Huaaa~
Hai minnaaaa, misa is baaaack~
Misa baru bisa update lagi, soalnya sekarang kelas 3 SMA lagi masa sibuk2nya
Kali ini Misa bawain fic baru. Terinspirasi dari komiknya Junko Karube-sensei. Tapi karena Misa cuma punya chapter 1nya aja, jadi mungkin yg banyak kesamaan cuma diawal aja :3
Yosh, langsung ke cerita aja yaa~
Enjoy
.
.
Disclaimer: Them self. Isyarat Meiko karya Junko Karube
Pair: YunJae
Genre: Romance/Drama
Rated: T
Warning: BL, OOC, AU, alur kecepetan, typo(s)
.
.
ISYARAT
By: Misa Yagami Hitsugaya
.
.
Duniaku berbeda dari yang lain. duniaku lebih tenang, lebih diam. Semakin bertambah usia, aku tahu pada akhirnya aku harus keluar dari zona nyaman ini. keluar dari sangkar dan terbang ke dunia baru...
.
Suasana di stasiun sangat ramai. Jelas saja karena itu adalah jam orang pergi menjalankan aktivitas masing-masing. Dan kereta menjadi alternatif yang pas untuk mengatasi masalah kemacetan yang tengah melanda kota-kota besar di seluruh belahan dunia.
Diantara kesibukan tersebut, seorang pemuda yang cantik tengah kebingungan. Ia jarang sekali naik kereta, dan ia tak tahu jadwal keberangkatan kereta.
Kim Jaejoong namanya, sang pemuda yang sedang berdiri diam di depan papan jadwal keberangkatan. Ia menoleh ke kiri-kanan, guna mancari seseorang yang bisa membantunya.
Ia melihat seorang gadis berseragam SMA yang juga tengah melihat jadwal keberangkatan kereta.
"P-per...si.. ja.. ..oul..pan?" si cantik itu berusaha untuk bertanya, namun karena keterbatasannya, ia hanya bisa mengucapkan beberapa patah kata saja.
"Hah? Kau bicara apa? Aku tak mengerti." Jawab sang gadis bingung.
Jaejoong berpikir, dan akhirnya memutuskan untuk bicara lewat tulisan.
'saya ingin tanya, jadwal kereta menuju seoul itu kapan?'
Jaejoong menyerahkan kertas kecil itu pada si gadis. Gadis itu melihat dalam ke arah Jaejoong, kemudian menilis sesuatu.
'sekarang masih di stasiun samgakji, sebentar lagi sampai di Ichon aku akan memberitahumu lagi nanti.'
Pemuda itu tersenyum senang, ia membungkuk hormat kemudian bicara terbata. "Gamsh..ae..", sedangkan sang gadis hanya tersenyum dan balas membungkuk.
Tak lama keretapun datang. ia dan gadis tadi naik bersama-sama. Keadaan kereta yang penuh sesak membuatnya tak nyaman. Jaejoong hanya bisa berharap agar ia segera sampai di Seoul.
.
.
.
Setelah sampai, Jaejoong bergegas memanggil taksi dan menuliskan alamat yang ia tuju. Sang supir mengangguk dan mereka segera melesat. Jaejoong menatap jam tangannya cemas. Ia hampir terlambat di hari pertamanya bekerja. Andai ummanya mengizinkan Jaejoong untuk pindah ke Seoul, pasti ia tak perlu berdesak-desakan di kereta seperti tadi.
"Kita sudah sampai, tuan."
Jaejoong masih diam, ia tak bisa mendengar jelas apa yang diucapkan supir tadi. tapi melihat mobilnya berhenti di depan sebuah gedung perushaan yang besar, sepertinya ia sudah sampai.
Ia melihat nominal uang yang harus ia keluarkan, kemudian membayar ongkos taksi tersebut. yah, memang sulit menjadi seorang tuna rungu.
.
Jaejoong menatap gedung besar di hadapannya. Banyak orang berlalu masuk. Ia menarik nafas, dan menghembuskannya pelan. Ia pasti bisa, ia pasti bisa untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang sekitar.
'Aku yang memilih ini sendiri. Aku tak boleh menyesal. Tak boleh kecil hati.'
Ia kembali menghembuskan nafas, kemudian melanjutkan perjalanannya.
.
