DASI

Pairing: Kim Taehyung, Jeon Jungkook

And the other cast…

Genre: School Romance

Warning: BOY x BOY, TYPO BERTEBARAN

Remake from 'DASI Meanie version on FFN'

Jeonukim's Present

.

.

.

Bagian 1 "Musuh Jungkook"

Beradaptasi di tempat baru tidaklah mudah, terlebih lagi jika bahasa yang biasa digunakan berbeda dengan bahasa orang-orang di tempat baru. Itu baru masalah bahasa. Lalu bagaimana dengan budaya, kebiasaan, aturan dan lain nya?

Jungkook berpikir sangat keras untuk hal itu, semuanya.

Berawal dari dipindah tugaskan pekerjaan sang ayah dari Nottingham ke Seoul, dan tentu saja kepindahan keluarga mereka akan menjadi sangat mudah mengingat keluarga mereka memang berdarah asli Korea Selatan.

Ia masih 14 tahun saat itu.

Tapi dengan otak jeniusnya ia pasti memiliki kekhawatiran tersendiri mengenai pindah ke tempat baru. Bukan ia tak suka. Tentu saja ia suka karena neneknya di Seoul sangat baik dan sayang padanya.

Jungkook hanya merasa nyaman tinggal di Nottingham, lagi pula ia sedikit memiliki masalah dalam berbicara menggunakan bahasa Korea.

Terlepas dari keseharian sang ibu yang selalu berbicara dan mengomel menggunakan bahasa Korea, sedikit banyaknya Jungkook tau bagaimana caranya mengumpat dengan bahasa itu.

.

Jungkook bukan lah tipe orang yang gampang bergaul, Tidak, dia tidak introvert, dia hanya sedikit malas , banyak teman maka akan banyak masalah.

Pindah ke Seoul berarti ia juga akan jauh dari Vincent dan Joshua, sahabat baiknya. Mereka terlalu mengerti kebiasaan satu sama lain hingga enggan terpisahkan. Jungkook bertemu Vincent juga Joshua saat ia mendapatkan kelas akselerasinya diusia yang ke 11, dan mereka berdua lebih tua satu tahun di atas Jungkook.

Jadi anggap saja mereka baik pada Jungkook dan Jungkook menyukai berteman dengan 'Hyung nya' itu.

Saat hari pindahan tiba, Vincent menjadi sangat cengeng. Dia selalu membuat dirinya terlihat 'manly', tapi untuk kepergian Jungkook, hal itu menjadi pengecualian.

Joshua yang memang paling dewasa disana tidak secengeng Vincent, meskipun ia sangat ingin menangis mengetahui sahabat baiknya akan pindah ke luar negeri. Yang pasti mereka akan sulit bertemu setelah ini.

.

.

Kekhawatiran Jungkook sedikit banyaknya terjadi saat ia pindah ke Seoul, terlebih saat semua orang mengetahui jika ia adalah anak akselerasi. Banyak teman sekelasnya yang berbuat seenak hati padanya, mereka bilang di tempat ini yang usianya paling muda harus hormat dengan yang lebih tua, atau apapun yang menyangkut masalah usia.

Apa apaan itu? Batin Jungkook kesal.

Sungguh Jungkook benci dengan hal berbau senioritas terlebih pembullyan.

Sejak awal ia memang tidak menyetujui untuk pindah ke Seoul, tapi mau bagaimana lagi, ibunya terlalu ganas dan pandai merayu.

Masalahnya tidak hanya berhenti disitu saja, sejak kelas satu SMA ia memiliki seorang 'musuh', sebut saja begitu.

Awalnya, ia tak yakin menyebut orang itu musuh, karena Jungkook merasa tidak pernah mengganggu dan diganggu anak itu pada awalnya. Bahkan Jungkook ragu mereka saling kenal.

Namun pada semester ke dua di bangku kelas satu, Jungkook menjadi amat sangat yakin menyebut anak itu sebagai 'Musuh' nya.

Anak laki-laki itu bernama Kim Taehyung.

Taehyung selalu mencari masalah dengannya, bahkan sudah dua kali Taehyung dan Jungkook 'si anak pindahaan' ini masuk ruang bimbingan konseling karena berkelahi.

Taehyung juga selalu memanggil Jungkook dengan sebutan 'si anak pindahaan', bahkan mungkin Taehyung sangat jarang memanggil nama Jungkook.

Jungkook sendiri tidak mengerti apa sebenarnya masalah anak itu dengannya. Pernah satu kali Jungkook bertanya pada Taehyung kenapa ia selalu mengganggunya.

"Karena kau memang pantas di ganggu, jadi, terserah pada ku jika aku ingin mengganggumu." jawaban sengit nan dingin itulah yang Jungkook terima.

