[A/N] Haai! Sesuai dengan janji gue, setelah gue nyelesaiin sebuah project gitu lah, gue akan bikin xover Sherlock sama HxH! Yey!
Bagi yang pernah baca "Spider's Web"-nya Esop, itu emang keren banget, tapi gak ada sangkut pautnya sama ini kok.
Disclaimer: Sherlock Holmes adalah milik Sir Arthur Conan Doyle dan Hunter x Hunter adalah milik Yoshihiro Togashi.
Warning: AU.
Listening To: MK Ultra - Muse
"Ayo, Killua! Cepatlah sedikit!" omel Gon. "Mau cepat bagaimana? Barang-barang kalian semuanya aku yang bawa!" Killua balik mengomel dengan napas tersengal. "Yah, itu sih deritamu... Kau kalah hompimpah sih..." kata Leorio memancing tawa kawan-kawannya.
Gon, Killua, Kurapika, dan Leorio sedang berlibur ke Biei, Hokkaido. Leorio memenangkan sebuah lotere, tapi Ia bingung mau diapakan lotere itu. Akhirnya Ia memutuskan untuk mengajak kawan-kawannya liburan ke Biei yang terkenal dengan keindahan bukit bunganya.
Gon akhirnya sampai di puncak bukit. Ia lalu tercengang. "Kawan-kawan!" teriak Gon, "Lihat ini!"
Beberapa saat kemudian, Killua, Kurapika, dan Leorio sampai di atas bukit. Mereka semua berdecak kagum.
Bunga dengan berbagai warna memenuhi bukit tersebut. Dengan cuaca yang tidak terlalu terik dan angin sepoi-sepoi yang meniupkan bibit-bibit bunga dandelion, menyebarkan aroma mawar, dan menegaskan keindahan bunga lambang daerah itu; Lily of The Valley.
Dan tak jauh dari sana, terletak sebuah resort. Resort itulah yang akan mereka tempati. "Berarti kita akan melihat pemandangan seperti ini setiap hari?" tanya Gon dangan mata berkilau. Gon, Killua, dan Kurapika bersorak ketika Leorio mengangguk.
Aku sedang tertidur pulas ketika Holmes mulai menggesekkan biola terkutuk itu. Nadanya yang sumbang dan memuakkan itu bagaikan alarm yang tidak diharapkan. Aku mengecek jam di handphone-ku. Benar kan, masih jam 2 dini hari.
Tapi tunggu... Biasanya permainannya sumbang karena pikirannya sedang menjelajah. Tapi tidak ada kasus! Tunggu. Jangan-jangan... Aku langsung melonjak dari kasur, keluar dari kamarku, dan menuju ruang kerja Holmes.
Yang pertama kulihat adalah kotak kayu Maroko celaka itu terbuka. Isi dari kotak kayu Maroko itu, tentu saja, suntikan berisi kokain cair. Ya, Holmes sedang teler. "Holmes! Apa kubilang soal kokain?" teriakku marah. Holmes hanya menengok apatis. "Oh, kau sudah bangun rupanya." Holmes lalu menggesek biolanya lagi, masih dengan nada sumbang yang mengganggu pendengaran. Aku hanya menggelengkan kepala dengan kesal. Aku hanya berharap Mrs. Hudson tiba-tiba mengetuk pintu dan memberikan sebuah kartu nama.
Entah bagaimana, doaku terkabul. Mrs. Hudson mengetuk pintu kemudian masuk. "Sebaiknya kau sembunyikan biola terkutuk itu. Ada klien, dan Ia tidak akan senang mengetahui barusan itu kau." Mrs. Hudson memberikan sebuah kartu nama pada Holmes dan keluar.
Holmes lalu meniru-nirukan gaya bicara Mrs. Hudson, yang membuatku tertawa. Tepat setelahnya pintu kami terbuka lebar dengan suara yang sangat keras. Tampak seorang pria yang tinggi dan putih, memakai topi yang dibalut dengan kain dan baju panjang dengan syal, pakaian yang cukup mencolok. Ia tampak tersengal-sengal.
"Selamat malam, Tuan Whincester. Saya rasa Anda kelelahan setelah perjalanan panjang Anda dari Jepang." Holmes berdiri dan tersenyum. Pria yang dimaksud nyaris roboh ketika mendengar perkataan Holmes. Ia lalu berjalan terhuyung-huyung dan duduk di hadapan Holmes. "Bagaimana... Bagaimana caranya Anda bisa tahu?" tanya Whincester.
