Fallen Angel

.

.

Sulay ; fantasi

.

Semuanya dimulai ketika para malaikat dan iblis dikumpulkan. Tuhan menyampaikan sebuah pengumuman besar. Tuhan mengumumkan tentang kehadiran makhluk baru yang lebih sempurna. Memang benar kedua makhluk itu bertengkar, malaikat maupun iblis, sama-sama tak akan pernah bisa dibilang sama. Malaikat sang cahaya, dan iblis sang api.

Namun apa yang terjadi jika keduanya diperkenalkan dengan sebuah makhluk yang terbuat dari tanah?

Respon iblis sudah diduga, seperti biasa, membangkang, tak mau mengakui manusia sebagai makhluk yang lebih sempurna di antara mereka. Semuanya sudah bisa menebak jawaban iblis, mereka akan terang-terangan menolak.

Tuhan sudah mempersiapkan itu, jika pada awalnya para iblis diperbolehkan di surga, kini mereka terusir dan berada di neraka. Iblis kesal, mereka membenci manusia yang bisa-bisanya membuat mereka menjadi terbuang, maka dari itu iblis bertekad melunturkan iman para manusia. Menjadikan mereka berlumur dosa,

Berbeda dengan iblis, para malaikat punya akal. Mereka tidak bodoh untuk langsung menolak manusia. Mereka mengajukan pertanyaan, mengapa manusia yang paling sempurna. Dan jawaban dari Tuhan membuat mereka bungkam.

Sesungguhnya Tuhan Maha Tahu segalanya.

Para malaikat pun merendahkan diri, mereka bersujud mengakui manusia lebih sempurna dibanding mereka.

.

Angel ; demon ; human

.

Keadaan berangsur membaik, para malaikat dan manusia hidup berdampingan bersama-sama. Mereka hidup rukun bertetangga dengan iblis yang hidup sengsara di neraka.

Para iblis kecewa, mereka merasa diperlakukan tidak adil oleh Tuhan, mereka diizinkan untuk menggoda kaum manusia, namun mereka tidak bisa melewati pintu surga. Tentu saja membuat tak ada kesempatan untuk mereka. Mereka merasa hidup ini terlalu penuh dengan kebaikan, hidup ini kurang seimbang.

Karena pada dasarnya, memang iblislah yang bertugas menyeimbangkan kehidupan.

.

Warn! GS ; terlalu mengkhayal ; typos ; susah dimengerti

.

Tuhan kembali mengumpulkan mereka. Manusia, malaikat, dan iblis. Mereka dikumpulkan di langit paling atas. Bukan di surga, maupun di neraka. Mereka ditunjukkan tentang sebuah tempat, di mana terdapat bola kecil berwarna kebiruan, bumi namanya. Malaikat terpana, mereka mengucapkan puja dan puji betapa hebatnya Tuhan, iblis pun terpana, namun mereka tetap menjaga agar tak mengeluarkan pujian satupun.

Sedangkan manusia hanya memberikan kerjapan polos. Manusia dapat melihat bumi, namun tak mengerti mengapa Tuhan menunjukkan mereka tempat itu. Rasa penasarannya memang tinggi. Karena dia mempunyai akal dan nafsu.

Manusia kembali melihat kedua makhluk lainnya, sesungguhnya dia lah yang paling muda di sini, dia belum tahu apa-apa.

Hanya yang terbaik yang akan bertempat tinggal di sana, dan menjadi pemilik bumi. Manusia dapat mendengar itu, dia tak merasa apapun karena ia merasa biasa saja, tidak pantas jika dibanding malaikat ataupun iblis yang sudah berpengalaman lagi kuat.

.

Xounicornxing proudly present

.

Namun memanglah kehendak Tuhan terkadang mengejutkan. Malaikat dan iblis sama-sama terkejut, apalagi manusia, kini dia menganga tak percaya. Dia lah yang menjadi pemilik bumi, pemilik planet kebiruan yang nampak indah lagi damai.

Iblis tak terima, namun mereka disadarkan dengan janji mereka akan mengganggu anak manusia. Mereka mengangguk setuju dan senang.

Sedangkan malaikat merasa tidak senang. Harusnya merekalah yang mendapatkan bumi. Bukankah selama ini mereka melakukan hal yang terbaik untuk Tuhan? Menjalankan semua perintah Tuhan, namun apa? Mereka tak mendapatkan sedikitpun balasan. Beberapa dari mereka mulai memunculkan sifat memberontak.

