Disclaimer : Semua karakter disini milik Tuhan YME, author cuma pinjem nama

Rate : T

Genre : Romance, Humor

Warning : BL, YAOI, Typos, cerita pasaran, OOC (mungkin ), mohon dengan sangat sebelum membaca dibaca dulu bagian warning ini, tidak menerima bash kecuali kritik membangun, so please

DON'T LIKE DON'T READ

CAST : Jung Yunho, Kim Jaejoong

Cast lain menyusul

.

Note : Fanfiction ini murni hasil karya saya selaku author, saya tidak rela dan tidak ikhlas jika hasil karya saya ini di plagiatkan oleh orang - orang yang tak bertanggung jawab, dalam bentuk apapun!

.

.

Anneyong,

Saya datang dengan fic baru lagi (?), oh no...disaat saya sibuk mengetik kelanjutan ff yang lain, tiba-tiba ide ini muncul begitu saja. Daripada nanti idenya menghilang, jadi saya memutuskan untuk langsung mengetiknya saja, dan jadilah ff gaje ini. Untuk lanjutan ff saya yang lain, saya mohon bersabar ne, karena masih dalam proses pengetikan. Jeongmal gomawo atas perhatiannya dan review dari chingu & saengideul semua masih saya tunggu selalu...*bow

Happy reading^^

.

.

SUMMARY

Jung Yunho terpaksa menyandera Kim Jaejoong, namja cantik dan manja anak pengusaha terkaya di Seoul. Bagaimana Jung Yunho menghadapi tingkah manja Kim Jaejoong saat ia menjadi tawanannya?

.

.

.

.

LOVE ME?

.

.

.

.

"Maaf hanya jalan operasilah yang bisa menyelamatkan ibu anda Tuan Jung"

"Hhhh...arasso uisanim, kapan operasi akan dilaksanakan?"

"Secepatnya, sembari menunggu ibu anda kondisinya stabil, operasi akan segera dilaksanakan"

"Kira-kira kapan waktunya"

"Seminggu lagi"

"Arraso, saya akan segera menyiapkan biayanya, gomawo uisanim"

.

.

Namja bersorot mata tajam itu tampak hilir mudik frustasi seperti orang kebingungan disebuah taman tidak jauh dari rumah sakit tempat sang umma terbaring lemah. Penyakit komplikasi Jantung yang mengharuskan sang ibunda menjalani operasi dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit membuatnya seperti orang gila sekarang ini.

Tentu saja pekerjaannya yang tidak tetap sehari-harinya yang hanyalah pekerja kasar, pagi hari ia mengantar koran kerumah-rumah pelanggan setelahnya ia langsung ke pasar tradisional dan menjadi buruh kasar hingga hari menjelang sore. tentu saja pendapatannya hanya pas-pasan untuk biaya makan berdua saja dengan ummanya.

"2 juta won, kemana aku mencarinya" Gumam bibir yang berbentuk hati itu putus asa.

Jung Yunho, 30 tahun, mungkin ia adalah salah satu dari sekian banyak makhluk yang kurang beruntung. Tidak mengecap pendidikan yang maksimal sedari kecil dikarenakan ummanya yang hidup sebatang kara tak sanggup membiayai pendidikannya, sehingga ia harus puas mengecap pendidikan hanya sebatas SD saja.

Dan kini permasalahan hidup seakan tak henti menghampirinya, ia harus mencari sejumlah besar uang dengan waktu kurang seminggu untuk menyelamatkan nyawa sang bunda. Diremasnya kasar rambutnya yang tumbuh sedikit panjang karena tidak terurus. Bisa mandi satu kali sehari saja ia sudah bersyukur. Berkali-kali sang umma menyuruhnya untuk mencari pendamping hidup, namun alasan ekonomilah yang membuatnya tak ada niat untuk menjalin hubungan yang serius dengan lawan jenis. Menurutnya yeoja itu akan merepotkannya saja, terlebih anak-anak, ia bukan tipe penyuka anak-anak.

