah keheningan malam. Malam bulan purnama di sebuah kota sunyi. Namun selain suara teriakan yang memekingkan telinga itu, selalu terdengar derap langkah kaki seorang yang berlari ke arah suara itu. Suara yang berderu diikuti gesekan rantai dan pedang yang di keluarkan dari sarungnya. Suara yang dapat membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi siaga atau ketakutan.
Dua orang, dua orang itu berlari untuk menyelamatkan bila sempat dan membunuh bila memang diperlukan. Mereka berdua Hatake Kakashi dan kohainya Yamato yang biasa di panggil Tenzou itu merupakan hunter. Mereka sampai di tempat kejadian dan melihat seorang perempuan, rambutnya pirang dan tentu saja mahluk yang di belakangnya adalah apa yang para hunter buru. Vampire. Mahluk itu melepaskan gigitannya dari perempuan yang sekarang sudah tergeletak sekarat di jalanan itu dengan darah yang keluar dari lehernya. Mahluk itu hanya terseyum melihat korbannya dan akan segera kabur.
"Kau tak akan lolos!" Teriak Yamato menggunakan rantainya untuk menangkap vampire itu. Dan berhasil, vampire itu terikat tak bisa bergerak. Sementara Kakashi mengeluarkan pedangnya dan memenggal kepala mahluk itu, cipratan darah yang keluar dari mahluk itu sedikit mengena wajah putih Kakashi. Namun akhirnya mahluk itu hanyalah kumpulan debu dan abu. Kakashi kembali memasukan pedangnya sebelum berbalik dan memeriksa perempuan yang sekarat itu. Yamato menggulung rantainya dan segera melihat perempuan itu juga.
"Senpai...!" Panggil Yamato ketika Kakashi sudah ada di sampingnya. Yamato melihat bekas luka yang membekas di dalamnya dan juga tubuh perempuan yang mulai bergetar itu. Yamato melihat kartu indetitasnya yang menunjukan nama Yamanaka Ino.
"Bagaimana statusnya?" Tanya Kakashi pada Yamato.
"Mustahil untuk menolongnya. Kita sudah terlambat. Hanya ada satu cara untuk mencegahnya, senpai..." Kata Yamato. Kakashi mengangguk saja. Lalu Yamato membalikan tubuh perempuan itu hingga terlentang. Di keluarkannya pisau dari jasnya lalu menancapkannya di jantung perempuan itu. Dan seketika itu juga, perempuan itu mati.
"Kuharap Yamanaka-san bisa menerima ini..." Kata Yamato lagi melihat mayat perempuan blonde itu yang matanya masih terbuka tapi segera di tutup oleh Yamato. Sementara Kakashi hanya mendengus napas berat dari balik masker hitam yang ia pakai.
"Kau tahu, Inoichi-san tidak akan memaafanmu jika tahu kau yang membunuhnya" Kata Kakashi bangkit berdiri hendak meninggalkan Yamato yang masih duduk termenung.
"Di bandingkan ia menjadi vampire... pilih yang mana?" Tanya Yamato dengan wajah kesalnya dan kemudian menyalakan alat komunikasi yang di pasang di telinganya itu untuk menjawab panggilan masuk.
"Yamato-san! Kami sudah selesai di sini! Korban bisa di selamatkan. Bagaimana keadaan di sana?" Tanya seorang yang di tempat lain bersama patner perempuan berambut pink. Haruno Sakura.
"Korban tidak dapat di selamatkan. Jika sudah selesai, kembali ke markas! Dan suruh beberapa orang untuk membereskan mayat korban. Dan juga... sampaikan salam duka untuk sakura nanti" Jawab Yamato lalu memutus komunikasinya dengan Uzumaki Naruto di tempat lain.
"Sakura? Benar juga dia sahabat sakura ya?" Tanya Kakashi kepada Yamato yang berjalan ke arahnya.
"Yap..." Jawab Yamato singkat lalu berjalan mendahului Kakashi.
"Begitu... kau tadi membunuh gadis itu dan kau masih terlihat santai ya?" Goda Kakashi sedikit bercanda.
"Karena rasanya penyesalan itu tidak berati. Lagi pula bukan kali ini sajakan aku melakukannya... Bagaimana dengan senpai sendiri? Kau membunuh jauh lebih banyak di bandingkan aku kan?" Tanya Yamato lagi.
"Ya... bersama dengan patner lamaku..." Kata Kakashi menunduk. Yamato yang melihatnya sedikit terkejut dan tidak enak hati. Dirinya hanyalah pengganti patner lama Kakashi yang adalah sahabatnya yang sudah meninggal. Uchiha Obito.
