The Heart Can Not Speak | oleh Ciel Pockyhive
Harry Potter © J. K. Rowling
Prolog
.
Ginny memelukku erat, membuatku sedikit sesak untuk bernafas. "Uh, kau tidak berniat untuk membunuh ?" aku menepuk-nepuk punggungnya, tersenyum saat merasakan ia menggeleng lalu membalas pelukannya. "Hmmm... aku bahagia untuk kalian berdua!"
Dua puluh menit lalu Ginny muncul di flatku.
Aku baru saja akan melepas braku untuk mandi. Geez.
Kemudian dia menghabiskan waktu sebanyak delapan belas menit menceritakan tentang kekasihnya yang sekaligus sahabatku, Harry Potter, melamarnya tadi malam. Ginny menceritakannya dengan sangat detil.
Harry menjemputnya dari tempat latihan quidditch tepat pada saat matahari mulai terbenam. Bercanda sebentar sebelum akhirnya Harry bermain dengan sapu milik Ginny, berkata bahwa dia rindu bermain quidditch. Kuakui pekerjaannya sebagai auror memang sangat menyita waktu.
Harry mengajaknya untuk naik, duduk bersamanya di atas sapu terbang dan tanpa direncanakan, Harry membawanya terbang di langit yang berwarna jingga.
Mereka terbang hingga langit berwarna biru gelap dan mendarat di sebuah pantai yang sepi.
Dan hal itu terjadi.
Aku masih ingat bagaimana wajah Ginny saat menceritakan momen bahagianya beberapa menit lalu.
Kedua matanya berbinar, bibirnya tak dapat berhenti tersenyum lebar.
Aku dapat merasakan pipiku memerah saat ia menceritakan bagaimana Harry menciumnya dengan sangat bergairah setelah melamarnya.
"Oh, Hermione!" akhirnya Ginny melepas pelukannya. Tatapanku melembut. Kami saling memandang. "Kita rayakan?"
Mendengar ajakannya, aku langsung menunduk perlahan.
Hilang sudah wajah bahagia Ginny, kini wajahnya tampak khawatir menatapku. Ia mengelus pipiku dengan ibu jarinya dan bertanya, "Kau masih tidak enak badan?"
Aku menghela nafas.
Tentu aku sangat ingin merayakan Ginny tapi beberapa hari ini aku merasa sangat lemas dan, ugh, sangat mual. Membuatku jarang makan dan menjadi kurang bertenaga seperti sekarang ini.
Aku melipat kedua tanganku di depan dada. "Sepengetahuanku, aku memiliki tekanan darah rendah. Dan ditambah akhir-akhir ini nafsu makanku berkurang."
Ginny tampak sedang berpikir. "Kuharap kau memang sakit," ucapnya. Ginny menangkap wajah bingungku namun bukannya menjelaskan apa maksud dari ucapannya, ia malah tetap memasang wajah itu, wajah kau-tahu-apa-yang-kumaksud.
Ya.
Aku tahu.
Tiba-tiba Ginny menarik tali braku dan melepasnya.
"Aw!"
Ginny tertawa. "Wajahmu! Hahahahaha. Sangat lucu!"
Dan kuharap aku memang sakit.
To be continued.
A/N:
Ini adalah The Wounds Have No Sound versi sudut pandang Hermione.
Menurut saya perasaan Draco sangat complex, dan membuat fanfic berdasarkan sudut pandangnya lumayan susah. Akhirnya saya memutuskan untuk membuat versi sudut pandang dari Hermione dan saya masih tetap melanjutkan The Wounds Have No Sound.
Semoga dengan ini, kedua fanfic yang saling berhubungan ini bisa greget.
