DISCLAIMER
Naruto (c) Masashi Kishimoto
Tsun to Dere
DLDR!
Cahaya matahari menerobos celah kecil ventilasi udara, di dalam kamar mandi. Sosok berantakan yang masih tertidur pulas di atas kloset mulai terusik. Tangannya bergerak menggaruk pipi, bahkan sesekali menampar saat dirasakan nyamuk mendarat di pipinya.
Dia merubah posisinya, mengelap air liur yang mulai menggenang dan turun ke arah dagunya. Sangat tidak nyaman, benar-benar tidak nyaman, sejak kapan kasur empuknya berubah sekeras porselen?
Tak kunjung membuka mata, dia malah bergerak ke sana-kemari mencari posisi yang nyaman, untuk melanjutkan tidurnya.
"HINATAAA!"
Terkesiap, tak siap, dan jatuh menghantam lantai. Gadis SMA bernama Hinata itu, terbangun seketika. Sepertinya suara teriakan kakak lelakinya itu, sangat ampuh untuk membangunkannya. Dia berdecak, memukul pelan keningnya saat sadar jika dia berada di dalam kamar mandi.
"Sial, lagi-lagi aku berjalan sambil tertidur."
Baru saja berniat ingin berdiri, teriakan kedua menyusul.
"HINATA! CEPAT TURUN ATAU KUTINGGAL!"
Hinata berani bersumpah, tidak ada kakak di dunia ini yang sekejam kakaknya. Bagaimana bisa dia turun, dengan keadaan belum siap seperti ini.
"Berikan aku waktu, lima belas menit saja!" balasnya.
Hening sejenak.
"Baiklah, akan kutinggal!"
"Neji!!!"
.
.
.
Keseharian gadis bernama lengkap Hinata Hyuga, selalu sama. Di mana dia akan terbangun kesiangan di tempat yang aneh, ditinggal pergi oleh sang kakak, melewatkan sarapannya, dan harus ekstra berlari agar tidak tertinggal.
Gadis berusia tujuh belas tahun itu, menapaki tahun terakhirnya di SMA. Dia atlet Taekwondo kebanggaan SMA Konoha, sering tiba di sekolah saat gerbang sudah menutup setengahnya. Membuat penjaga gerbang yang telah hafal kebiasaannya itu hanya berdecak, saat harus menunggu beberapa menit setelah jam masuk, agar tidak perlu untuk bolak-balik buka-tutup gerbang.
Nyaris berpapasan dengan Anko, si guru matematika yang kejam, Hinata berhasil selamat karena memacu larinya dan sampai di kelas lebih dulu. Dia bernapas lega, namun saat melihat seisi kelas yang berantakan dengan sampah kertas berserakan, juga duduk yang tidak tertib membuatnya mendesah malas.
Mata abunya melirik, si Ketua kelas Shikamaru Nara yang asyik tertidur. Sungguh tidak bisa diandalkan. Lalu bergeser sedikit ke arah Bendahara kelas, Sakura Haruno, sama saja, dia sibuk bergosip. Hinata memijat pelipisnya pelan, kalau seperti ini terus dia akan mati sebelum menempuh Ujian Nasional.
Gelarnya sebagai keamanan kelas, tidak pernah membuat anak-anak di kelasnya menurut, yang paling sulit adalah anak laki-laki. Mereka beringas, nakal, tidak tahu aturan, dan sulit dikendalikan.
Kadang, sesekali Hinata terpaksa membanting mereka lalu menyeret mereka ke dalam kelas, agar mau mengikuti jam pelajaran. Sialnya, jabatan keamanan hanya dipegang olehnya seorang diri. Wali kelasnya tidak pernah berpikir, bagaimana mungkin satu orang melawan tiga puluh tiga murid.
Setidaknya, dia membutuhkan wakil untuk membantunya. Ya, Hinata sangat membutuhkannya. Jika ada wakil, Hinata bisa menangani separuh murid, dan sisanya oleh si wakil.