"Senpai... aku minta maaf. Senpai baik-baik saja?" Tanya Yamato. Kakashi hanya terdiam sebelum kecupan hangat mendarat di dahi Yamato. Kakashi mencium dahi Yamato dengan lembutnya bermaskernya juga. Yamato yang baru sadar beberapa saat hanya bisa terkejut. Lalu Kakashi menyudahinya dan mengelus rambut kohainya itu dengan lembut dan seyuman kecil.
"Kau ini memang lucu ya. Aku sudah terbiasa dengan hal ini. Jadi kau tidak perlu khawatir... Ten-chan" Kata Kakashi lalu pergi. Yamato bisa memahami kalimat yang di lontarkan Kakashi, tapi hanya satu kata yang ia perlu cerna sedikit. Setelah itu ia melempar batu kerikil ke arah kepala Kakashi. Kakashi hanya memegangi kepalanya yang sakit.
"Jangan panggil aku dengan sebutan konyol yang kau buat itu! Kakashi-senpai!" Teriak Yamato kesal.
"Hei, bukankah bukan sekali ini aku memanggilmu Ten-chan?" Kata Kakashi yang masih memegangi kepalaya. Lalu ia terkena lemparan batu lagi dari Yamato dan mengenai keningnya,
"Dan bukan sekali ini saja aku memperingatkanmu! Senpai! Huh!" Kata Yamato berjalan dengan langkah yang besar dengan kesalnya meninggalkan Kakashi di sana yang bengong dan bingung dengan perlakuan kohai yang amat ia sayangi itu.
"Wah... dia ngambek..." Ucap Kakashi lalu mengejar kohainya itu. Tapi langkah Kakashi terhenti sejenak karena ia merasakan ada yang mengawasinya atau lebih tepatnya memperhatikan mereka berdua sejak tadi. Sesuatu yang bersembunyi di bawah kegelapan malam. Kakashi berbalik dan melihat ke sekeliling tapi tidak ada apa-apa.
"Senpai! Cepat sedikit!" Teriak Yamato dari jauh.
"Mungkin Cuma perasaanku saja..." Gumam Kakashi lalu mengejar Yamato. Namun sepertinya itu bukan perasaan saja. Seseorang... bukan sebuah mahluk bermata merah yang hanya sebelahnya saja yang terlihat. Menatap mereka berdua di atas sebuah atap. Dari sudut bibirnya keluar cairan merah yang dijilatnya kembali. Seringaian licik terukir dari bibirnya, lalu ia menghilang di balik terangnya bulan purnama.
XXXX
Di sebuah gedung tua yang dari depan mirip seperti bangunan gereja tua. Tapi gedung itu cukup terang bila di lihat dari cahaya yang bila dilihat dari luar. Itulah tempat pertemuan dan markas mereka semua. Para kumpulan hunter yang bekerja secara sukarela membasmi para vampire dan mahluk-mahluk lain. Tentu saja mereka berasal dari kumpula rakyat biasa yang di latih secar rahasia. Di siang hari bolehlah kita mengatakan mereka hanyalah manusia-manusia biasa yang tidak perlu di takuti. Namun pada malam hari, mereka akan berubah 180 derajat.
"Semua sudah berkumpul?" Tanya pemimpin dan pembina kelompok itu. Seorang wanita yang sangat awet muda. Tsunade. Mereka berkumpul di sebuah aula dengan dekorasi gereja bernuasakan gothik.
"Kalau begitu, mari kita dengarkan hasil kerja kalian hari ini. Di mulai dari kau, Kurenai dan Asuma" Kata Tsunade. Yuhi Kurenai dan Sarotobi Asuma segera maju ke depan.
"Kami sedikitnya telah membereskan seekor warewolf yang sudah cukup meresakan warga di bagian hutan barat. Selain itu kami juga menemukan tumpukan tulang belulang manusia yang juga sudah membusuk. Korban warewolf tersebut" Jelas Asuma lalu mundur.
"Terima kasih Asuma, Kurenai atas kerja kalian. Lalu Naruto dan Sakura" Kata Tsunade. Majulah kedua orang tersebut.
"Vimpire di bagian timur laut kota berhasil di amankan. Korban sepertinya pendatang di lihat dari indetitasnya. Seorang pria berumur sekitar 26 tahun bernama Geko Hayate. Ia sekarang berada di ruang medis untuk di tangani" Jelas Sakura.
"Bagus atas kerja kalian. Bagaimana dengan kau Kakashi dan juga Yamato" Kata Tsunade. Majulah mereka berdua.
"Vampire bagian selatan kota berhasil di tangani. Sayangnya korban harus di bunuh karena sudah tidak mungkin untuk di tolong. Dia seorang murid yang belajar di sekolah tempat saya bekerja. Namanya adalah Yamanaka Ino. Dari keluarga Yamanaka" Jelas Kakashi. Sakura yang mendengar nama sahabatnya di panggil langsung angkat bicara.
