Saya Author Baru Klo ada Kesalahan Dalm Kata Saya Minta Maaf
Salamat Menikmati
Awakening
Chapter 1
Tokyo, Jepang. Di sebuah SMA.
"Tolong hentikan… Tolong"
Seorang Anak remaja tertelungkup di tanah.
"Udah bilangin kemarin lu mesti bawain gue duit. Beraninya lo gak ngikutin perintah gue. Rasain nih."
Anak laki-laki yang lebih tinggi dari kelompok mereka menendang perut remaja tersebut. Anak itu langsung muntah sambil menangis kesakitan.
"Lu bikin gue jijik."
Anak lain dengan anting-anting di telinga kirinya meludahi remaja tersebut kemudian melangkah ke samping. Anak lain yang mengenakan kemeja merah terus memukulinya tanpa henti.
" Terjadi lagi, bukankah dia terlalu berlebihan?"
"Sepertinya begitu."
"Itu sudah cukup, Kidomaru. Atau apakah kamu ingin pergi ke pusat penahanan remaja lagi?"
Anak dengan kemeja merah ragu-ragu lalu berhenti.
"Lu musti inget, kalo lu gak bawain gue duit besok gue bakal lebih nyiksa lu besok."
"Anak ini pura-pura pingsan lagi. Yuk cabut ke game center."
"Gue gak ikut. Gue masih ada kelas."
"Jangan sok rajin deh. Lu pasti sebenernya cuma mau liat guru les baru, bener gak? Kaya gak tau aja guru baru ntu punya dada gede ama muka cakep. Kita musti dapet kesempatan buat main ama dia nanti."
"Ya bener."
Suasana kembali tenang. Ketiga anak laki-laki tersebut meninggalkan remaja yang tergeletak di tanah seakan tidak ada yang terjadi.
Setelah beberapa saat, ia perlahan-lahan bangkit. Dia mengambil tisu untuk menyeka darah pada wajah dan bajunya. Kemudian mengambil tas dan perlahan masuk ke terus menunduk saat ia memasuki ruangan untuk menyembunyikan memar nya. Begitu duduk, seseorang menyentuh bahunya dari belakang. Dia adalah Rock Lee.
"Kelompok Kidomaru memukulmu lagi?"
"Tidak, aku tidak sengaja jatuh."
"Berhenti berbohong. Gue bisa liat dari wajah lu. Untungnya aku bayar uang perlindungan beberapa hari yang lalu. Kalau nggak, mungkin nasib gue bakal sama kayak lu."
"Lu tau gak Tayuya dari kelas 3?"
Lee tiba-tiba mengganti topik dan berkata dengan suara rendah.
"Bukankah dia gadis tercantik di kelas 3?"
"Bener. Gue pikir dia cuma nyebelin. Gue liat dia di jalan kemaren gandengan tangan ama om-om. Lu tau gak mereka kemana?"
Naruto jadi penasaran.
"Gue ngikutin mereka di belakang dan gue liat dengan mata kepala gue sendiri mereka masuk hotel cinta. Gak nyangka kan? Cewek ntu bisanya menyendiri di pojok, gak ada yang nyangka sebenernya dia pelacur. Gue jadi pengen ngelakuin itu ama dia!"
Naruto terkejut tapi dalam pikirannya saat ini adalah bagaimana cara mendapatkan uang untuk besok. Hal itu membuat mood nya buruk. Naruto merasa iri saat ia menatap Lee. Keluarga Lee bisa dibilang kaya jadi dia tidak masalah dengan membayar biaya perlindungan.
Baginya, ia hanya mendapatkan sedikit uang saku setiap bulan. Game baru pun akan membutuhkan waktu lama dalam menabung untuk membelinya. Memikirkan hal ini, ia jadi frustasi dan menyalahkan orang tuanya bercerai.
(Jika adik jelek ku meninggal, mungkin uang saku ku akan bertambah dua kali lipat.)
Dia segera menggeleng membuang pukiran negatif tersebut.
"Kenapa lu, kok geleng ?"
"Uh. Tidak, aku hanya merasa sedikit sakit kepala."
Bel sekolah berbunyi. Para siswa mengambil buku mereka dan ruangan kembali tenang.
"Selamat pagi murid-murid."
Guru perempuan tersenyum.
"Selamat pagi, Nona Tsunade."
Wanita cantik tersebut adalah guru mereka. Meskipun dia mengajar disini belum lama, dikelas dia sudah begitu populer.
(Ini adalah wanita yang Kidomaru berniat untuk "main" dengannya ?)
Dia ingat percakapan mereka.
(Aku penasaran terlihat seperti apa ketika dia telanjang?)
Naruto bersemangat sambil memandangi tubuh guru nya.
(Tapi dia adalah wanita yang di incar Kidomaru, aku tidak akan punya kesempatan sama sekali.)
"Naruto kun, apa yang salah? Apakah kamu tidak merasa baik?"
"Aku …"
Naruto berdiri panik ketika namanya tiba-tiba disebut. Nona Tsunade melihat sesuatu yang salah dengannya sejak masuk kelas. Dia terus menunduk dan tidak terlihat bersemangat.
