Pain#1

Main cast YEWOOK

Other cast akan muncul seiring berjalannya cerita

Rated : T

Warning : YAOI, AU, OOC, alur lambat, typos, dan kekacauan lain, GS for some cast

Genre : romance, angst, drama,

Enjoy!~~

################################################## #########################

0000000000000000000000000ooooooooooooooooooooooo00 00000000000000000000000

himalayavenus

/XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

"Jongwoon, ppali! Jangan sampai kita terlambat menghadiri acara penting hari ini!" teriak wanita paruh baya yang ada di lantai bawah.

"Ne, Umma!" Jongwoon menjawab. Ia cepat-cepat menyambar tas punggungnya, keluar kamar, dan menutup pintu kamarnya. Ia berlari menuruni tangga dan mengejar mobil yang terparkir rapi di halaman rumah bergaya klasik tersebut.

Jongwoon membuka pintu mobil dan duduk dengan tenang. Ia tampak mencari-cari seseorang, tak lama suaranya keluar.

"Umma, haraboji mana? Haraboji tidak ikut?"

"Haraboji sedang di rumah sakit, chagi. Haraboji tidak bisa ikut, kita rekam saja bagaimana?"

"Andwe! Haraboji harus ikut! Haraboji sudah janji pada Jongwoon, Umma." rengek Jongwoon.

"Kita telepon haraboji saja, bagaimana? Tapi nanti ya, sekarang kita harus cepat menyusul appa." jawab Heechul pada anaknya. Tangannya masih sibuk memoles lipstik pada bibirnya yang sintal.

Jongwoon mengangguk pasrah, ia yakin tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Padahal ia ingin sekali pergi bersama harabojinya. Tapi apa daya, kakek tersayangnya itu sedang berada di rumah sakit. Kesehatannya akhir-akhir ini memang sangat tidak memungkinkannya untuk bepergian.

000000000

Porsche hitam itu berhenti di depan sebuah gedung besar. Keluarlah yeoja paruh baya yang tetap anggun dan menawan. Jangan lupakan anaknya yang keluar dari pintu kanan, namja kecil yang tampan. Ia memakai tuksedo hitamnya, menampakkan sisi dewasa, tapi tidak lupa membawa ransel merahnya, tidak melupakan sisi anak-anak. Semua mata memandang kagum ke arah mereka.

Namja tampan bertubuh tinggi yang sibuk bersalaman dengan koleganya sejenak menghentikan aktivitas dan menghampiri anak serta istrinya. Senyum merekah di bibir tipis namja itu.

"Yeobo!" panggilnya.

"Yeobo!" balas Heechul, ia tersenyum menatap namja itu, suaminya, Siwon.

"Appa!" teriak namja kecil. Ia juga tidak mau ketinggalan bertegur sapa dengan sang ayah. Jongwoon menghampiri ayahnya. Siwon memeluk putra kecilnya dengan hangat. Blitz kamera mewarnai kegiatan mereka.

Saat ini keluarga Kim tengah menghadiri peresmian kebun raya mereka yang baru di Yongin. Kim Siwon, Kim Heechul, dan anak mereka Kim Jongwoon adalah keluarga pemilik Kim Group yang dipunyai oleh Kim Youngwoon, ayah Kim Siwon yang saat ini absen karena berada di rumah sakit.

"Tuan, silakan maju untuk menyampaikan sambutan." kata namja berkumis yang adalah orang kepercayaan Siwon.

"Ne. Yeobo, aku ke depan dulu. Jongwoon, kalau kau bosan, kau boleh main di sekitar sini. Tapi ingat, jangan pergi terlalu jauh, dan yang terpenting, tidak boleh nakal. Araseo?"

"Siap bos!" Jongwoon memberikan hormat. Dengan wajah riang, ia berlari dari tempat itu.

Jongwoon menelusuri area gang kecil. Baginya ini pemandangan langka. Maklum saja, ia tinggal di lingkungan yang notabene adalah lingkungan chaebol atau keluarga kaya. Semuanya luas, tidak sempit dan sumpek seperti ini.