Krruukkk...kruuukkk

Suara perut laparnya seakan mengganggu konsentrasinya saat itu. Ia memang belum makan sejak semalam, mengingat ia harus berhemat untuk membeli obat-obatan ummanya. Dikeluarkannya dompet usangnya dari balik kantong belakang jeans kumalnya, entah sudah berapa minggu jeans tersebut tidak dicuci. Semenjak ummanya 'menginap' dirumah sakit, ia tak sempat mengurus dirinya sendiri.

Diarahkan langkahnya menuju sebuah warung makan pinggir jalan, berharap hanya menghabiskan beberapa won saja, sesudahnya ia akan berpuasa sampai besok siang. Warung makan sederhana itu terletak diseberang sebuah sekolah elit, sangat kontras memang, karena lingkungan disana tidak jauh dari rumah sakit tempat ummanya berada adalah lingkungan perkantoran dan pertokoan. Para pegawai rendahan biasanya memilih mengunjungi warung makan sederhana ini tempat mereka bersantap siang.

Untunglah saat itu warung tersebut tidak terlalu ramai, karena waktu sudah menunjukkan pukul 3 siang waktu Seoul, terang saja waktu makan siang sudah lewat sehingga warung itu sudah terlihat lengang, mungkin sebentar lagi pemiliknya akan menutup warung tersebut.

Jung Yunho tengah asyik menikmati makan siangnya dengan pikiran yang masih kalut akan kebutuhan uang yang lumayan besar itu. Tak sengaja ia melihat sesosok berseragam SMA yang berdiri didepan gerbang sekolahnya. Sosok yang dapat dipastikan seorang namja itu, karena memakai seragam sekolah celana panjang lengkap dengan jas dan dasinya. Sosok yang terlihat oleh mata musang dari kejauhan itu tampak tengah gusar seperti menunggu sesuatu, atau seseorang? dari kejauhan Yunho melihat bocah namja yang terlihat cantik (?) itu sesekali menggigiti kuku jarinya, kemudian menghentak-hentakan kakinya. Sepertinya sosok cantik itu tengah kesal.

.

.

Setelah membayar makanannya Jung Yunho bergegas keluar dari warung itu. Pemilik warung itupun tak lama setelah Yunho berlalu mereka langsung menutup warungnya. Keadaan disekitar sanapun menjadi sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang lalu lalang, karena pegawai kantor dan pertokoan kembali kerutinitas mereka, bekerja.

Jung Yunho memilih duduk kembali di taman yang tak jauh dari sekolah tempat ia melihat siswa tadi yang tengah gusar didepan gerbang sekolah. Dinyalakannya sebatang rokok sambil masih mengamati gerak-gerik siswa cantik itu. Jaraknya dengan tempat namja cantik itu berada tidaklah terlalu jauh, hanya dipisahkan oleh sebuat jalan besar saja. Dari tempatnya duduk, dengan jelas ia dapat melihat jika sicantik diseberang sana telah berulang kali melirik jam dipergelangan tangannya yang ditutupi lengan jasnya yang panjang. Jung Yunho bertaruh jika dibalik jas tersebut namja itu pasti memiliki kulit yang sangat putih, dilihat dari kulit wajahnya saja yang tampak pucat.

"Yeoppo" Gumam Yunho dari seberang sana sembari menghisap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskan asapnya keudara. Senyum tipis dibibirnya tatkala melihat sosok cantik itu mengerucutkan bibirnya setelah melirik jam tangannya untuk yang kesekian kali. Jung Yunho merasa tersedot dalam dunianya sendiri saat menatap sosok yang 'indah' menurutnya itu. Hidung yang mancung, bibir merah penuh, kulit putih mulus, rambut kekuningan dibiarkan tumbuh melewati telinganya. Andai saja ia tak memakai seragam namja, pasti semua yang melihatnya akan menyangka ia seorang yeoja.