Sambil berjalan ke bangkunya, Hinata berpikir siapa kiranya yang cocok dengan posisi itu. Pandangan Hinata jatuh pada laki-laki yang terkenal paling diam, dan tidak menarik perhatian di kelas. Benar juga, dia terlihat menyeramkan dan cukup aneh.
Kesehariannya di kelas hanya membaca komik-buku pelajaran-komik. Sepertinya dia juga menyukai karakter fiksi superhero yang sedang banyak dibicarakan, Hinata tertawa sendiri dalam hati, berkelebat pikiran tentang anak laki-laki itu yang membantunya. Hinata merasa beban berton-ton di pundaknya, melayang separuh.
Masalahnya, Hinata baru ingat, selama menempati kelas yang sama mereka sama sekali belum pernah bertegur sapa. Namanya pun, samar-samar Hinata ingat, tapi rasa butuhnya mengalahkan segalanya. Dengan langkah pasti, melewati berbagai tingkah anak laki-laki, Hinata mendekati meja targetnya.
"Ekhem."
"Hei, Satsuki," panggil Hinata.
Mata sehitam jelaga itu melirik dari komiknya sepersekian detik, sebelum kembali lagi membaca komiknya.
"Hei, aku bicara padamu!"
"Aku bukan Satsuki," balasnya.
"Engh?" Hinata salah sebut rupanya, gadis itu memutar otak, mengingat nama laki-laki di hadapannya.
"Sasumi?"
"Bukan."
"Saori?"
"Bukan."
"Sayuri?"
"Bukan."
"Sasume?"
"Hentikan!" dia melipat komiknya kesal, matanya tajam menghunus pandangan mata Hinata, yang sama sekali tak takut padanya.
Ayolah, jika Hinata takut hanya dengan pelototan seperti itu, tidak mungkin dia akan terpilih sebagai keamanan kelas.
"Lalu siapa?"
"Apa pentingnya?"
"Penting, aku harus tahu siapa namamu!"
"Bayar."
Hinata memutar matanya bosan, "Demi Tuhan, itu hanya sebuah nama."
"Kalau begitu, cari tahu sendiri."
"Baiklah!"
"Hn."
Hinata mengumpat saat kembali berjalan menuju bangkunya. Menyebalkan sekali, lelaki tadi mungkin akan Hinata beri peringkat pertama untuk orang yang paling menyebalkan dan membuat emosi.
Anko memasuki kelas, dengan wajah bersalahnya, "Maaf ya anak-anak, tadi sensei bicara sebentar dengan kepala sekolah. Dan baiklah, sebelum memulai pelajaran, sensei akan mengabsen satu-persatu."
Bagai mendapat pencerahan, wajah Hinata kembali berbinar. Benar juga, untuk apa sejak tadi dia bersusah payah mengetahui nama lelaki tengik itu, jika setiap hari guru pengisi kelas akan mengabsen mereka.
"Akane?"
"Hadir."
Kali ini Hinata akan memasang telinganya baik-baik, mendengar nama orang menyebalkan itu, dan memasukkannya diam-diam ke seksi kelas untuk membantunya. Dia tertawa dalam hati, sungguh pembalasan yang indah.
"Hidan?"
"Hadir."
"Hinata?"
"Hadir."
"Izumo?"
"Hadir."
"Kotetsu?"
"Hadir."
Hinata terus mengamati.
"Sasuke?"
Hening.
"Sasuke Uchiha?!" ulang Anko.
Kini mata Anko mencari-cari orang bernama Sasuke tersebut, Hinata pun ikut mencarinya. Sampai Anko mengangguk lalu mencentang buku absen, Hinata hanya bisa terdiam dengan wajah aneh.
Jadi orang itu bernama Sasuke, sungguh mengkhawatirkan, menjawab absen saja dia tidak mau.
Hinata terus memperhatikannya, sebelum si Sasuke itu menoleh juga ke arahnya.
Mata keduanya saling memicing sengit, seperti ada kilatan cahaya tak kasat mata.
'Kena kau!'
Bersambung
Fiksi penggemar ini sebelumnya sudah dipublikasikan di wattpad, dengan sedikit perubahan lalu dipublikasikan juga di sini.