"Tunggu dulu! Ino! Kenapa! Kakashi-san, Yamato-san!" Teriak Sakura sudah berkaca-kaca. Naruto sudah menahan gerakan gadis itu yang sudah ingin sekali mengahajar mereka berdua. "Siapa di antar kalian berdua yang membunuhnya!" Teriak Sakura yang sudah meneteskan air mata.
"Aku..." Jawab Yamato cepat dengan nada tegas.
"Kenapa!" Teriak Sakura.
"Pertama, tubuhnya sudah mengalami perubahan, yang kedua darah yang dihisap sudah terlalu banyak, sementara sisanya sudah mulai di musnakan secara total. Ketiga, bila di bawa ke sini, sudah mustahil untuk menolongnya. Yang ada hanya mengundang bencana saja... Sakura! Kau boleh menyalahkan dan juga membenciku atas kejadian ini. Kau sendiri juga bisa merasakannya bukan. Sebagai salah satu yang selamat!" Kata Yamato tegas. Sakura kini hanya terdiam sambil menangis lalu pergi dari ruangan tersebut.
"Sakura-chan! Tunggu!" Teriak Naruto mengejar Sakura.
"Apa kau tidak apa-apa mengatakan hal itu... Tenzou.." Kata Kakashi.
"Seperti yang kukatakan. Penyesalan tidak ada gunanya..." Jawab Yamato. "Karena memang itulah yang terbaik" Kata Yamato dalam hatinya sendiri. Kakashi hanya terdiam melihat hal itu. Tapi memang itulah yang biasa ia dengar dari bibir yamato. Tegas, Pedas, dan dingin. Tapi juga terkadang terdengar hangat, dan ceria. Layaknya ombak air. Unsur kedamaian dan ketenangan jiwa. Namun bisa saja mematikan. Sungguh menarik.
XXXX
Sebuah kota kecil yang di kelilingi oleh hutan lebat yang menembus ke dalam sebuah dunia yang tak akan pernah kau bayangkan. Para penduduk di sini sebagian besar tidak percaya akan hal mitos, dan bodohnya mereka di serang oleh mahluk yang mereka anggap tidak ada. Kota itu tidak terlalu banyak di huni oleh penduduk yang sebagaian besar berprofesi sebagai pedagang. Namun bagi mereka yang mengalaminya dan melihatnya, maka merekalah yang akan membasmi mahluk tersebut seperti yang mereka lakukan sekarang ini. Perkumpulan mereka juga amat rahasia dari orang luar selain mereka. Mungkin saja kejadian terburuk adalah pembakaran masal.
Pagi itu adalah pagi yang seperti biasa di lakukan sebagian besar warga di kota itu. Dan juga para hunter yang mulai mengerjakan profesi mereka masing-masing. Namun tentu saja kematian Yamanaka Ino itu mengundang banyak tanya. Dan isak tangis dari seorang bapak-bapak yang mengetahui anaknya meninggal itu. Semua itu terjadi di pemakaman terdekat kota itu. Semuanya hadir, mulai dari keluarga, teman, dan sebagian besar orang yang mengenal Yamanaka Ino dan Yamanaka Inoichi.
"Semoga, Tuhan menerimanya di sisinya" Kata Pastor mengakiri upacara pemakaman itu.
"Inoichi... aku turut berduka cita atas kematian putri anda" Kata Shikaku. Sahabat dari Inoichi.
"Sudahlah... jika ini adalah takdir... polisi setempat juga sudah mengerahkan kemampuannya untuk menanggkap yang membunuh anakku itu" Kata Inoichi berusaha tabah. Sementara itu Sakura, Naruto, Kakashi yang menghadiri upacar itu hanya berdiam diri saja. Sementara Sakura menatap penuh kehampaan pada kuburan itu.
"Sakura-chan... sudalah..." Kata Naruto kemudian memegangi Sakura untuk pergi dari tempat itu. Kakashi pun juga mengikuti mereka berdua. Vampire memang akhir-akhir ini meraja lela penduduk. Sudah banyak kasus yang terjadi saat itu juga. Namun tetap saja mereka tutup mulut dari dunia luar selain mereka.
"Kakashi-san. Kenapa Yamato-san tidak datang ke acara pemakaman ini?" Tanya Sakura.
"Sebenarnya aku yang menyuruhnya untuk tidak datang. Kau tahu bukan? Polisi. Dan juga aku juga memikirkan perasaanya karena membunuh teman dekatmu. Aku beduka atas itu. Lagi pula... jangan panggil aku dengan sebutan 'san' Sakura. Di siang hari aku adalah gurumu!" Kata Kakashi yang panjang dan lebar. Sakura hanya terdiam dan mengangguk.