Kamera yang sedari tadi ia kalungkan tidak pernah absen mengambil gambar. Anak itu dengan senang menjepret segala hal yang menarik matanya. Biarpun jalannya sempit, di samping jalan adalah sawah dan kebun yang hijau dan menyejukkan hati. Tiba-tiba saja,

"GUK! GUK!"

Anjing menggonggong. Menatapnya dengan lapar, Ya Tuhan, anjing itu sungguh besar. Hanya satu yang ada dipikirannya..

"LARI!"

Jongwoon tidak peduli lagi, entah di mana ia sekarang. Yang ia tahu tadi ia hanya berlari dengan kencang, walaupun tidak kencang amat. Dan sekarang ia sudah ada di tengah kebun. Sepertinya kebun timun.

"Kancil!" teriak seorang namja.

Jongwoon terkesiap, ia kaget, teriakan namja itu melengking. Jongwoon membalik badan, dan ia menemukan sosok namja kecil dengan keranjang penuh timun di tangannya.

"Siapa kau?" tanya Jongwoon.

"Kau kancil! Kembalikan timunku!" namja itu berteriak.

"Ya, aku tidak mengambil timunmu. Baru saja aku dikejar anjing besar, aku berlari sekencang-kencangnya, dan sekarang aku berada di sini!"

"Jinjja?" tanya si namja dengan suara melengking.

"Tentu saja." Jongwoon mengangguk-angguk, mencoba meyakinkan.

Tan Ryeowook, namja yang masih setia mengeratkan genggaman pada sekeranjang timun itu kini duduk berdua dengan Kim Jongwoon. Mereka duduk di hamparan rumput hijau, mengistirahatkan diri sejenak.

"Benda apa itu yang kau kalungkan?" tanya Ryeowook.

"Ini?" Jongwoon menunjuk kameranya. "Ini hartaku yang paling berharga. Kau tahu, biarpun hanya kotak begini, ia memberikanku banyak kenangan yang membuatku tidak akan pernah lupa hal hal penting dalam hidupku." anak itu membanggakan kamera kunonya.

"Jinjja?" tanya Ryeowook lagi.

"Tentu! Hm, bagaimana kalau aku ambil gambarmu?" tawar Jongwoon.

"Boleh. Tapi setelah itu, ajari aku juga ya." Ryeowook menyetujui tawaran namja itu, ia memamerkan senyum manisnya.

JEPRET

"Hm, sekarang kau adalah salah satu kenangan berharga dalam hidupku." Jongwoon berkata pelan sambil memerhatikan Ryeowook dengan senyum.

"Sudah? Sekarang ajarkan aku." pinta Ryeowook.

"Ng,.. " Jongwoon nampak berpikir keras. Sedetik kemudian,

"Shireo!" Jongwoon memeletkan lidahnya.

"YA!"

Mereka pun berkejar-kejaran mengitari kebun timun.

000000000

"Yeobo, mana Jongwoon?" tanya Siwon, ia menghampiri istrinya lalu duduk.

"Ia belum kembali. Apakah acaranya sudah selesai?" Heechul bertanya balik.

Dari tadi Heechul sibuk mengobrol bersama istri para direktur, ia tidak memerhatikan Siwon yang memberikan pidato. Dan sekarang sudah sore, Jongwoon pun belum kembali.

Heechul mengambil handphonenya. Ia ingin menyuruh Pak Lee orang kepercayaan mereka untuk mencari Jongwoon. Ia benar-benar khawatir sekarang. Siwon pun sebenarnya dari tadi khawatir, tapi banyak tamu yang harus ia datangi.

"Nyonya, kami sudah mencari sekitar kebun, tapi Tuan Muda tidak dapat ditemukan." kata seorang bodyguard, ia berlari tergopoh-gopoh menghampiri Heechul.

"Aku tidak mau tahu! Cari anakku di semua tempat, dan bawa dia tanpa kurang sedikitpun ke hadapanku!" teriak Heechul, ia benar-benar dalam kondisi kalut.

"Baik, Nyonya."

000000000

Ryeowook mengelus-elus kamera Jongwoon. Ia memegang benda itu dengan hati-hati. Kini ia sudah tahu bagaimana cara memotret setelah kepala Jongwoon menjadi korban atas tingkah mulianya yang melempar timun ke kepala anak itu.