"Mudah saja," kata Holmes, "Taksi yang kau naiki adalah taksi resmi bandara. Jadi pasti kau baru dari bandara. Ada sobekan tiket berbahasa Jepang yang menempel di syal Anda. Pasti Anda baru dari Jepang." Whincester langsung mengecek syalnya. Ia lalu mengeluarkan serpihan tiket yang sangat kecil, nyaris tak kasat mata.
"Tapi ini sangat kecil! Aku tak yakin manusia normal bisa melihatnya!" kata Whincester. "Wah, jadi Anda meragukan bahwa saya manusia?" tanya Holmes sambil tersenyum. Melihat Whincester yang kebingungan, Holmes lalu tertawa. "Tidak apa-apa, Tuan Winchester. Ada apa gerangan sehingga Anda ke sini?" tanya Holmes. "Aku ingin meminta bantuan Anda," kata Whincester.
"Tidak." Kata-kata Holmes mengejutkanku. Whincester hanya dapat terbelalak. "Holmes!" kataku marah. "Apa?" kata Holmes dingin, "Aku tidak dapat mengambil kasus ini kalau bahkan klien kita belum percaya pada kita,"
"Ya kan, Tuan Ging Freecss?"
Wajah Whincester langsung memerah marah. "Apa-apaan..." kata Whincester gugup, "... Ini... Ini penghinaan!" Holmes pun tersenyum. "Lalu apa? Anda berpikir dengan wajah Anda yang tidak tertutup sedikitpun, dengan penyamaran yang tidak memadai, saya tidak akan mengenali Anda sebagai Ging Freecss, Hunter ternama dari Jepang yang menciptakan Greed Island?"
Whincester lalu terkesiap. Ia lalu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian Ia mencabut sesuatu dari hidungnya. "Sudah kubilang, hidung palsu ini tak pernah bekerja." Ia lalu meletakkan hidung palsunya di atas meja kerja Holmes.
Tersingkaplah sesosok wajah oriental dengan netra yang lembut namun bibir yang tegas. Senyumannya memancarkan kecerdasan dan gerak-geriknya menunjukkan kekuatan. "Wah, sepertinya hunter yang satu ini masih tertandingi oleh satu-satunya detektif konsultan di dunia ya?" katanya sambil menggeleng. Holmes hanya tersenyum
"Anda datang sepagi ini tentunya bukan untuk mengobrol, kan?" kata Holmes. "Oh, ya, tentu saja," kata Freecss sambil mengambil sebuah berkas dari balik pakaiannya. Ia lalu menyerahkan berkas itu kepada Holmes. Holmes menerimanya dan membuka berkas itu.
"Elena," kata Holmes saat membuka dokumen tersebut. "Salah satu rekanku dalam membuat Greed Island. Ia ditemukan mati tertembak di kamar apartemennya hari ini, pukul 08.30 waktu Jepang, yang berarti pukul 23.30 waktu Inggris. Ia..." "... Siapa yang menemukannya?" potong Holmes.
Freecss lalu menengok padaku dengan cemas. "Tak perlu khawatir, Tuan Freecss, Ia adalah sahabatku selama bertahun-tahun. Jadi tak ada alasan untuk tidak percaya padanya," kata Holmes. Freecss lalu mengangguk.
"Aku yang menemukannya. Tapi karena alasan tertentu, aku tidak memberitahu polisi. Alih-alih, aku langsung ke sini," kata Freecss.
"Apakah alasan tertentu itu?" tanya Holmes ingin tahu.
"Itu adalah urusanku, Tuan Holmes yang baik, aku hanya memerlukan bantuan Anda," jawab Freecss dengan ekspresi tidak nyaman.
Holmes hanya mengerling dan tersenyum.
"Itu saja?" tanya Holmes.
Dahi Freecss mengerut karena kebingungan. "Apa maksudmu?"
"Kematian Elena, hanya itu kan masalahmu? Kalau begitu, aku tak dapat memberikan saran atau nasihat apapun. Silakan keluar dari ruangan ini," kata Holmes sambil tersenyum.
Wajah Freecss yang awalnya terlihat kebingungan kini memerah marah. "Apa?! Saya datang jauh-jauh ke Inggris hanya untuk diusir? Perlakuan macam apa itu?"