"Dan Naruto... kau juga sama. Aku ada urusan jadi aku terpaksa meninggalkan kalian berdua... Naruto jaga Sakura" Kata Kakashi lalu berbalik arah. Naruto hanya menuntun Sakura kembali ke rumahnya. Sementara di pihak lain, tepatnya Yamato yang sedang berada di dalam gereja setempat. Berdoa atas pengampunan dosa pada sang 'Penebus' itu. Walaupun ia tahu dosanya sudah terlalu banyak. Tak lama kemudian pintu gereja yang tertutup itu terbuka dan masuklah Kakashi ke dalamnya.
"Sudah kuduga kau datang ke sini. Ten-chan..." Kata Kakashi. Yamato berdiri dari sikap berlututnya dan menghadap Kakashi.
"Kau membuat dosaku jadi bertambah rumit. Untuk apa kau menyuruhku untuk tidak datang ke pemakaman putri Yamanaka?" Kata Yamato menatap tajam menanti jawaban dari Kakashi. Kakashi sendiri jadi mengalihkan padangannya.
"Entahlah... maaf kalau begitu" Kata Kakashi yang di sambut tatapan terkejut Yamato. Namun pada akhirnya Yamato hanya diam dan berjalan keluar dari gereja itu diikuti oleh Kakashi. Sampai di luar, entah kenapa matahari pagi itu begtu silau di mata Yamato. Ia menyipitkan matanya agar tidak terlalu silau sampai matanya terbiasa dengan cahaya seperti itu.
"Kakashi-senpai... malam ini aku tidak berburu dulu. Aku ingin istirahat. Sepertinya aku kurang tidur..." Kata Yamato kemudian menguap dan merenggangkan tubuhnya sedikit. Ia menghirup udara pagi yang segar itu.
"Tenang saja..." Kata Kakashi kemudian mengusap kepala Yamato sebentar lalu pergi. Yamato hanya menatap pria itu yang mulai hilang di anatara kerumunan orang itu.
"Senpai..." Kata Yamato pelan lalu tersipu-sipu malu bila mengingat saat Kakashi mengusap kepalanya. "Yah~ mau bagaimana lagi..." Ucap Yamato di alam hatinya sendiri.
Malamnya tentu saja Yamato berada di dalam kamarnya. Rumahnya cukup besar dengan dua lantai. Kamarnya berada di lantai dua dengan jendela kamar pas menghadap ke arah jalanan. Ruangan kamar itu gelap karena sang pemiliknya tidak menyalakan lilin sebagai penerangan. (Karena zaman itu belum di temukannya bolam lampu). Yamato sejenak hanya duduk di atas ranjangnya saja sambil bersantai. Namun sejenak aura di sekitarnya berubah.
Ada sesuatu di kamar itu selain Yamato. Namun sesuatu itu bukan manusia. Yamato bangun dan mulai siaga. Diambilnya pisau perak berukiran salib di pegangannya itu dari bawah bantal untuk berjaga-jaga. Keringat dingin mulai keluar dan membasahi kening dan tangannya itu. Detang jantung itu semakin cepat bahkan Yamatopun dapat mendengar suara desahan nafasnya yang memburu itu. Tanganya kini mulai bergetar hebat. Yamato lalu bersiaga ketika mahluk itu mulai lompat keluar dari atas rak buku yang berada di kamar itu. Namun setekah mengetahui mahluk apa itu Yamato kembali tenang. Rupanya itu hanyalah seekor kucing hitam yang masuk ke dalam kamarnya. Yamato kemudian menggendong kucing itu dan membuka jendela kamarnya untuk mengeluarkannya dan meletakannya di jendela sebelum kucing itu pergi dengan sendirinya. Pernahkah kau mendengar kucing tidak akan mati bila melompat dari lantai 2 sekalipun.
"Payah! kucing itu bisa membuatku sampai ketakutan seperti itu? Payah sekali!" Kata Yamato berjalan meninggalkan jendela yang masih terbuka. Ia berjalan ke arah meja kerjanya untuk melihat lembaran kertas yang sempat berantakan akibat ulah si kucing. Namun ini adalah kesalahannya untuk membiarkan jendela itu terbuka sehingga. Mahluk yang mengintai Yamato sebenarnya dapat masuk. Yamato tidak bisa menghindar dan taring mahluk itu menancap di leher Yamato.
"Sungguh... menarik..."
TBC
Cerita ini rencananya hanya akan aku buat 2 chap atau 3 chapter
Revew ya! Maaf bila ada typo.
