Trafalgar Law menjatuhkan dirinya di dek berumput Thousand Sunny Go. Menyamankan diri sementara nodachi miliknya terbaring disampingnya. Dia melepaskan topi putih bercorak coklatnya kemudian menepuk benda itu beberapa kali, cukup lama, membiarkan rambut biru tuanya terkena sinar matahari yang cukup menyengat hari itu—kesempatan yang jarang karena kapal bajak lautnya sendiri adalah sebuah kapal selam. Kemudian, bersamaan dengan Law mengenakan kembali topi itu, ia mendengar suara derap langkah dan seruan-seruan mendekatinya.
Dan hal berikutnya yang ia tahu, pemuda tampan yang dijuluki Shinogekai itu sudah berdiri dengan nodachi digenggamannya dan topi kesayangannya tergeletak tidak jauh—dengan warna ungu yang mulai merembes ke penjuru topi.
"Room."
"Shambles."
.
.
.
.The Mystery of Mecha Island.
One Piece © Eiichiro Oda
Rating: T
Genre: Adventure/Romance
I
.
.
.
Trafalgar Law menyesap kopinya perlahan, kemudian menyisirkan jemarinya ke helai rambut biru tua yang terjatuh tidak nyaman di dahinya.
Akhirnya sedikit ketenangan, pikirkapten bajak laut Heart yang juga adalah seorang anggota Shichibukai ini. Jika bukan karena aliansi yang dijalankannya dengan bajak laut Mugiwara, saat ini dokter hebat yang dijuluki Shinogekai ini takkan ada diatas Sunny Go.
Dia pikir perjalanan menuju Dressrosa setelah meninggalkan pulau Punk Hazard dapat dihabiskannya dengan menjelaskan rencana pada para kru Mugiwara. Dan mungkin dilanjutkan dengan sedikit istirahat, akan sangat membantu untuk memulihkan diri setelah apa yang terjadi saat ia bertemu Vergo, kesalahan perhitungan yang hampir membunuhnya.
Tapi, salah besar.
Beberapa menit setelah diskusi berakhir, Law mengasingkan dirinya di salah satu bagian dek Sunny Go, membuat dirinya senyaman mungkin. Baru saja dia memejamkan matanya, suara ribut terdengar dari arah dek yang lebih tinggi dari tempatnya berada, suara tawa khas kapten kapal tersebut, Monkey D. Luffy. Law mencoba tidak memperdulikannya, dan hal berikutnya yang ia tahu segunduk tanah sudah berada diatas kepalanya dan disusul suara teriakan penuh emosi dari si navigator kapal, Nami.
Law memilih untuk tidak memperbesar masalah, menjatuhkan tanah diatas topinya dengan asal dan mencari tempat lain untuk beristirahat. Ia tahu, kegilaan-kegilaan seperti apa yang dimiliki para kru Mugiwara karenanya, dia sudah cukup mengantisipasi gangguan-gangguan karena ke-hiperaktif-an para kru Mugiwara tersebut, belum ditambah si samurai Kin'emon dan putranya, Momonosuke. Terkena lemparan tanah, masih bisa ditoleransi. Diajak menari dengan gila saat tubuhnya menjerit minta istirahat, lemparan kail pancing yang hampir mengenai dirinya, kehebohan para cowok saat Nami mengajak Momonosuke mandi dan tidur bersama, rebutan makanan—oke!
Dan terakhir, si kapten kapal yang merebut jus berwarna ungu milik sang navigator kapal yang canti itu dan mulai berlarian ke penjuru dek untuk menghindari kejaran dan amarah Nami. Dengan jus tersebut yang pada akhirnya berakhir ditopi putih bercorak coklat milik Law yang kemudian dengan dramatis berubah menjadi ungu.
Law menggelengkan kepalanya saat mengingat kembali kejadian itu. Dia seharusnya sudah tahu apa jadinya aliansi dengan kelompok bajak laut semacam Mugiwara. Walau begitu, tetap saja ia membutuhkan mereka walau kesal rasanya, dan bodohnya lagi ada alasan yang bahkan bisa membuatnya memisahkan kepalanya dari tubuh dan dilemparkan kelaut. Tidak, tidak perlu dibahas.
Tapi, sepertinya apa yang ia lakukan setelah itu sedikit berlebihan, ia jadi sedikit menyesal.
Yah, setidaknya, akhirnya ada ketenangan untuk—
BRAK!
"KAU! Kembalikan aku ke tubuhku semula!"
Tidak jadi.
"Uhh... H-hei, kau! Kembalikan aku ke tubuhku semula! Aku kan sudah minta maaf! Dan lagipula yang menumpahkan jus itu Luffy!" Nami berseru kesal walau sempat terbata karena mendapati kapten bajak laut Heart tersebut tanpa topinya, yang hanya dibalas dengan tatapan datar oleh pemuda berkulit gelap itu. "Aku tidak peduli kau itu Shichibukai atau apa, kembalikan aku ke tubuhku semula! BAKA!"