"Hhhh...bisa-bisanya aku melamun memikirkan hal lain, umma tak bisa menungguku...ottokhe" Yunho yang tersentak dari pikirannya yang menerawang karena mengagumi sosok yang berada tak jauh darinya itu.

'Dilihat dari gaya dan gerak-geriknya, ia pasti anak orang kaya, umm...kaya? sudah pasti banyak uang, dan aku memerlukan uang...' Batin Yunho sembari memperhatikan secara intens sosok cantik yang kini tengah menggigiti kuku jarinya.

'Apa aku harus...aahhhh' Sebelah tangannya menjambak rambut kusutnya dengan kasar, sepertinya Yunho tengah memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan ummanya dan sicantik diseberang sana.

"Apa peduliku, toh mereka juga orang kaya, setelah uang diberikan, akan kukembalikan anak mereka"

Setelah bergumam demikian, Jung Yunho bangkit, diinjaknya sisa rokok yang sudah setengah dihisapnya tadi untuk mematikan apinya, lalu dengan langkah mantap dirahkan kakinya menuju tempat sicantik yang tengah gusar menunggu jemputannya yang tak kunjung datang.

.

.

"Hhhh...Han ahjussi awas saja, akan Joongie adukan kepada appa Joongie nanti. Mana ponsel mati lagi, huh" Rutuk bibir merah itu sembari mengerucutkan benda merah tersebut.

Tampaknya sicantik sudah bosan menunggu sejak tadi. Sudah hampir 2 jam ia menunggu supir keluarganya yang tak kunjung tiba untuk menjemputnya. Mengapa ia tidak menyetir mobil sendiri? Tentu saja karena sifatnya yang manja yang biasa selalu dilayani, membuatnya malas untuk menyetir sendiri kesekolah.

Dihentak-hentakkan kaki kurusnya tanda ia sangat kesal. Peluh mulai bercucuran didahinya. Hari mulai beranjak sore, sicantik itupun tak menyadari jika bahaya sedang mengintainya. Ia tak menyadari jika sesosok pria tinggi dengan rambutnya yang sedikit gondrong yang wajahnya kurang jelas karena ditutupi topi tengah menuju kearahnya. Perhatian sicantik dari tadi hanyalah hamparan jalan besar dan mobil-mobil yang lalu lalang.

Sreetttt

"Jangan bergerak, jangan bersuara, kalau ingin selamat ikuti perintahku adik kecil"

"Hmmpphh...nu-nuguseo, mmppffh..."

Tanpa diduga sebelumnya seorang telah membekap mulutnya dan membisikkan nada ancaman, tentu saja membuat namja tersebut ketakutan. Ia meronta-ronta saat orang tersebut menutup mulutnya dengan telapak tangannya yang besar, sedang tubuhnya terkunci karena orang tersebut telah menahan kedua tangannya.

'Diam kataku!" Bentak orang tak dikenal itu. Seketika siswa SMA itu mengangguk patuh karena takut. Ia menghentikan gerakan tubuhnya dan suaranya, baru namja yang ternyata adalah Jung Yunho itu menurunkan telapak tangannya dari mulut sicantik yang badannya gemetar karena takut.

"Ah-jussi si-apa?" Suara halus itu terdengar pelan hampir tak tertangkap ditelinga Yunho saat itu.

"Kau ikuti saja perintahku, berlakulah wajar saja, atau kau akan menyesal, mengerti?" Ancam Yunho mencoba membuat suaranya seseram mungkin.

"N-ne ahjusii, t-tapi j-jangan sakiti Joongie eoh, hiks..." Bibir merah itu mulai terisak.

"Aku tak akan menyakitimu jika menurut, kajjja"

"Ahjussi mau bawa Joongie kemana, hiks..."

"Ikut saja, dan berhenti menangis!"

