"Ya, Changminie. Jauhkan dulu semua snacknya itu. Umma tak mungkin kembali hanya untuk membeli cadangan makanan untukmu kalau semua kau habiskan di perjalanan."

"Tapi Minnie lapar, Umma."

"Memangnya sejak kapan perut karetmu tidak pernah lapar, eoh?"

Namja kecil itu mendecak kesal, saat tangan cantik ummanya memasukkan semua makanan yang berserakan dipangkuannya ke dalam tas ransel yang tak bisa dibilang kecil—tas berisi cadangan makanan yang seperti dibilang ummanya.

"Ingat selama di rumah Chullie ahjussi nanti jangan buat keributan. Jangan menjahili mereka. Jangan merampok kulkas mereka. Jangan menghancurkan rumah keluarga Tan itu mengerti?"

Jung Changmin namja kecil berusia sepuluh tahun itu mengangguk patuh saat melihat senyuman manis sang umma cantiknya. Bila saja dalam keadaan normal dirinya pasti akan berbalik menjahili sang umma, tidak kali ini bila akibatnya semua makanan miliknya akan dibawa pergi dan dirinya ditinggal sendiri di rumah entah siapa itu.

"Anak pintar." Jung Jaejoong namja berstatus umma kandung Changmin itu mengecup pelan dahi putra tunggalnya. Menghentikan mobilanya saat melihat rumah sahabatnya sudah terlihat. Menggandeng tangan Changmin turun, Jaejoong tertawa kecil saat melihat putranya dengan tas ransel besar dipunggungnya.

"Dasar anak beruang," ujarnya pelan yang langsung mendapat tatapan tajam dari putra tunggalnya.

Jauh di dalam hati Changmin berharap siapa pun itu yang bernama Chulli ahjussi tidak sama cerewetnya dengan umma cantiknya. Setidaknya dalam seminggu ini dijauhkan dari namja-namja cantik yang memiliki suara begitu nyaring ditelinganya. Namun sepertinya doa Changmin tak terkabul saat seseorang yang membuka pintu dan melihat ummanya langsung sama hebohnya seakan mereka ada dipasar.

"Hah~ dasar tante-tante ganjen," bisik Changmin pelan tanpa terdengar oleh keduanya yang seakan melupakan namja kecil yang dengan seenak perutnya langsung masuk ke kediaman Tan itu. Melangkah perlahan menelusuri seisi rumah hingga langkahnya berhenti saat mendapati seseorang yang tertidur di atas sofa. Seorang namja pirang yang tengah tertidur pulas.

"Umma aku menemukan putri tidur!"

.

Little Evil

Series (One)

Namaku Jung Changmin

Cast:

EvilDragon aka Shim Changmin & Wu Yi Fan Kris

Genre: Family

Rated: T

Waning: AU, crack pair(?) gila-gilaan, typo, alur cepat, pedo(?)

Kris 17 tahun

Changmin 10 tahun

.

.

.

DON'T LIKE DON'T READ

.

Berniat meneruskan? silahkan…

.

.

Kalau tidak suka tolong beranjak dan menjauh, Mizu gak mau ngotori fict Mizu dengan flame bodoh di fandom ini, Ok^^

.

.

Anda sudah diperingatkan dear

.

.

Gubrak … gedubrak …

Namja blonde yang baru saja tertidur itu terkaget dan jatuh kelantai mendengar teriakan seseorang di telinganya. Menatap kesal siapa pun yang sudah mengganggu tidurnya. Apa mereka semua tak tahu kalau waktu tidur seorang Kris itu sangat berharga.

"Aish …" Kris mengusap pelan pinggangnya yang baru saja berciuman dengan lantai rumah. Untung saja lantai itu dilapisi karpet beludru setidaknya rasa sakitnya sedikit berkurang. Terduduk bersandar dengan sofa dibelakangnya. Kris menatap tajam sosok yang sudah menjadi pelaku penggangguan tidurnya—dengan suara melengking khas anak kecilnya.

"Kau siapa?" tanya Kris menunjuk bocah kecil yang kini menatap wajahnya berbinar. Apa hari ini rumahnya berubah menjadi penitipan bayi.

"Kau siapa?" ujar anak itu yang malah mengcopy kata-kata Kris. Membuat namja itu memasang wajah datar menyelidik.

"Aku bertanya padamu."

"Aku bertanya padamu."

"Berhenti mengikuti kata-kataku."

"Berhenti mengikuti kata-kataku."

"Ya bocah."

"Hyung yang bocah."

Eh? Kris tersenyum tipis di dalam hati menenangkan amarahnya yang hampir naik. Kalau saja membunuh seorang anak tidak akan mendapat hukuman penjara mungkin dengan senang hati Kris membuang bocah tak tahu sopan santun yang kini dengan acuhnya membuka ranselnya dan mengeluarkan isinya setelah sebelumnya membuatnya kesal dengan seenak hati .

"Siapa namamu?"