"Nami-swaaaaan~" Sanji yang baru saja muncul dari dapur karena mendengar suara Nami, mengangkat alisnya saat yang ia dapati adalah kedua kapten bajak laut dikapal itu sedang berhadapan. Yang satu dengan wajah datarnya dan satunya, kaptennya sendiri dengan wajah kesal dan telunjuk yang diacung-acungkan sambil berteriak-teriak kesal. Dan tak jauh dari mereka, terlihat sosok sang navigator tercinta dengan tubuh seksinya dan rambut oranye yang berantakan terbaring dengan tidak elit di dek berumput Sunny Go.
Ya, sebenarnya itu perbuatan seorang Trafalgar Law. Karena akumulasi kekesalannya yang sebelumnya, ia menggunakan kemampuan buah iblisnya untuk menukar tubuh Luffy dan Nami. Karenanya, saat ini Luffy yang asli berada di tubuh Nami dan Nami yang asli berada di tubuh Luffy, yang tengah berteriak kesal pada Law.
Sanji menyadari apa yang terjadi dan langsung bermaksud membantu Nami—ditubuh Luffy, agar dikembalikan ke tubuhnya semula, saat Zoro keluar dari tempatnya biasa berada dan mulai meneriakan sesuatu.
"OI! ADA PULAU DIDEPAN SANA!" teriaknya. Hal itu membuat Luffy—ditubuh Nami, terbangun, juga mengambil alih perhatian Law, Nami, dan Sanji yang tengah berdebat didekat sana.
"Ehh?! Apa kita sudah sampai di Dressrosa?!" jeritnya.
"Hei! Kau dengar aku, kan!? Kembalikan aku ke tubuhku semula! Hei, Trafalgar, he-hei!"
"Pulau...?" gumam Law tidak memperdulikan protes Nami dan beranjak berdiri untuk ikut melihat bersama Luffy.
"Tora-o, apa itu Dressrosa?" tanya Luffy.
"Tidak, bukan, itu bukan Dressrosa... Pulau apa itu? Seharusnya tidak ada pulau di sana."
"Heeeeeh? Kau tidak tahu, Tora-o?"
"Oi, apa maksudnya ini?" Sanji ikut bertanya.
"Teman-teman apakah kita akan mendarat di pulau itu, sekedar untuk memeriksa..." Robin yang baru saja muncul ikut berdiri didekat Luffy dan Nami dan dengan mudah menyadari keadaan mereka. "Ara... Trafalgar-san, kau mempermainkan mereka dengan kekuatanmu ya?" tanya sang arkeolog yang dibalas Law dengan seringaian.
"OKE! Ayo kita periksa pulau itu!" seru Luffy dengan semangat.
"OI!"
"Tidak masalah, kan? Tora-o?"
"Tapi, apa logpose nya tidak akan bermasalah, nona navigator?" Robin bertanya pada Nami di tubuh Luffy. Baru saja Nami akan mengatakan sesuatu, Law kembali menanyakan hal yang sama, apakah walau hanya sebentar akan berpengaruh—sepertinya dia juga tertarik dengan pulau itu.
Yang akhirnya dibalas Nami dengan membalikan badan, tanpa menjawab satupun pertanyaan. Bagaimanapun ia ingin dikembalikan ke tubuhnya semula, sudah cukup terjebak di tubuh Sanji dan Franky saat di Punk Hazard.
Law menghela napas dan akhirnya memutuskan untuk mengembalikan Nami dan Luffy ke tubuh semula—walau Luffy sama sekali tidak protes akan hal itu.
"Jadi?"
"Entahlah... tapi sepe—"
"OI! LUFFY!"
Sang kapten kapal sudah memanfaatkan kemampuan buah iblisnya, memanjangkan tangannya dan meraih sebuah pohon yang terlihat cukup besar dan kuat untuk menarik dirinya.
"Hh... kalau sudah begini, tidak ada pilihan lain, kan?" ucap Sanji.
"Ya. Hei, Nose-ya yang disana, tolong jaga Caesar sementara aku menjelajahi pulau itu," ucap Law pada Ussop dengan nada datar.
"Oi! Siapa kau menyuruhku seenaknya?!" balas Ussop yang baru saja muncul dengan Chopper yang mengekor dibelakangnya, tidak terima diperintah begitu saja.
.
.
.
Di salah satu bagian pulau, disebuah celah yang ada disebuah pohon besar, poster-poster buronan tertempel dihampir seluruh bagiannya. Beberapa ada yang disilang dengan tinta merah dan adapula yang dirobek-robek hingga tak diketahui lagi wajah siapa yang ada disana.
"Itu mereka?" suara itu memecah keheningan tempat itu.
"Ya. Kau bisa, kan? Noa?" balas suara yang lebih berat, bersumber dari sesosok tubuh kecil yang terbuat dari lempengan logam yang sudah berkarat di bahu sosok yang disebut Noa itu.
"Aku hanya cukup menahan mereka, kan?"
"Ya." Suara itu menjawab dan didekatnya terdengar suara lain yang tengah tertawa keras sambil berujar 'Tidak masalah walau kau membunuh mereka!'. Seakan tidak mendengar, orang dengan suara berat tadi kembali berkata dengan setengah berbisik, " Demi Neo."
"Demi Neo."
.
.
.
To be continued