Manusia segera diturunkan ke bumi, bukan hanya karena memang itu untuk mereka, harusnya mereka diturunkan dengan baik-baik, namun bisikan iblis sebelum mereka ke surga yang menyuruh mereka memakan buah larangan. Mereka diturunkan, kini tak lagi dengan mudahnya hidup di bumi, namun dengan cobaan, kini antara satu manusia, dengan yang lainnya berbeda, mereka digariskan pada nasib masing-masing. Tuhan ingin melihat siapa yang bersungguh-sungguh dan siapa yang tidak.

.

Ini memang awal dari segalanya

Malaikat memberontak. Mereka mengajukan protes ke pada Tuhan, mereka tak ingin manusia dengan mudahnya memiliki bumi yang indah. Tuhan yang Maha mendengar, memberikan mereka kesempatan.

Mereka yang memberontak diturunkan ke bumi

Satu per satu sayap mereka dipatahkan, hingga pada akhirnya mereka kehilangan sayap itu ketika mencapai permukaan bumi.

Tuhan benar-benar memberikan mereka kesempatan untuk di bumi, mereka diberi kesempatan untuk menjadi makhluk yang lebih sempurna. Mereka diperbolehkan menjadi manusia.

.

Namun entah kenapa malaikat kini menjadi makhluk yang tak mau puas.

Mereka yang membangkang, memberontak, mereka yang diturunkan ke bumi memohon kepada Tuhan untuk mengembalikan sayap mereka. Mereka masih ingin menjadi malaikat, bukannya manusia yang lemah.

Tuhan mendengar keluh kesah para malaikat itu. Namun tak semudah itu mereka diangkat kembali. Bahkan manusia yang lemah pun mau-mau saja dan tak menolak ditempatkan di bumi. Mengapa mereka para malaikat yang tadinya ngotot kini mengeluh?

Oleh karena itu Tuhan memberikan mereka kesempatan untuk kembali, sekaligus memberi mereka cobaan.

Mereka boleh saja kembali ke surga, namun mereka harus kembali dengan membawa seorang manusia yang pantas ditempatkan di surga ini. Manusia yang berhati mulia. Tak peduli seburuk ataupun sebaik apa awal sikapnya, namun Tuhan ingin akhir yang baik, ia ingin manusia dengan akhir yang baik.

.

Malaikat setuju. Mereka menyanggupi perintah Tuhan, toh mereka sudah sering berhasil menjalankan tugas dari Tuhan.

Mereka bahkan tak sadar kalau iblis memiliki tugas juga di bumi, mereka melakukan hal sebaliknya, membawa manusia ke neraka.

.

.

Ada satu hal unik yang bisa kita ambil dari kisah ini, malaikat yang turun ke bumi itu memiliki julukan khusus

Mereka disebut,

Fallen Angel.

.

Bagian 1 : Awal Baru

.

"YIXING SUDAH MAMA KATAKAN UNTUK BERHENTI MENGHIDUPKAN MUSIK KERAS‼" teriakan melengking mengudara di sekitar komples perumahan elit itu. Di ujung blok paling depan, blok A, tempat perbatasan blok A dengan blok selanjutnya, suara gaduh tercipta. Entah yang kalian pikir suara gaduh itu berasal dari suara teriakan ibu-ibu yang melengking itu, ataukah suara musik yang memang bervolume keras itu.

Tanpa peduli keadaan luar, seorang gadis dengan tampang apa adanya. Acak-acakan bajunya, rambutnya, semoga saja hidupnya tidak. Kini ia masih saja mengangguk-anggukkan kepala menikmati suara musik yang mengudara. Sembari bermain game di komputernya, ia memeluk guling kesayangannya yang entah kapan terakhir dicuci. Ia tak peduli. Toh ia sayang dengan gulingnya ini, sekalipun bau liurnya sudah tercium hingga radius satu meter. Tapi Yixing masih senang, bau ini kan bau-bau kemenangan. Entah kemenangan dari mana yang dimaksud.

"Ayo! Cepat! Ah salah! Yang ini baru benar! Nah begitu! Roger roger! Disini pimpinan Zhang meminta izin untuk menembak ke titik musuh!" tidak akan ada yang paham dengan ucapan gadis remaja ini, sekalipun kita menengok ke arah komputer yang menunjukkan game perang-perangan online. Entah game perang yang mana yang dimainkannya.

Zhang Yixing namanya. Cuek, bawel, urakan, agak menyedihkan. Begitulah banyak orang menilai tentangnya. Jika diperbolehkan judge book from the cover, maka beberapa kata tadi sudah mendeskripsikan Zhang Yixing.

Jika kamu bukan orang yang menilai sesuatu dari covernya, maka tenang saja, tak perlu lama untuk mengenal Yixing, kamu akan mengeluarkan kata yang sama. Cuek, bawel, urakan, dan agak menyedihkan.