"Ya, kau tahu? Kepalamu bertambah besar!" Ryeowook mengejek.

"Haish, kau ini. Masih sakit tahu!" Jongwoon kesal, ia mengelus kepalanya.

"Araseo, mian." kata Ryeowook dengan muka menyesal.

"Ah, gwaenchana! Lagian aku bohong, timun, mana mungkin menyakiti kepalaku yang big size *plaak) ini!" Jongwoon berusaha menghibur Ryeowook yang mulai merasa bersalah.

"Jinjja?" tanya Ryeowook. Namja ini suka sekali mengatakan 'jinjja?'

"Tentu!" jawab Jongwoon.

"Ini kameramu, gomawo." Ryeowook menyerahkan kamera kepada Jongwoon.

"Ne. Ng, kau tahu jalan menuju kebun raya? Kalau tahu, bisa ajak aku ke sana?"

"Aku tahu. Kaja, aku antarkan." ajak Ryeowook.

Kebun raya milik Kim Group begitu terkenal. Karena mereka menyediakan banyak fasilitas hiburan yang bisa dikunjungi banyak orang. Tidak heran anak sekecil Ryeowook tahu jalan ke sana. Padahal rumahnya cukup jauh untuk ke kebun raya yang hampir menyentuh daerah kota.

Dua namja cilik itu berjalan keluar dari kebun, mereka menyusuri jalan semen yang sempit. Belum lagi cuaca panas yang menyerang, membuat orang semakin bertambah keringat saja. Tapi baik Jongwoon maupun Ryeowook masih asyik-asyik saja berbincang. Nampaknya mereka sudah sangat akrab.

Di seberang jalan Lee Yoochun tengah mencari-cari Jongwoon. Mukanya yang sangat frustrasi benar-benar menambah jumlah kerutan. Ajudan yang lain juga tengah mencari si Tuan Muda di berbagai tempat di daerah ini. Tapi belum ada satu pun yang memberi kabar baik.

"Hm, siapa namamu?" Ryeowook bertanya pada namja di sebelahnya.

"Kim Jongwoon. Panggil saja hyung, kau pasti lebih muda dariku.

"Ne,. hyung." jawab Ryeowook canggung.

"Kalau kau siapa nama-"

"RYEOWOOK! RYEOWOOK-AH!" seorang nenek berteriak, memutus ucapan Jongwoon. Nenek itu berlari ke arah mereka berdua.

"Halmoni! Mengapa halmoni ke sini?" tanya Ryeowook.

"Kau harus segera pulang! Ppali! Sekarang juga!" si halmoni menarik lengan Ryeowook paksa, Jongwoon memandang dengan tidak rela.

"Hyung! Aku harus segera pulang! Kapan-kapan kita bertemu lagi, ya?" suara Ryeowook terdengar makin pelan karena ia ditarik makin jauh oleh neneknya.

Tinggal Jongwoon sendirian, ia menatap kosong ke ujung jalan, di mana Ryeowook ditarik paksa oleh si halmoni. Kini dua orang itu sudah menghilang, hanya debu jalan saja yang masih menampakkan diri menari-nari di hadapan Jongwoon.

"Ternyata namamu Ryeowook..." gumamnya pelan.

000000000

Youngwoon berjalan didampingi beberapa orang kepercayaannya. Ia berjalan pelan mengingat kondisi tubuhnya yang tidak fit. Beberapa orang memapahnya memasuki mobil, ia duduk pelan di dalam kursi mobil mewahnya yang empuk.

"Yunho ssi, bisakah kau teleponkan anakku, Siwon?" Youngwoon bersuara.

"Ne, Tuan."

Dengan sigap Yunho memencet tombol-tombol pada handphone dan memberikan handphone itu pada Youngwoon. Youngwoon menunggu beberapa saat sebelum akhirnya ia memberikan kembali benda itu pada Yunho yang berada di bangku samping sopir.

"Handphonenya tidak aktif, sepertinya ia benar-benar sibuk." katanya pelan.

