Youngjae memasukkan buku pelajaran yang akan dibawanya ke sekolah. ia berdiri di depan cermin sebentar, memastikan dirinya sudah rapi sebelum keluar dari kamarnya.

"Daehyun ah, apa sarapannya sudah siap?" Youngjae duduk di ruang tengah sambil memainkan PS nya.

"sebentar la aakkhh..." terdengar suara teriakan seseorang yang dipanggil barusan dari dapur.

"Daehyun ah, wae?" Youngjae langsung lari ke arah sumber suara. Dia sangat terkejut melihat wajah Daehyun yang kesakitan sambil memegangi tangan kanannya.

"ani, hanya terkena air panas"

"oteokhe?" Youngjae panik memegangi tangan Daehyun. "tahan sebentar" lalu dia berlari ke kamar untuk mengambil obat.

Daehyun hanya diam dan sesekali meringis ketika Youngjae mengoleskan salep di tangannya sampai...

"Youngjae ah, aku tidak apa-apa. Sebentar lagi juga sembuh" Daehyun merasakan air mata jatuh ditangannya.

Daehyun mendesah 'selalu saja seperti ini'

Begitulah Youngjae, dia selalu menangis melihat Daehyun terluka meskipun sedikit. Membuat Daehyun menjadi tidak enak.

"mianhae, harusnya aku bisa menyiapkan sarapanku sendiri" Youngjae menatap sendu Daehyun.

"kau selalu membesar-besarkan hal yang kecil, Youngjae ah. aku tidak suka itu" Daehyun tentu saja tidak suka melihat kekasihnya selalu merasa bersalah bahkan ketika itu adalah kesalahan Daehyun sendiri. "jangan menatapku sebelum kau tersenyum" Daehyun menolehkan wajahnya kesamping. Ia tahu Youngjae sangat tidak suka Daehyun mengalihkan pandangan darinya.

Youngjae dengan susah payah tersenyum, demi melihat wajah Daehyun.

'selalu saja seperti ini'. lagi. Ya, memang selalu berakhir seperti ini.

"kau tampan dae"

"ne, aku masih tampan bukan? Makanya kau tidak perlu bersedih"

Kini Youngjae tersenyum lebar.

"aku akan menyiapkan sarapan" Youngjae sudah melesat ke dapur sebelum Daehyun sempat mencegahnya. 15 menit kemudian, Youngjae kembali.

Daehyun me-WoW melihat hasil karya Youngjae yang kini sudah dihadapannya. Ia baru tahu kalau Youngjae, kekasihnya, bisa memasak.

"aakkhh.." Daehyun begitu excited ingin segera mencicipi hingga lupa jika tangannya sedang sakit.

"gwencana?" Daehyun mengangguk.

Youngjae berdiri lalu duduk dipangkuan Daehyun. Daehyun yang sudah sangat terbiasa dengan ini pun hanya pasrah. Terbiasa? Yahh Youngjae sangat senang duduk dipangkuan Daehyun. kapanpun ia melihat paha Daehyun menganggur(?), ia tidak akan melewatkan untuk duduk di atasnya.

Mengerti Daehyun yang tidak bisa menggunakan tangannya, Youngjae mengarahkan sendok berisi makanan ke mulut Daehyun.

"enak" komentar Daehyun.

"jinjja?" Youngjae tidak percaya.

"seriously, ini enak sekali" Daehyun mengangguk mantap

Melihat keseriusan ucapan Daehyun, Youngjae mengecup pipinya. "kau tampan"

Youngjae menyuapkan makanannya secara bergantian. Sekali ke mulut Daehyun, sekali ke mulutnya sendiri, setelah itu ke mulut Daehyun lagi, setelah itu ke mulutnya sendiri. Satu sendok untuk berdua? toh mereka adalah sepasang kekasih, jika ada saliva yang tercampur, tidak apa-apa bukan?

Daehyun menghempaskan tubuhnya di sofa. Dia terlalu malas hanya untuk sekedar berjalan menuju kamar, kantuk yang menyerangnya sudah tidak tertahan lagi. Kepanitiaan di kampus yang membuatnya tidak tidur selama 2 hari baru saja selesai.

"Daehyun ah~~" Youngjae berlari dari kamar

"hmm, kau sudah pulang?" jawab Daehyun tanpa membuka matanya.

"ne, aku tidak menghadiri bimbel malam ini, aku ingin bolos sekali-kali hehe" jawab Youngjae sambil memamerkan gigi putihnya. Berhubung Youngjae masih pelajar SMA, maka dia harus mengikuti bimbel sampai malam.

"Daehyuna?" tidak mendapat respon, Youngjae menepuk-nepuk pipi Daehyun.

Terlihat sekali kalau Daehyun sangat kelelahan, akhirnya Youngjae melepaskan kaus kaki dan jaket kekasihnya. lalu menyuruhnya pindah ke kamar. Daehyun pun berjalan gontai menuju kamar dan ambruk di kasur.

Banyak hal yang bisa dilakukan Youngjae di dunia ini, tapi yang paling menyenangkan baginya hanya satu, memandangi wajah tampan Daehyun. bahkan wajah Daehyun yang sedang kusut seperti malam ini pun tidak menghalangi untuk tetap mengaguminya.

Youngjae mulai memindahkan tubuhnya ke atas tubuh Daehyun dan menindihnya untuk melihat wajah tampan yang selalu membuatnya tersenyum. Ia begitu sangat menikmati pemandangan didepannya. 'kau sangat tampan'

Tidak lama Daehyun menggeliat dan sedikit mendorong tubuh Youngjae.

"nngghh.. menyingkirlah, kau sangat berat" mata Daehyun masih terpejam.

Youngjae sangat terkejut mendengar pernyataan Daehyun yang tiba-tiba. Ia segera menggeser tubuhnya ke samping. Raut muka sedih terukir di wajahnya.

"mianhae" dia lalu tidur membelakangi Daehyun.

"kau yang memindahkanku ke kamar?" tanya Daehyun ditengah sarapan.

"ani, kau pindah sendiri. Kau tidak menyadarinya?"

Daehyun menggeleng. Yang ia ingat terakhir kali adalah pintu apartemen dan sofa. Setelah itu ia tidak ingat lagi apa yang terjadi.

'dia bahkan berjalan dalam keadaan tidak sadar, ia pasti juga tidak ingat apa yang ia katakan padaku tadi malam'

"wae, Youngjae ah?"

Youngjae tersadar dari lamunannya. "ani"

"tumben sekali kau mau duduk dikursimu sendiri" sindir Daehyun.

Youngjae tersenyum kecut. Tentu saja perkataannya tadi malam yang menjadikan Youngjae tidak ingin duduk diatas paha Daehyun.

sudah seminggu ini Daehyun selalu makan malam sendirian. Ia pun merasa kesepian tidak ada Youngjae yang duduk dipangkuannya sambil menyuapinya. Daehyun menekan tombol speed dial di ponselnya.

Tuuut...tuuut...

"Youngjae ah, malam ini kau makan diluar lagi?"

"ne, kau makan sendiri saja. sebentar lagi aku pulang"

Klik.

Sambungan terputus.

Ia pun melanjutkan makannya dengan malas.

Beberapa menit kemudian, ada panggilan diponselnya. Dari Youngjae.

"ne, sayang?"

"aku bukan sayangmu!"

"Himchanie? Wae?"

"cepat datang ke sekolah, Youngjae pingsan"

MWO? Daehyun meninggalkan ponselnya yang masih tersambung di meja. Mengambil jaket dan kunci mobil, lalu pergi keluar apartemen tanpa mengganti celana pendek selutut yang dipakainya.