Namun lagi-lagi Yixing tidak peduli, bahkan dia tak peduli ketika sebuah suara teriakan disertai tarikan sayang pada telinganya membuatnya memekik kesakitan.

"ZHANG YIXING SUDAH MAMA KATAKAN MATIKAN MALAH BERMAIN GAME! DASAR KAMU! CEPAT MATIKAN!"

"ADUH MAMA SAKIT! MAMA LEPAS!"

"MAMA TIDAK MAU MELEPAS JEWERAN INI KALAU KAMU TIDAK MEMATIKAN MUSIKNYA DULU!"

Akhirnya dengan langkah terseok-seok karena sebagian badannya naik berkat jeweran ibunya, Yixing mematikan musik bervolume tinggi itu, menjadikan suasana hening seketika. Ibunya melepaskan jeweran itu, membuat Yixing bisa berdiri dengan benar lagi.

"Yah Mama! Lihat! Kan jadi sepi lagi!" ucap Yixing dengan polosnya merengut ke arah ibunya tanpa mempertimbangkan apakah ia akan-

"ADUH MAMA KOK AKU DIJEWER LAGI?!"

"KAMU SIH TIDAK MAU MENURUTI KATA-KATA MAMA!"

-dijewer kembali atau tidak.

.

.

.

Yixing masih merengut sembari melanjutkan game yang sempat ditundanya tadi, kembali dipeluknya guling penuh liur kesayangannya, telinganya masih memerah bekas jeweran maut dari sang ibu. Setelah sibuk berdebat dengan sang ibu, kini dia kembali mengurung diri di kamar. Yixing bahkan entah sadar atau tidak dengan seseorang lelaki yang sedari tadi duduk di kasur menatapnya datar. Atau mungkin jika sadar, maka Yixing sedang mengabaikan lelaki itu.

"Xing jie, kalau komputerku dipakai terus, maka akan panas jie!" ucap lelaki yang sedari duduk di kasur itu. Tidur siangnya terganggu ketika Yixing datang ke rumahnya yang kira satu rumah saja, walaupun berbeda blok –sudah dibilang rumah Yixing di ujung blok- sembari membawa guling kesayangannya, kemudian menggedor kamarnya dengan sadis.

"Diam Jongin, aku sedang sibuk." Suara Yixing penuh penekanan memang, namun lelaki itu hanya menatap datar Yixing, ia kembali merebahkan tubuhnya dan menyamankan posisinya. Sejenak diliriknya lagi gadis yang masih bermain game sembari memeluk guling itu, namun setelahnya, ia kembali terlelap dalam tidurnya. Masa bodoh Yixing akan merusak komputernya, gadis itu sudah pernah melakukannya berkali-kali, dan entah kapan Jongin bisa membalas perbuatan Yixing. Ingin sekali ia merusak komputer milik gadis itu, namun entah sihir dari mana, komputer Yixing susah rusak.

Yixing sendiri menamatkan gamenya tanpa sadar hari sudah berganti menjadi petang, malam akan semakin memakan matahari dan jika ia tak kembali maka ibunya akan mengampirinya kemari kemudian beramah tamah dengan ibu Jongin. Mungkin nampak biasa saja, hanya seorang ibu yang ingin anak gadisnya kembali ke rumahnya, bukannya diam di kamar seorang lelaki lain yang merupakan tetangganya sejak kecil.

Namun lihat saja jika sudah keluar dari halaman rumah Yixing, ibunya akan kembali melayangkan jeweran cinta ke pada gadis itu.

Maka dari itu untuk menghindari jeweran sang ibu, untuk hari ini saja Yixing mengalah, ia beranjak dari tempat duduknya sedari tadi, sembari memeluk guling kesayangannya, Yixing berjalan berjinjit tak ingin membangunkan Jongin yang masih tertidur pulas.

'Dasar tukang tidur, ck.' Yixing dalam hati membatin sebal melihat Jongin tidur dengan pulasnya sedari tadi. Gadis itu kembali melangkahkan kakinya kemudian menutup pintu kamar Jongin dengan halusnya, hingga menimbulkan bunyi keras yang mengudara. Yixing ingin tertawa dalam hati, namun tawanya lepas begitu saja mendengar suara debuman seperti orang jatuh dari kasur disusul suara 'Aduh!' yang amat keras.