Mobil pun menambah kecepatan menuju ke kediaman Kim. Di kebun raya, Heechul tak henti-hentinya cemas. Ia takut anaknya hilang. Tapi cepat-cepat ditepisnya pemikiran itu, anaknya, tidak mungkin berbuat yang aneh-aneh.

000000000

Lee Yoochun mendengar ribut-ribut di seberang jalan, ia memicingkan mata, menelaah siapa yang membuat keributan. Tapi sebuah truk lewat di depannya, membuat pengamatannya terhenti sesaat, dan ketika ia memandang lagi, betapa terkejutnya ia menemukan Jongwoon berdiri mematung di situ.

"Tuan Muda! Fyuh,.. akhirnya aku menemukanmu. Tuan Muda, apa yang anda lakukan di sini? Sebaiknya kita segera kembali, Umma anda sangat khawatir, Tuan Muda.." Lee Yoochun memberondong dengan semua ucapannya membuat Jongwoon makin melongo.

"Ahjussi! Tenang dulu. Jangan seperti orang serangan jantung begitu.. kaja, kita kembali ke Umma." ajak Jongwoon sambil menggandeng tangan Yoochun.

Yoochun menelepon sebentar dan kemudian mobil datang menjemput mereka berdua.

Di dalam mobil Jongwoon hanya diam. Masih terbayang di otaknya wajah manis Ryeowook dengan senyum yang sungguh tidak bisa dilupakan. Jongwoon memandang ke bawah, melihat kamera yang masih dikalungkan. Ia tersenyum mengingat ia menyimpan gambar Ryeowook di situ. Setelah sampai di Seoul ia akan meminta haraboji mencuci foto ini.

Tak terasa mobil berhenti di parkiran. Dengan tidak sabar Jongwoon membuka pintu mobil, sukses membuat Yoochun berteriak khawatir, tapi Jongwoon tidak peduli, ia terus berlari, dan menabrak..

"Umma!" ia menabrak sang umma yang sejak tadi kalut. Dipeluknya sang ibu dengan erat.

"Jongwoon-ah! Anak umma!" Heechul berteriak hampir menangis.

"Ne, Jongwoon anak umma yang tampan di sini.." kata-kata namja itu sungguh menggelikan mengingat usianya baru 10 tahun.

Heechul melepaskan pelukannya, ditangkupnya pipi sang anak, untuk melihat apakah anaknya kembali dengan selamat dan utuh. Tapi jari lentiknya bergerak ke telinga sang anak dan mulai menjewer telinga anaknya.

"Anak nakal! Ke mana saja, huh? Umma sangat khawatir. Semua orang mencarimu, bukankah appa sudah bilang, jangan pergi terlalu jauh?" Heechul bertanya sambil melonggarkan jewerannya.

"Akh! Appo, mianhae, aku tadi tersesat, umma. Appo, lepas, umma." ucap Jongwoon meminta ampun sang ibu.

"Lepas saja, Chullie. Kasihan dia." suara Siwon menginterupsi. Ibu anak itu melihat kepala keluarga mereka. Dan tersenyum tipis.

"Jagoan appa, sungguh tidak patuh! Ck ck ck." decak Siwon mengundang gelak tawa Heechul, dan Heechul pun melepas jarinya.

"Gomawo, appa!" ucap Jongwoon senang.

Kehangatan pun terasa kembali di keluarga kecil itu, tak lama mereka masuk ke mobil dan melakukan perjalanan panjang kembali ke Seoul.

Tbc..

Annyeonghaseyo! *90obow*

Hari ini saya resmi menjadi author ffn dengan membawa ff abal ini ke hadapan reader semua. Saya harap ff ini bisa lancar sampai ending, begitu juga dengan tanggapan reader lewat kotak review yang selalu lancar. Saya akan berusaha menerima comment dari reader, bagi yang merasa give up duluan dengan unsur ff ini, entah cast, genre, rated, atau apapun, silakan tinggalkan saja. tapi kalau masih mau baca, yo weis, dipersilakan juga. last, mohon bantuannya~~ semoga kita bisa terus bekerja sama di dalam dunia yang menyenangkan ini ^oo^