"Ia Kim Jaejoong, mulai hari ini ia akan bergabung dengan tim kita. Tolong membantunya jika ada kesulitan." Yoo Jaesuk sang kepala bagian memperkenalkan Jaejoong pada karyawan yang lain.
"K-kim...Jae..joong..hon..bim..bingan." ucap Jaejoong seraya menunduk hormat. Ia tersenyum ketika memandang orang-orang. Namun senyumnya hilang ketika yang lain justru melihatnya dengan aneh.
"Eh, dia bilang apa sih?"
"Aku tak mengerti."
"Bicaranya aneh ya."
Jaejoong memang tak bisa mendengar semuanya. Tapi melihat dari ekspresi karyawan lain, ia merasa seperti orang bodoh.
Yoo Jaesuk yang melihat hal itu langsung menepuk bahunya. "ayo, silakan duduk." Ia menunjuk salah satu meja kosong.
Jaejoong mengerti maksudnya kemudian berjalan menuju meja kerjanya.
.
*Jaejoong POV*
Aku mulai menyalakan komputer di depanku. Ini hari pertamaku bekerja, aku harus bersemangat. Tapi melihat reaksi dari rekan yang lain, aku jadi merasa tak enak. Apa suaraku terlalu besar? Kurang jelas? Logatnya aneh?
"Hahahahaha"
Aku melihat rekan meja depanku tengah tertawa dengan teman-temannya yang lain. Apa mereka menertawakanku?
Tiba-tiba aku tersadar. Ya! Kim Jaejoong! Ini baru awal, mengapa kau sudah berkecil hati duluan? Pasti bisa menyesuaikan diri, jadi harus bersabar!
Tak apa, mulanya memang selalu begini kan?
Daripada berpikir yang tidak-tidak, lebih baik aku melanjutkan pekerjaanku.
"Kim Jaejoong, ini tolong dikerjakan, perinciannya tertulis di belakangnya." Ia salah satu rekan kerjaku.
Aku melihat map yang dibawanya, tanpa mendengar apa yang diucapkannyapun aku tahu apa yang ia minta. See? Mungkin ini tak terlalu sulit.
Sebisa mungkin aku mengerjakan laporan tersebut, sesekali aku mengerutkan kening saat ada yang tidak kumengerti dari rincian ini.
Aku menoleh mencari orang tadi. dan aku melihatnya tengah mengobrol dengan seorang lelaki berjidat lebar.
Segera saja aku menghampirinya. "Ng..anu..da..yang...ta..ngerti.."
Pemuda di depanku itu terlihat bingung dan menoleh ke pemuda di sebelahnya. Aku langsung menulis dalam catatan kecil yang selalu kubawa kemana-mana.
'Ada yang tak kumengerti, tolong jelaskan.'
Kuberikan kertas kecil itu padanya.
"Ah, kau tidak mengerti? Aku akan menjelaskannnya, jadi-"
Aku menepuk bahunya, kemudian menyerahkan catatan kecilku padanya.
Ia menatap catatan itu, kemudian menulis sesuatu.
'Jadi mana yang sulit?'
'Bagian keuangan tanggal 10.'
'Itu begini.. blablabla...'
Aku membaca penjelasan pemuda itu seksama. Kemudian tersenyum lembut dan membungkuk.
Tepat saat aku hendak pergi pemuda itu menahan pundakku.
Aku menoleh dan menatapnya heran. Ia mencoba bicara sesuatu, aku hanya bisa menangkap dari gerak bibirnya.
"Aku Jung Yunho, salam kenal." Kemudian ia tersenyum.
Aku hampir saja terlonjak saking bahagianya. Ya Tuhan, aku baru dapat teman di hari pertamaku bekerja, dan- ia sangat tampan.
Ya! aku juga tampan, walau kebanyakan orang memanggilku cantik.
Aku menunduk kemudian beranjak pergi ke mejaku. Wajahku sudah merah seperti kepiting rebus. Ah, mungkin bekerja seperti ini tak buruk juga.
*end JJ POV*
.
"Yunho-ya, kau bicara dengan pegawai baru itu?" tanya Yoona, salah satu rekan pegawainya.
"Ne, meski harus lewat tulisan." Jawab Yunho.
"Jadi sulit ya, sudah ada peraturannya sih. Jadi apa boleh buat?" ucap Yoochun.