Buru-buru Yixing berpamitan dengan ibu Jongin dan melesat ke luar rumah Jongin. Di luar jalanan kompleks sudah sepi, lampu jalanan sudah menyala tanda malam sudah mulai merenggut sore. Berjalan santai sembari mengayunkan guling kesayangannya, Yixing menatap jalanan kompleks itu, dulu masih Yixing ingat, belum banyak rumah di sini, apalagi di blok A, masih jarang rumah di sana, maka dari itu orang tua Yixing mengambil rumah di ujung blok, agar ada tetangga.

Yixing yang awalnya hendak masuk ke dalam halaman rumahnya dihentikan dengan sebuah tangan yang tiba-tiba menyentuh lengannya, membuat gadis itu langsung terlonjak dan menoleh. Manik cokelatnya menatap langsung ke arah manik hitam kelam, lagi-lagi dirinya terlonjak terkejut.

"Siapa kamu?!" tanya Yixing kasar, buru-buru ditepisnya tangan orang itu dari lengannya. Seorang lelaki dengan manik hitam kelam menatapnya terkejut pula. Yixing mengalihkan pandangan ke arah pagar rumahnya, dibukanya kunci pagar rumahnya, lalu digeser pelan pagar itu.

"Aku,, aku, aku butuh bantuanmu, tolong perbolehkan aku tinggal semalam di rumahmu!" lelaki itu memohon, Yixing mendelik, siapa orang ini berani-beraninya meminta tempat tinggal padanya?

"Tidak! Rumahku bukan tempat penampungan!" kembali digesernya pagar rumahnya, Yixing bergegas masuk ke dalam halaman rumahnya. Sedangkan lelaki itu masih menatap Yixing dengan manik hitam kelamnya, Yixing merinding sendiri dibuatnya.

"Toleransilah dengan orang asing sekali-kali!" lelaki itu kembali berucap, kini agak keras mengingat Yixing sudah masuk ke dalam halaman rumahnya, pagarnya pun sudah ditutup kembali. Yixing tidak peduli, ia kembali berjalan menuju pintu rumahnya.

"Orang aneh." Gumamnya.

Lelaki bermanik kelam itu masih melihat Yixing dengan tajam, jika diperhatikan kembali, kulit putih miliknya berpendar cahaya, menandakan bahwa dia bukan sembarang orang. Ditengadahkan kepalanya menatap langit yang sudah menggelap, matahari sudah termakan malam, kini waktunya bulan menemani bintang bersinar. Di ujung sana, di langit paling atas sana, ia dapat merasakan teman-temannya menunggunya, namun lelaki itu kembali menatap sekitar jalanan yang sudah amat sepi.

Sudah lama terhitung waktu di mana mereka merengek ingin jatuh, namun ia menikmati semua ini, ia suka dengan bumi, ia suka dengan bumi dan segala isinya. Dia tidak akan buru-buru kembali karena ia ingin di sini. Sudah beberapa kali ia mencoba kembali namun gagal, membuatnya lebih memilih untuk tidak berusaha lagi. Mungkin nasibnya sudah ditulis di langit, bahwa ia akan disini dan menghabiskan usianya.

Namun melihat sosok gadis tadi, membuatnya ingat beberapa manusia lain yang diusahakan oleh teman-temannya. Sadar, itu kata yang pantas untuk menggambarkannya sekarang. Lelaki bermanik kelam itu sadar selama ini dia kurang usaha, di saat temannya berusaha menunjukkan yang terbaik, dia hanya memilih orang yang berwatak baik, namun tak lama semakin tua menjadi buruk. Akhir yang buruk, dan Tuhan tidak suka.

Tiba-tiba lelaki itu mengepalkan tangannya, menatap kembali langit yang sudah gelap, bulan sudah mulai menampakkan sinarnya. Pantulan sinar dari sang surya. Tangannya yang terkepal itu terangkat ke udara. Menunjukkan semangat barunya. Di usianya yang sudah menunjukkan angka dua puluhan, walau sebenarnya lebih dari itu, ratusan, kali ini ia akan memulai usahanya kembali.

"TUHAN, AKU AKAN MENGANTARKAN SURGA PADANYA!"

Kembali seulas senyum terpampang. Dibulatkannya tekad.

"Kim Joonmyeon, sekarang waktunya berusaha lagi, setelah sekian lama putus asa."

Zhang Yixing tak akan menyadari itu, gadis itu terlalu cuek untuk tahu maupun ingin tahu tentang keinginan Joonmyeon, mungkin Fallen Angel yang satu ini harus berusaha lebih banyak.

.

.

.

Tbc

28/12/2015

Xounicornxing

Di sini baru perkenalan ya hehehe aku mencoba mengangkat genre fantasi, dan kayaknya ide ini udah banyak sih di ffn. Tapi aku harap review dan motivasi dari kalian.