Tangan besar Yunho menarik pergelangan anak SMA itu kepinggir jalan dan menyetop sebuah taksi. Kemudian taksipun melaju meninggalkan lokasi tempat Yunho 'menculik' sicantik berseragam SMA tadi.

Tak sampai 5 menit setelah taksi yang membawa Yunho berlalu, sebuah mobil mewah berhenti didepan gerbang sekolah. Turun lelaki paruh baya tergopoh-gopoh dari dalam mobil dan kelihatan bingung karena objek tujuannya tak berada ditempat biasa ia menunggu. Dengan wajah yang kebingungan ahjussi itu masuk kedalam sekolah, mungkin untuk mencari keberadaan majikannya.

.

.

"Berhenti didepan sana Ahjussi"

"Ne baiklah"

"Kajja kita turun"

Setelah tiba disebuah apartemen yang sangat sederhana, bahkan bisa dibilang kumuh, Yunho menarik paksa lengan kurus namja yang ternyata bername tag Kim Jaejoong dibaju seragamnya itu. Segera diseretnya tubuh kurus itu agar tidak menimbulkan kecurigaan bagi sisupir taksi. Kim Jaejoong yang mengikuti langkah lebar Yunho sedikit terseok-seok lantaran ia juga harus menyeret tas sekolahnya yang lumayan berat. Hingga tibalah mereka didepan tangga sebuah apartemen.

"Ahjussi, dimana ini? mengapa mengajak Joongie kesini? Joongie tidak kenal Ahjussi, hiks..."

"Ini apartemenku, kajja!"

"Andwae, shireeo! Joongie mau pulang saja, hikss..."

Dan wajah pucat itupun semakin pucat saat melihat keadaan apartemen tersebut yang tampak kumuh. Tangga dihadapannya sangatlah kotor, banyak sampah berserakan serta dinding yang dipenuhi coretan. Dan sepertinya pikirannya sedikit terbuka, dengan penuh keberanian pemilik mata doe hitam itupun bersiap berbalik dan mengambil langkah seribu, membuat mata musang yang sudah berada beberapa tangga diatas mendelik kaget dan langsung berinisiatif mengejar target sanderanya.

Brugghh

"Awww! appo hikss...ummaa, tolong Joongie ummaa, hueee...hiks"

"Yah, sudah kubilang kau menurut saja, percuma melarikan diri"

"Appo, hiks..."

"Sudah, mari kulihat bagian mana yang sakit, ayo berikan kakimu, dasar manja..."

"Appo, hiks..."

Tangisan keras ketika namja cantik terjatuh disaat akan berlari ia tak melihat sebuah batu didepannya sehingga ia tersandung dan membuat celana panjangnya robek hingga dengkulnya berdarah. Tidak itu saja, sepertinya pergelangan kakinya juga terkilir. Yunhopun terpaksa memeriksa keadaannya.

"Kau bisa berjalan?"

"Aniya, appo...jeongmal appoyo, Joongie tidak bohong"

"Ya sudah, kalau begitu naiklah kepunggungku"

'...'

"Kajja! atau kau ingin berjalan sendiri hah?"

"Arraseo"

Akhirnya Jaejoong sicantik itu mau juga naik kepunggung Yunho setelah sebelumnya tampak ragu melihat keadaan namja yang sangat kumal itu. Tak terbayang jika dirinya akan menempel dipunggung namja yang sedari tadi dipanggilnya ahjussi itu.

Tanpa kesusahan Yunho menaiki satu persatu anak tangga dengan beban yang dibawa dipunggungnya. Dalam hatinya ia sangat heran, apa yang dimakan anak itu sehingga membuatnya sedemikian ringan. Padahal orang kaya kan bisa makan apa saja yang mereka mau, batinnya. Sesekali hidungnya menyesap harum bedak bayi dari tubuh yang berada dipunggungnya itu. Nyaman, itulah yang dirasakannya, uang telah membuatnya tega menyandera makhluk polos itu. Namun keterpaksaanlah yang membuatnya melakukan hal nista tersebut.