"Yah, sebenarnya aku sangat ingin membantu Anda, tapi seperti yang saya katakan tadi, kalau Anda masih belum percaya kepada saya, maka tidak ada hal yang dapat dilakukan. Anda saya anggap sebagai seorang klien jika Anda sudah mempercayakan segala hal tentang kasus ini kepada saya. Anda tahu saya ini seorang profesional, saya tidak akan mengambil keputusan tanpa data yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan," jelas Holmes.
Freecss, yang sudah hampir beranjak dari tempat duduknya, kembali duduk dan menenangkan diri. "Baiklah Tuan Holmes, karena Anda sudah memaksa saya, dan karena saya tidak punya pilihan lain selain meminta bantuan kepada Anda, saya akan menceritakannya kepada Anda."
"Elena adalah wanita yang sangat cerdas. Sudah banyak organisasi yang meminta bantuannya. Tidak terkecuali organisasi gelap. Aku sudah mewanti-wantinya untuk berhati-hati, namun kau tahu, umurnya bahkan belum genap 25 tahun, Ia masih dalam masa transisi dari remaja menuju dewasa. Jadi jiwanya pun masih bergejolak."
"Waktu itu aku sedang dalam perjalanan pulang ketika aku melewati apartemen Elena. Aku pun memutuskan untuk masuk. Aku mengetuk pintu kamarnya. Betapa terkejutnya aku ketika yang mengintip melalui lubang pintu bukanlah manusia; melainkan pisau."
" 'Elena, ini aku, Ging,' kataku. Barulah sesosok manusia mengintip. 'Oh, aku senang sekali itu kau!' kata Elena sambil keluar dari apartemennya. Wajahnya terlihat pucat dan ketakutan. 'Ayo masuk!' kata Elena."
"Aku lalu masuk ke dalam apartemennya. 'Aku buatkan minum dulu ya,' katanya sambil beranjak ke dapur. Aku hanya duduk diam di ruang keluarga. Tiba-tiba aku merasa butuh buang air kecil. 'Elena, bolehkah aku memakai kamar mandinya?' tanyaku. 'Oh, silakan,' jawab Elena. Aku lalu pergi ke toilet."
"Saat aku berada di toilet, aku mendengar suara orang berbicara. Kukira itu berasal dari televisi, jadi kubiarkan saja. Setelah selesai, aku lalu keluar."
"Ketika aku keluar dari kamar mandi, aku melihat cipratan darah di dinding. Aku langsung mencari Elena."
"Teryata Elena ada di ruang keluarga. Dugaanku salah, karena televisinya tidak menyala. Namun Elena sedang berbaring di lantai dengan kepala yang hampir putus."
" 'Elena!' kataku sambil menghampirinya. Ia masih sekarat dan Ia mencoba mengatakan sesuatu. Aku lalu mendekatkan telingaku ke mulutnya."
" 'Ch... Chro... Chro..llo...'"
"Setelah itu Ia meninggal dunia. Menyadari betapa seriusnya masalah yang akan aku hadapi, dan bagaimana polisi tidak akan bisa menandingi pelakunya, akhirnya aku pergi ke sini."
"Oh, pantas saja kau tidak memberitahu polisi. Ternyata yang kita hadapi adalah Genei Ryodan," kata Holmes.
Aku mengrinyitkan dahi. "Genei Ryodan? Apa itu?" tanyaku.
"Genei Ryodan adalah sebuah organisasi kejam yang merampok barang-barang berharga. Musuh besar mereka adalah mafia dan ketua mereka adalah Chrollo Lucifer," jelas Freecss. "Kau akan belajar banyak dalam perjalanan kita, Watson," kata Holmes. Aku lalu mengangguk.
"Dimanakah apartemen Elena?" tanya Holmes. "Biei. Aku sudah memesan tiket untuk tiga orang pukul 4 pagi nanti, sebaiknya Anda bersiap-siap. Kita akan bertemu lagi nanti di bandara," kata Freecss.
Holmes lalu mengangguk. "Selamat malam, Tuan-tuan," kata Freecss sambil mengangkat topi dan keluar dari ruangan kami.
"Wah, Watson, sepertinya kotak ini harus menunggu lebih lama lagi," kata Holmes sambil memasukkan suntikan kokainnya ke dalam kotak kayu dan menutupnya setelah Freecss menutup pintu.
"Permainan dimulai."