Bukan, itu bukan Kris yang bertanya melainkan bocah sok tua yang kini asyik memakan salah satu barang yang baru saja dikeluarkannya dari ransel. Memang sebanyak apa isi ransel itu sampai semua makanan ini bisa dikeluarkan.

'Apa anak ini berniat berjualan di sini,' bathin Kris nelangsa melihat kuantitas berbagai jenis makanan dihadapan Changmin.

"Hyung tak punya telinga ya sampai tak mengerti apa yang Changmin ucapkan?"

Kris memijit keningnya sakit, sedetik bocah setan dihadapannya berubah menjadi manusia sok tua, dan sekarang memasang aegyo yang benar-benar tak pantas dan berlaku bagai anak lima tahun. Mimpi apa semalam sampai bertemu bocah aneh ini.

"Dengar ya … siapapun namamu—"

"Changmin. Namaku Jung Changmin."

"Baik Changmin. Aku tak tahu siapa kau—"

"Aku anak Jung Yung Yunho dan Jung Jaejoong," ujar Changmin tersenyum manis tak mengindahkan Kris yang sudah menatapnya seakan ingin memakan tubuhnya hidup-hidup.

"Sekali lagi kau menyelaku, kupastikan aku akan membuangmu ke kolam belakang rumah, mengerti."

"Mengerti hyung," ujar Changmin mantap yang malah membuat Kris memasang sikap waspada. Siapa yang bakal percaya melihat kalimat santai sang bocah.

"Jadi begini. Mengapa kau ada di sini Changmin. Ini rumahku dan seingatku aku tak memiliki kenalan yang bernama Jung Yunho atau pun Jung Jaejoong dengan anak bernama Jung Changmin. Jadi bisa jelaskan siapa kau?"

"Hyung ternyata cerewet juga yah. Padahal kupikir hyung orangnya pendiam seperti es di kutub selatan. Apa semua namja berstatus uke itu cerewet yah?"

Ctak

Sungguh Kris tak tahu harus mengatakan apa pada bocah yang baru saja ditemuinya atau menemuinya sejak sepuluh menit yang lalu sudah mampu membuatnya bicara sepanjang ini. Biasanya juga hanya kata-kata pendek yang muncul dari bibirnya. Tunggu rasanya ada yang aneh dengan perkataan Changmin barusan—

"Ya, apa yang kau maksud dengan uke barusan, Jung Changmin?"

"Tentu saja kau hyung." Putra tunggal Jung Yunho itu menjawab santai pernyataan Kris. Duduk di depan tv dan sudah bermain dengan konsol game yang telah terpasang manis disana.

"Oh ya, hyung. Apa tak capek marah-marah begitu. Nanti hyung cepat tua lo. Sayang nanti kalau seme hyung memiliki uke jelek karena wajahnya kerutan terlalu banyak karena mengeluarkan emosi tidak perlu."

Cukup sudah tak ada lagi sopan santun apalagi rasa tak enak pada namja yang lebih muda entah berapa tahun dihadapannya ini. Sepertinya Kris sudah siap untuk menggoreng seorang Jung Changmin di penggorengan ummanya.

"Chang—"

"Kris."

Niat jahat Kris terhenti saat dua orang namja cantik memasuki ruang tamu. Kris mengenali salah satunya adalah ummanya. Dan siapa namja cantik lainnya itu rasanya Kris tak pernah bertemu. Bahkan tatapan Kris tak berhenti mengikuti namja itu yang mendekati Changmin seraya mengingat dimana dirinya pernah bertemu.

"Ya ampun ternyata kau di sini, Changmin. Apa kau tahu umma dari tadi mencarimu," menoyor kepala namja kecil yang malah tertawa. Jaejoong menggeleng pelan melihat kelakukan anaknya yang tak pernah tahu malu.

"Ah, apa kau Kris? Kau sudah besar ya?" mengalihkan perhatiannya pada namja lainnya, Jaejoong tersenyum kecil pada seorang namja remaja yang memasang wajah datarnya.

"Hah~ apa kau tak bisa memasang wajah lainnya, Kris. Padahal waktu kecil kau imut-imut kenapa sekarang jadi batu es begini?"

"Yah, Jae. Siapa yang kau sebut batu es? Anakku itu cool tahu. Yah walau kadang memang mirip es di kutub utara hahaha."

Keduanya serentak tertawa membuat seorang namja yang menjadi objek keduanya mendongkol kesal di dalam hati.

'Dasar umma durhaka,' bathinnya hanya bisa menahan kesal di hati pada namja cantik yang selalu saja membullynya saat ada kesempatan.

"Ah, kau pasti lupa pernah bertemu ahjussi Kris. Kita pernah bertemu saat di Kanada dulu. Saat orang tuamu membawamu yang masih berusia 9 tahun diacara pernikahan kami. Mungkin kau lupa," jelas Jaejoong yang melihat Kris masih bingung dengan dirinya.

