Ringkasan: Melodi ini, hanya kau yang bisa memainkannya seindah sekarang. "—kau selalu dicintai, Hayato." # Birthday fict untuk Gokudera Hayato # Hampir missing-scene dari Future Arc; family—TYL!Bianchi dan Gokudera; BUKAN INCEST.

Peringatan: Hampir missing-scene dari Future Arc—alternate timeline setelah Target 282; family—TYL!Bianchi dan Gokudera; BUKAN INCEST—semata hubungan persaudaraan; POV terselubung; sedikit abstrak.


[Untuk Gokudera Hayato, 9 September 2011. Buon compleanno!]


.

Katekyou Hitman Reborn! © Amano Akira

.


"You were born into this world, loved by both of your parents."

[Bianchi to Gokudera Hayato

—KHR Target 282: Farewell, Future]


.

Melodia

.

©fariacchi

.

#

.


Hayato, ini adalah pesan dari masa depan.

Jika kau kembali ke masamu nanti, simpanlah baik-baik untuk hidupmu.

.

.

.


Pianonya berdenting.

Ya—ya, itu kau. Tidak ada lagi yang bisa membunyikan melodi seindah itu selain kau.

Ini masa depan. Ini bukan tempatmu. Tapi di sini kau menemukan masa lalu. Itu—pianonya—adalah tempatmu.

Bagaimana perasaanmu, Hayato?

Sejak kau pergi dari kastil itu di usia delapan, kau tidak lagi melihat piano itu. Ya—ya, piano yang itu. Piano kenanganmu dengan wanita itu. Wanita cantik berambut perak itu. Wanita yang dicintai ayah, Hayato. Wanita itu—ibumu.

Jadi—bagaimana perasaanmu?

Kau diam-diam menuju ruangan ini, berusaha melirik sekitarmu—memastikan tidak ada yang melihatmu. Kau bahkan tidak ingin Tsuna tahu? Atau Yamamoto Takeshi tahu?

Seperti biasa, kau selalu keras kepala, Hayato.

Padahal ketika masih kanak-kanak, kau manis sekali dengan sikap jujurmu itu. Kau bahkan tersenyum cerah jauh lebih banyak dari yang bisa dihitung dalam sehari.

Sampai dimana ini—ah, ruangan ini—benar.

Kau membuka pintunya dengan perlahan—perlahan sekali. Kemudian kau masuk, dan—belum, belum melangkah—kau terhenti.

Kau memandangi piano itu.

Ya—ya, itu dia. Itu pianonya. Itu pianomu. Itu piano kalian.

Hayato… apa yang kau lihat ketika itu? Apa yang memantul di keping hijaumu ketika kau melihat piano itu?

Apakah—

Kau melangkah seperti terhipnotis.

—kau melihat bayangan dirimu di usia tiga tahun? Diri kecilmu yang berada di pangkuan wanita cantik berambut perak? Diri kecilmu yang menekan tuts-tuts piano dengan jari kecil yang dibimbing? Diri kecilmu yang… tersenyum cerah?

Kau berhenti di depan pianonya.

Sedetik. Dua detik. Tiga detik—

—lama, Hayato. Kau mematung di sana, seolah piano itu adalah benda paling berharga yang ada di dunia.

Kau adalah anak yang begitu halus perasaannya, Hayato. Karena itulah, kau bisa merasa tersakiti begitu dalam. Kau adalah anak yang bertindak dengan emosi, Hayato. Karena itulah, kau tidak mau mencari fakta kematian yang kau benci.

Tapi itu adalah kau—Hayato.

Kau yang meninggalkan kastil karena kepercayaanmu runtuh. Kau yang menganggap ayah membuang ibumu dan memisahkan kalian. Kau yang membentuk perisai atas nama ketidakpedulian karena merasa kau tidak dicintai. Kau yang merasa tidak dibutuhkan sampai akhirnya kau berani mengobral nyawamu demi seseorang yang akhirnya kau percayai.

Kau yang sesungguhnya dicintai—Hayato.

Duduk. Kau duduk di sana, lalu dengan perlahan menyentuh satu tuts nada.

Berbunyi, Hayato. Jangan khawatir. Piano itu terjaga meski dua puluh tahun sudah berlalu. Piano itu akan selalu berbunyi untukmu, bagaimanapun.

Perlahan, jari-jarimu mendekat. Posisi yang tepat. Lalu—dalam hitungan yang membuat seseorang bisa menahan nafas—kau memainkannya.