"Wajahmu memiliki memar. Apa yang terjadi?"
"Aku … aku tidak sengaja jatuh."
"Lain kali hati-hati. Apakah kamu ingin pergi ke rumah sakit?"
"Tidak … Tidak perlu."
"Yakin?"
"Sangat yakin. Terima kasih sensei."
Kata terakhir yang ia ucapkan tulus. Selain ibunya, kebanyakan orang tidak ada yang peduli. Ia menyesal memikirkan sesuatu yang cabul tentang Nona Tsunade.
Tidak terasa waktu sudah siang. Para siswa mengambil bento mereka masing-masing. Naruto menunggu cukup lama sampai adiknya yang kutu buku muncul.
"Kau akhirnya datang. Lu tau gak udah berapa lama gue tunggu."
Naruto berjalan sambil menekan kemarahannya karena kelaparan.
"Siapa suruh nungguin?."
Uzumaki Naruko mengatakan dengan nada acuh tak acuh.
"Kau …"
Dia meraih bento dari tangannya dengan marah kemudian berjalan kembali ke tempat duduknya.
"Sepertinya adikmu perlu untuk di kamu ingin aku mencobanya?"
Lee berkata dengan nada aneh. Naruto yang tidak asing dengan AV (Adult Video) tahu apa yang ia dimaksud dengan disiplin.
"Tidak, terima kasih."
Dia menjawab dengan nada acuh tak acuh yang sama seperti adiknya.
(Meskipun aku tidak suka gadis yang jelek, tapi dia tetaplah adikku.)
"Kasihan."
Kepalanya nerasa dalam kekacauan selama sisa pelajaran. Dia tidak bisa memikirkan hal lain selain mendapatkan uang untuk besok.
(Sepertinya aku harus menggunakan trik terakhir ku.)
Dan untuk menghindari bully. Naruto mengambil seminggu cuti karena sakit. Hal yang terjadi setelah seminggu, hanya waktu yang akan menjawab.
Meskipun ia mencoba untuk tidak memikirkan sekolah. Akhir minggu sudah semakin dekat, besok adalah hari terakhir, dia tidak lagi memiliki kesempatan untuk membeli game. Setelah memikirkan hal itu, malah membuatnya semakin jengkel. Dia berjalan keluar dari rumahnya untuk memperbaiki mood.
Dia masih tidak tahu ke mana ia harus pergi. Saat ia berjalan tanpa berpikir. Pada akhirnya, ia pergi ke game center yang sering ia kunjungi. Naruto bermain dari siang sampai malam berusaha melupakan masalahnya.
Dalam perjalanan pulang, ia melihat seorang wanita tua mendaki bukit dengan -tiba, sebuah ide muncul di berdetak lebih cepat dan lebih cepat saat dia menatap wanita tua itu sendirian dan jalan sepi.
(Setelah berhasil, aku akan punya cukup uang untuk membayar uang perlindungan dan mungkin punya sisa untuk membeli model Gundam terbaru.)
Dia tersenyum menjijikan. Setelah memantapkan tekadnya, dia berlari ke arah wanita tua itu.
Ketika dia hanya berjarak 2 meter dari wanita tua tersebut, bayangan hitam dengan cepat melewatinya dan mencapai wanita tua dari sisi kiri.
"Ah! Tolong! Jambret! Jambret …"
Bayangan itu berlari dengan cepat saat wanita tua berteriak. Naruto sesaat terkejut menyaksikan penjambretan terjadi pada jarak dekat. Dia lupa sebelumya dia juga akan melakukan hal yang sama .
"Tangkap dia! Seseorang tolong! Anak yang disana, cepat, pergi tangkap orang itu! Cepat…"
Wanita tua tersebut melihat Naruto dan meminta bantuan.
"Aku … aku tidak …"
Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Pergi kejar dia, cepat."
Wanita tua semakin menggila. Pikiran Naruto menjadi kosong kemudian ia mengikuti kata-katanya tanpa berpikir. Sayangnya, Orang itu berhenti dan memblokir jalan. Orang itu berbalik dan mengeluarkan belati.
"Bocah, bukankah ibumu pernah bilang tidak baik untuk mencampuri urusan orang lain?"
(Apa yang ku lakukan?)
Naruto bertanya pada dirinya sendiri.
"Aku … aku tidak ada hubungannya dengan itu. Aku tidak tahu apa-apa."
"Mampus lu."
Pelaku berlari ke arah Naruto dan menusuk perutnya.
"Uh."
Naruto melihat pisau diperutnya seakan tak percaya.
"Aku … aku tidak ingin mati. Tidak, aku tidak ingin mati …"
"Ingat! Lain kali urus masalahmu sendiri di ahirat."
Pelaku mengeluarkan pisau. Darah menyembur keluar dari perutnya dan Naruto perlahan jatuh ke tanah.
Perlahan penglihatannya mulai kabur, ia tidak pernah berpikir tentang mati, bahkan ketika Kidomaru memukulinya. Dia tahu mereka tidak akan membunuhnya.
Tapi saat ini, dia menyadari bahwa dia akan mati. Akhirnya, ia tidak bisa melihat apa-apalagi.