.

.

Namun Jungkook masih tidak yakin jika hanya itu alasannya, Taehyung itu anak yang pintar, dengan orang lain pun perilakunya baik. Hanya dengannya saja Taehyung selalu bersikap anarkis.

"Yoongi hyung, aku lelah bertengkar terus dengan si Kim itu." adu Jungkook pada Yoongi saat mereka sedang makan siang di kantin.

"Kim? Kim siapa yang kau maksud? Kim Mingyu? Kim Jaehwan? Atau Mr. Kim guru matematika kita? Ah. tapi ku rasa jika itu Mr. Kim tidak mungkin, kau kan anak emasnya." jawab Yoongi jujur, terlalu jujur memang.

Jungkook pun mempoutkan bibirnya sedikit kesal, ia paling tidak suka jika disebut sebagai anak emas Mr. Kim.

"Bukan, memang Kim siapa lagi yang sering bertengkar dengan ku hyung?"

Yoongi tidak langsung menjawab, ia memandang Jungkook dan berpikir.

"Ya Tuhan, cara berpikirmu seperti siput."

"YA SIAPA YANG KAU SEBUT SIPUT..."

Jungkook hanya tertawa melihat ekspresi kesal Yoongi yang, hyungnya itu bukannya terlihat semakin seram tapi malah sebaliknya. Yoongi memang lambat saat berpikir, begitu banyak teman yang menjulukinya 'Min-ddalpengi' karena ia lambat seperti siput.

"Ya ya ya, terserah kau saja hyung. Jadi bagaimana pendapatmu Yoonie hyung?"

Yoongi pun menyingkirkan tangan Jungkook yang sedang mencolek-colek dagunya, sungguh ia malu, terlebih lagi Jungkook memanggilnya dengan sebutan 'Yoonie', panggilan yang biasa keluar dari mulut seorang Park Jimin untuk menggodanya.

"Hentikan itu Jungkook. Atau aku tidak akan menjawab."

"Baiklah-baiklah."

"Ku rasa Taehyung tidak menyukaimu karena kau selalu mendapat peringkat pertama, dulu sejak smp aku satu sekolah dengannya. Dia itu anak paling pintar di sekolah, dan sekarang ada kau yang secara tidak langsung menggeser posisinya. Mungkin saja karena itu dia tidak menyukaimu."

Jungkook termenung memikirkannya, benar juga apa kata Yoongi. Taehyung selalu mendapatkan peringkat dua, satu tingkat dibawahnya.

Jungkook pun hanya bisa menghela nafas berat, jika itu penyebabnya ia tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak mungkin kan dia mengalah agar Taehyung mendapat peringkat satu.

"Tapi Kook, kalau masalah peringkat seharusnya dia tidak mengganggumu sampai seperti itu. Karena meurutku lagi, Taehyung itu keterlaluan jika mengganggumu hanya karena peringkat. Dia itu anak yang baik, jadi kurasa ada sebab lainnya, tapi aku tidak tau apa itu."

"Sebab lainnya?"

"Um, mungkin. Sudahlah Kook cepat habiskan makananmu, istirahat sudah mau selesai."

.

.

Hari rabu merupakan hari yang sibuk untuk Jungkook, semenjak naik kelas dua ia memutuskan untuk mengikuti ekskul basket. Meskipun begitu ia sangat jarang bermain langsung di lapangan, ia memiliki posisi sebagai manager basket sekolah mereka.

Tugas wajibnya memang hanya mengatur jadwal latihan dan bertanding tim basket mereka, tapi pada kenyataannya tak semudah itu. Selain mengatur, Jungkook juga sering kerepotan membereskan dan membawa barang-barang keperluan para pemain.

Istilah kasarnya Jungkook itu terlihat seperti pembantu, namun Jungkook sendiri tidak pernah mengeluh, ia menyukai kesibukannya itu.

Seperti saat ini, waktu sudah menunjukan pukul 6 sore dan Jungkook masih harus membereskan bola basket di ruang indor lapangan basket sekolahnya seorang diri. Bola yang banyak dan menyebar diseluruh sudut ruangan makin memperlambat pekerjaannya. Lapangan itu tidak sempit, sehingga memerlukan waktu lama untuk menjangkau bola satu dan bola lainnya. Belum lagi ia harus menyusun bola-bola itu di keranjang dan membawanya kembali ke lemari tempat penyimpanan bola.

Tanpa Jungkook sadari sepasang mata memperhatikannya sejak tadi, Jungkook terlalu lelah untuk mengetahui eksistensi seorang-laki laki yang duduk di bangku penonton paling atas.

Laki-laki itu Kim Taehyung.