"Maksudmu tentang perlakuan terhadap orang cacat?" tanya Taeyeon.
"Ya, makanya ia dipekerjakan." Jawab Yoochun.
Sedangkan Yunho hanya menatap punggung Jaejoong yang berjalan ke mejanya.
'pasti sulit.'
.
+misamisa+
.
Hari-hari berlalu, rekan-rekan kerja Jaejoong sudah mulai terbiasa dengan kekuarangannya. Meski mereka seringkai kesal karena dibuat repot oleh Jaejoong, tapi bagaimana lagi?
'Fotokopi 100 lembar.'
'Tolong ini dibuat laporannya.'
'Fotokopi 5 lembar dan dijilid.'
Jaejoong sudah biasa dengan catatan-catatan kecil di mejanya. Ia senang, karena orang-orang di sekitarnya sudah mau mengerti.
Ia berusaha sebaik mungkin agar tidak merepotkan orang lain.
.
Jam menunjukkan pukul 12 siang. Waktunya makan. Jaejoong berdiri dari bangkunya.
'Mau makan siang bersama? Aku yang traktir.'
Jaejoong sempat terkejut ketika Yunho muncul di depannya, dan memberikan kertas kecil. Sebagai jawaban, ia hanya tersenyum dan mengangguk.
Segera saja Yunho mengajak Jaejoong ke restaurant dekat kantor.
'Mau pesan apa?' Yunho menulis lagi. Jaejoong menatap menu di depannya, kemudian menunjuk salah satu menu.
"Baiklah, kami pesan 2 mie sapi lada hitam, dan 2 ice lemon tea." Ucap Yunho pada pelayan di sampingnya.
Setelah pelayan itu pergi Jaejoong menuliskan sesuatu.
'Maaf membuatmu repot.'
Yunho sempat terkejut membacanya, tapi ia kembali tersenyum.
'Tak apa, aku hanya ingin berteman denganmu.'
Kali ini Jaejoong yang terkejut. Ia senang ada yang mau tulus berteman dengannya.
Tak lama, pesananpun datang, bersamaan dengan datangnya beberapa orang yang duduk di sebelahnya.
Jaejoong mulai menikmati mienya, sedangkan Yunho menatap ke arah orang-orang tadi.
Mereka tak bicara, hanya menggerakan tangan mereka. Apa begitu caranya berkomunikasi.
'Itu namanya bahasa isyarat.' Jaejoong menyerahkan kertas kecil pada Yunho.
'Apa kau juga bisa bahasa isyarat.' Jaejoong tertawa kecil membaca pertanyaan Yunho.
'Tentu saja, aku ini kan tuna rungu. Bagi kami, bahasa isyarat adalah cara paling mudah untuk berkomunikasi.'
Yunho tertegun membacanya. Jadi, bahasa isyarat ya.
.
.
.
Jaejoong berangkat lebih pagi dari biasanya. Menghindari kereta yang terlalu penuh bila ia sedikit siang.
Segera ia duduk di kursinya dan menyamankan diri. Tak sengaja, ia menoleh ke arah Yunho yang tengah meminum kopinya. Merasa diperhatikan, Yunho menatap Jaejoong kembali.
Seperti teringat sesuatu, Yunho berbalik ke mejanya, kemudian membaca sebuah buku. Jaejoong hanya memperhatikan dalam diam. Dan ketika Yunho berbalik. Jaejoong merasa hatinya menghangat.
'Selamat pagi' Yunho mengucapkannya dengan bahasa isyarat. Melihat Jaejoong yang diam saja, Yunho kembali membaca bukunya "Cara cepat belajar bahasa isyarat".
Ia tersentak saat ada yang menepuk bahunya.
'Selamat pagi.' Jaejoong membalas bahasa isyarat Yunho. Dan keduanya saling menatap dalam, kemudian tersenyum.
.
Bolehkah aku merasakannya? Cinta? Karena pada akhirnya ada yang memperhatikanku lebih dari yang lainnya.
.
TBC
.
Mian kalau pendek, masih chap awal soalnya~
Sedikit banyak Misa juga terinspirasi dari mantan housekeeper Misa. Dia tuna rungu, gara2 dulunya demam tinggi banget. Ngomong ama dia rada susah, tapi karena udah kelamaan, jadi terbiasa.
Yosh~ gimana pendapat readers? Lanjut? Delete?