Mengangguk kecil Kris tak mengindahkan apa pun perkataan Jaejoong. Dari semuanya Kris bisa menangkap kalau Jaejoong ahjussi adalah orang tua dari bocah setan yang masih asyik memonopoli gamenya. Mendekati Changmin, Kris mencomot salah satu makanan di tangan Changmin membuat bocah berusia sepuluh tahun itu langsung menarik makanannya bahkan yang hampir masuk ke mulut Kris dengan sadisnya.

"Hei aku hanya minta sepotong bukan sebungkus," ujar Kris sedikit kesal pada bocah yang kini meraup semua makanan dan snacknya miliknya dalam dekapan tangan kecilnya.

"Hahaha … jangan marah Kris. Changmin memang begitu. Tak ada yang boleh menyentuh makanannya. Itu semua miliknya. Hati-hati saja kulkas kalian bakal dirampok bocah itu," kelakar Jaejoong sembari tertawa menutupi mulutnya dengan tangan.

Kris menggeleng pelan. Berpikir ulang kemana semua makanan sebanyak ini berakhir di tubuh bocah yang terlihat kurus walau tinggi. Apa bocah SMP sekarang memang setinggi ini?

"Changmin baru berusia sepuluh tahun lo Kris. Dan jangan salahkan tingginya yang melewati normal begitu. Dia kan memang tiang di keluarga Jung."

Seakan mengerti kebingungan Kris. Namja cantik berstatus umma kandung Kris itu memberi penjelasan. Melihat kepaboan anaknya yang malah memasang wajah tak percaya. Kemana kepintaran anaknya di saat begini.

"Ya, sudah. Aku titip Changmin ne Chullie-ah. Yunho pasti sudah menungguku dibandara. Changminie ingat yah pesan umma tadi, jangan nakal," ujar Jaejoong berdiri dari posisi duduknya.

Mengecup singkat bibir putranya, Jaejoong mengambil tasnya dan menyampirkannya ke bahu. Beranjak pergi meninggalkan putranya untuk satu minggu ke depan. Kalau saja mereka bisa membawanya, Jaejoong tak akan mungkin meninggalkan Changmin sendiri di Korea. Hanya saja ini bukan waktu yang cocok untuk membawa anak.

"Bye ..." mobil hitam metalik itu langsung menghilang dari halaman keluarga Tan menuju bandara.

"Nah, Kris. Tolong jaga Changmin yah. Umma dan appa harus pergi nanti malam ke China. Harabeoji kalian sedang sakit."

"Kalau begitu kenapa umma menerima permintaan Jaejoong ahjussi untuk menjaga Changmin?" protes Kris kesal siapa juga yang mau menjaga anak setan yang belum dalam hitungan dua puluh empat jam sudah menambah jumlah kerutan di dahinya.

"Tentu saja karena Jaejoong itu sahabat umma lagi pula umma sudah lama tak bertemu mereka. Sudah sana umma mau bersiap-siap. Awas saja kau tak menjaga Changmin dengan baik. Umma pastikan ace dan teman-temannya umma kirim ke China. Lagi pula kau juga sedang libur sekarang hitung-hitung mengisi waktu."

"Ck. Dasar cinderella sadis."

"Apa kau mengatakan sesuatu Kris?" tanya Heechul di tangga menuju kamarnya. Rasanya telinganya mendengar sesuatu barusan.

"Ti—tidak umma. Mungkin umma salah dengar." Kris tersenyum manis sembari menggeleng—membohongi sang umma cantiknya.

"Uhmp baguslah. Umma pikir barusan kau mengatai umma cinderella sadis. Kalau benar mungkin kau sudah umma paketkan ke kebun binatang," ujar Heechul tersenyum manis lalu kembali naik ke atas mempersiapkan isi kopernya.

Kris mengusap dadanya tenang saat ummanya tak lagi memperpanjang masalah diantara mereka. Memiliki umma seperti Tan—Kim—Heechul harus menjaga lidah dengan baik kalau tak ingin cinderella galak itu memakanmu.

"Hyung takut dengan Chullie ahjumma ne?"

Terperajat Kris sedikit kaget pada Changmin yang sudah berdiri di sampingnya tidak lupa dengan sebungkus snack di tangannya. Dasar food monster.

"Selamat menjagaku dengan baik yah hyung. Kalau tidak aku tinggal menelpon Chullie ahjumma nanti. Aku rasa ini akan menyenangkan hyung. Mohon bantuannya ya Kris Hyung," ujar Changmin tersenyum manis lalu melenggang pergi meninggalkan Kris yang masih membatu.

Entah bagaimana seminggu ke depan hidup seorang Kris bersama Changmin nantinya. Dan Kris tak mau membayangkannya sekarang.

.

TBC

.

A/N:

Mana evil … Changmin ama MiFan*Evil Laugh*

Cuma ff series singkat kok Mizu lagi iseng adja buat minifict yang gak bakal lebih dari 2k+ xDD