"Ahjussi..." Suara halus itu kembali membuyarkan pikirannya.

"Ne"

"Sudah berapa hari ahjussi tidak mandi?"

'...'

"Ahjussi bau asem, hihihi..."

"Yah kau ini!"

Brakkk!

"Aww, appo...kenapa ahjussi melempar Jongie...hiks"

"Jalan sendiri! tak sudi lagi aku menggendongmu!"

"Ihh ahjussi kejam sekali, hiks..."

Tubuh kurus itu terduduk dengan tidak elitnya saat tanpa diduganya sang penyanderanya melepaskan begitu saja ia dari punggung tempatnya bertengger barusan. Dengan santai Yunho melenggang melangkah sendirian dengan bibirnya yang komat-kamit karena kesal dengan kejujuran si tawanan cantiknya. Sungguh berbanding terbalik, disaat ia mengagumi keharuman aroma tubuhnya, eh bocah itu malah menghina aroma tubuhnya.

"Hmmppff...memang bau" Tak sadar bibir hati itu pun mengeluhkan hal serupa saat dengan sengaja ia mengangkat kedua ketiaknya dan mencium aromanya. Tak heran, sejak kemarin ia belum mandi.

.

.

"Ahjussi, mengapa Joongie dibawa kesini?"

"Karena kau akan kumanfaatkan"

"Dimanfaatkan? untuk apa memangnya?"

"Aku akan meminta tebusan dengan orang tuamu!"

"Umm...berarti Joongie jadi sandera eoh? seperti di film-film itu?"

"Ne"

"Wow keren..."

"Yah kau ini, menjadi sandera apanya yang keren?"

"Karena Joongie nantinya akan diselamatkan oleh polisi tampan, hihihi"

"Aisshh anak ini..."

Yunho sangat frustasi mendengar ucapan polos sang bocah yang bisa ditebak umurnya tak lebih dari 17 tahun. Saat ini mereka telah berada diruang depan apartemennya yang sangat berantakan itu. Terlihat dari gaya bicara yang masih polos, anak ini pasti tak pernah bergaul diluaran. Waktunya pasti dihabiskannya hanya didalam rumahnya saja. terlihat dari kulitnya yang putih pucat. Tak henti ia mengagumi sosok yang menurutnya sangat sempurna itu, terlebih lagi kedua big doe eyes itu yang sedari tadi menyedot perhatiannya.

"Ahjussi , mengapa menatap Joongie seperti itu?"

"Eh, a-aniya...soalnya kau itu aneh!" Jawab Yunho asal.

"Aneh? joongie aneh?"

"Ne"

Dan bibir merah itupun mengerucut mendengar jawaban sang ahjusi penyanderanya barusan. Yunho yang melihat bibir menggoda itu hanya bisa menelan salivanya. Dalam hati ia berdoa agar tidak tergoda untuk menyerang benda menggemaskan tersebut.

"Ahjussi..."

"Ne, apalagi bocah?" Jawab Yunho kesal.

"Joongie mau pipis...tidak tahan" Ujar sicantik itu dengan tatapan puppy eyesnya, sepertinya ia memang sudah tak tahan lagi, terbukti dengan caranya berdiri yang tidak sempurna, kedua paha menjepit benda diselangkangannya.

"Yah, kau membuat kesal saja! tak ada air! terserah kau mau buang air dimana saja!"

Yunho tampaknya sudah tak sabar lagi menghadapi tingkah rewel sanderanya itu. Kali ini tak dihiraukannya rengekan manja sicantik yang ingin melepaskan hajatnya, sampai...

Cuurrrrr~

"YAH MENGAPA KAU SEENAKNYA BUANG AIR DISANA? AHHHHH"

.

.

.

.

End? Delete? Keep or TBC?

Review ne...gomawo

twitt: Peya_ok