"Tak ku sangka orang sepintar dirimu mau menjadi pembantu tanpa di bayar, Uh, mengenaskan sekali."

Suara itu menggema di ruangan indor yang sepi, sontak membuat Jungkook terlonjak kaget. Sejenak ia mencari sumber suara dan menemukan seseorang di sudut bangku penonton.

Memang jika tidak dilihat baik-baik, Jungkook tidak akan menyadari jika ada seseorang disana.

"Mau apa kau? Bisa kah sehari saja kau bersikap baik padaku?"

"Mengganggumu tentu saja, dan tidak." jawab orang itu singkat padat dan sinis.

Jungkook menghela nafas berat dan mencoba untuk tidak menanggapi Taehyung, Taehyung sendiri juga tidak melakukan apapun setelahnya. Yang ia lakukan hanya memperhatikan Jungkook tanpa ada niatan untuk membantu.

Namun setelah Jungkook menyelesaikan pekerjaannya dan bergegas untuk pulang, Taehyung juga ikut beranjak dari tempatnya.

.

Jungkook terus saja menekuk wajahnya, hatinya sedang kesal karena sedari tadi Taehyung mengikutinya hingga ke halte.

"Kenapa kau mengikutiku? Dasar stalker."

Bukannya menjawab Taehyung malah tertawa geli dengan tuduhan Jungkook.

"Huh, mahluk astral mengerikan." cibir Jungkook sinis.

"Aku dengar itu anak pindahan. Siapa yang kau sebut mahluk astral?"

"Bukan siapa-siapa, hanya seorang penguntit yang menyebalkan bernama Kim Taehyung."

"Hey nona, aku tidak menguntit mu asal kau tau saja. Memangnya hanya kau saja yang ingin pulang."

Jungkook mendelik karena dipanggil 'nona' oleh Taehyung, harga dirinya seperti di injak-injak. Namun sekali lagi Jungkook terlalu lelah untuk meladeni Taehyung yang menyebalkan itu.

"Kau itu sebenarnya marah padaku karena apa si? Aku tidak pernah merasa berbuat jahat padamu, kau saja yang terus memancing emosiku. Oh, apa jangan jangan Yoongi hyung benar, kau marah padaku karena aku selalu mendapatkan peringkat pertama. Kau marah karena aku merebut posisimu. Iya kan?"

Taehyung tersenyum tipis, sangat tipis, hingga Jungkook tidak hal menyadari itu.

"Hmm, ya jika menurutmu begitu."

Jungkook menoleh menatap Taehyung yang berada di sampingnya,

Oh jadi benar karena itu, batin Jungkook.

"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu berhenti menggangguku? Aku lelah sungguh."

Sekarang Taehyung menoleh menatap Jungkook hingga ia bisa melihat mata Jungkook yang tajam namun lembut disaat yang bersamaan.

"Tidak ada." jawab Taehyung singkat.

Jungkook mengernyitkan dahinya bingung,

"Maksudnya?"

"Tidak ada, jangan lakukan apa pun."

"Lalu aku harus membiarkanmu menggangguku, begitu? Oh tidak terimakasih. Sekarang katakan apa mau mu dan berhenti menggangguku?"

"Yang aku mau hanya mengganggumu, karena itu sangat menyenangkan."

"Sampai kapan?"

"Sampai kapan pun aku mau."

"Huh, terserah. Aku membencimu."

Tak lama bus pun datang. Namun sebelum Jungkook benar-benar melangkah pergi, tangan Taehyung menahannya.

"Tunggu, aku lupa sesuatu."

"Apa? Cepatlah bus ini bukan taksi."

Taehyung pun mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam tasnya.

"Tadi sore Mr. Kim menitipkan kue ini padaku, beliau bilang kau membantunya sejak siang dan belum makan apa-apa."

Jungkook meraih bungkusan itu.

"Jadi itu sebabnya kau ada di ruang indor basket? Ya sudah terimakasih."

Tanpa basa basi Jungkook naik ke dalam bus, namun ia berbalik sejenak menyadari sesuatu.

"Kau tidak naik?"

"Satu bus denganmu? Oh tentu saja tidak, aku naik taksi saja. Oya, tadi karena aku juga lapar, kue itu aku makan sebagian. Jadi setengahnya lagi buatmu ya. Da…."

Taehyung pun melambaikan tangannya pada Jungkook.

"Dasar mahluk astral tidak berguna. AKU MEMBENCIMU!"

"Aku juga~~

Hati hati di jalan~~

Semoga tidak ada yang merampokmu ya..."

Tatapan membunuh Jungkook masih saja tertuju pada Taehyung meskipun pintu bus sudah tertutup, dan bus telah berjalan. Taehyung hanya tersenyum manis dan masih melambaikan tangannya.