Kau. Memainkannya. Piano itu.

Oh—

Melodi itu.

—ternyata kau tidak pernah melupakan melodi itu, Hayato.

Melodi indah yang selalu dibawakan ibumu setiap kunjungan tiga kali dalam setahunnya untukmu. Melodi indah yang selalu kau mainkan dalam menghabiskan hari sejak wanita itu tidak datang lagi untuk kunjungan ke sepuluh. Melodi indah yang ternyata tidak pernah kau lupakan.

Indah sekali. Bergema di ruangan segi empat sederhana itu.

Suratnya—

Kau memejamkan matamu; membayangkan sesuatu, Hayato?

—suratnya sudah kau baca, benar? Surat-surat cinta dari ayah kepada wanita cantik yang bukan istrinya. Surat-surat cinta dari ayah kepada ibumu. Surat-surat cinta yang menjadi bukti—

Melodi ini, hanya kau yang bisa memainkannya seindah sekarang.

—bahwa kau selalu dicintai.

.

.

.


Pianonya berdenting.

Ya—ya, itu kau. Tidak ada lagi yang bisa membunyikan melodi seindah itu selain kau.

Ini masa depan. Ini bukan tempatmu. Tapi di sini kau menemukan masa lalu. Itu—pianonya—adalah tempatmu.

Dan aku—

Ya—ya, ini aku.

—aku membuka pintu ruangan itu. Permainanmu tidak berhenti. Kau tahu aku di sini sepanjang waktu, Hayato?

Lalu aku—

Ya—ya, masih aku.

—aku berjalan mendekat dan meletakkan satu tangan di pundakmu. Tanpa bicara, aku menunduk sedikit dan meletakkan kepalaku di atas pundakmu.

Hayato—Hayato adikku.

"Aneki…*" kau bersuara; tidak menepisku, tidak juga menghentikan permainanmu.

"Ya, Hayato?"

Kau tidak menolak kehadiranku. Aku, kakak perempuanmu—kakak tirimu yang lahir dari istri sah ayah kita. Aku, kakak yang—mungkin memang sudah—membuatmu trauma karena percobaan masakan tulus di masa kecil. Aku, kakakmu—satu-satunya yang selalu dan tidak pernah berhenti menyayangimu.

Aku yang bahagia, Hayato—

Pianonya berbunyi pada bagian puncak ketika kau akhirnya membuka bibirmu. Satu kata saja, Hayato—dan itu menentramkan hatiku selamanya. "—Maaf."

Hangat, Hayato. Hangat sekali. Kau tidak membenciku. Aku, kakakmu yang seperti ini.

—ini cukup.

"Terima kasih, Hayato. Hayato, adikku satu-satunya—adikku seorang…"

Dan permainannya selesai. Melodi sempurna itu.

Indah. Harmonis. Hangat.

"—jangan lupakan pesanku—"

Seperti kita.

"—bahwa kau—"

Seperti dirimu, Hayato.

"—kau selalu dicintai."

.

.

.


Hayato, jika kau kembali dan bertemu diriku di masamu, aku ingin kau mengingatku di masa ini.

Aku ingin kau tahu aku menyayangimu sejak kau lahir. Karena kau adikku seorang—satu-satunya adikku.

Lalu—

Jika kau kembali dan menjadi dirimu di masamu, aku ingin kau mengingat semua masa lalumu.

Aku ingin kau bisa mengingat semuanya dan tersenyum. Karena kau—

kau selalu dicintai, Hayato.

.

#

.

.end.

.


Catatan Faria:

(*Aneki: salah satu bentuk panggilan kakak perempuan.) Melodia sebagai judul karya ini, adalah bahasa Itali dari melodi.

Oke. Ini adalah birthday fict untuk Gokudera Hayato. Lalu, kenapa Bianchi? Karena saya merasa hubungan persaudaraan mereka sangatlah unik. Dengan segala yang terjadi di antara mereka, keduanya tetap saling menyayangi. Dan, sejak Future Arc, terlihat bagaimana Bianchi sangat mengenal Gokudera. Bianchi yang penyayang; karakterisasi ini jadi wajar dan tidak berkesan incest bagi saya.

Baiklah—Buon Compleanno, Gokudera Hayato! Terima kasih sudah menjadi muse RP dan bahan fangirling saya selama ini *grin*

Jika ada yang memberi komentar melalui review, saya akan sangat gembira. Terima kasih sudah membaca :)


.

.©fariacchi.9September2011.