Limit?
By : cronos01
Cast : Kim Junmyeon/ Wu Junmyeon
Zhang Yixing/ Wu Yixing
Wu Yifan/ Kris
Huang Zitao
Park Chanyeol
Byun Baekhyun
Oh Sehun
Xi Luhan
Kim Jongdae
Kim Minseok
Genre : Romance, Angst, Friendship
Rate T+ karena kata-katanya sedikit kasar. :D
Warning : Yaoi, Typo's. Don't Like, Don't Read. Simple!
So, Enjoy it!
Chapter 1
Kehidupan remaja di sebuah kota besar memang tidak bisa dijamin akan terbebas dari pergaulan yang menghancurkan jati diri mereka dan masa depan mereka. Sebisa mungkin mereka menghindar, berbagai macam orang, berbagai kebudayaan bisa saja mempengaruhi prinsip seseorang. Korea memnag bukanlah sebuah negara yang sangat ketat, meminum alkohol itu sudah biasa tapi tetap ada aturan yang berlaku namun, bagaimana dengan sebuah pergaulan yang menyangkut pautkan dengan obat-obat terlarang? Mungkin bisa dikatakan beberapa negara besar pasti melarang pengedaran barang haram tersebut.
Wu Yifan merupakan seorang remaja yang dulu bisa dikatakan memiliki masa depan yang cerah, memiliki keluarga yang selalu membanggakannya serta memiliki harapan yang besar dalam hidupnya. Semua itu kini berubah hanya karena sebuah kesalahan kecil, kesalahan yang harusnya Kris bisa menghindar dari awal sebelum ia bisa tenggelam makin dalam.
Hidupnya kini gelap. Keluarganya lebih tepatnya ayah kandungnya sendiri menyerah saat tau anaknya mengidap sebuah penyakit yang mungkin jika orang lain dengar mereka akan jijik, takut dan menjauh dari sang penderita. AIDS, penyakit itu kini bersarang di tubuh Kris.
FLASHBACK ON
Empat bulan yang lalu, Lay menemukan sang anak masih tertidur diatas ranjang padahal hari sudah menjelang siang. Feeling seorang ibu bisa dikatakan tidak pernah salah, Lay merasa hati nya tidak enak sejak pagi tadi awalnya ia berpikir sang suami yang menjadi penyebabnya tapi pagi tadi mereka sudah beretemu dan hatinya masih terasa tidak tenang. Ternyata benar dugaannya, rasa tidak nyamannya berasal dari Kris, sang anak. Wajah pucat Kris serta tangan yang gemetar karena kedinginan membuat Lay panik. Ia meletakan tangannya diatas dahi sang anak, panas rasanya panas sekali, tuubuh Kris sekarang sudah dibasahi oleh peluh yang bercucuran. Merasa ini bukan hal yang sepele, Lay memutuskan untuk membawa Kris ke rumah sakit.
Suho bela-bela meninggalkan setumpuk pekerjaannya di kantor untuk menyusul Lay yang tadi menelponnya sambil menangis tapi saat sebuah berita yang disampaikan sang dokter yang memeriksa Kris, Suho murka. Bagaimana mungkin ia harus meninggalkan segudang pekerjaan dan berita yang didapatkannya justru bisa saja sewaktu-waktu menjatuhkan reputasinya sebagai pengusaha.
"Awalnya saya mengira Kris hanya demam biasa, Suho. Tapi ternyata dugaan saya 90 derajat berbeda. Kris terjangkit penyakit AIDS. Jujur saya tidak percaya tapi hasil tes darah membuktikan."
Itulah kata-kata yang Lee uisa katakan tadi. Reaksi yang Suho berikan berbanding terbalik dengan Lay, istrinya itu menangis, tidak percya dan tidak kuat mendengar penuturan dokter tersebut. Suho tidak main-main, ia langsung menarik paksa Kris pulang dari rumah sakit. Pikiran Suho kini kosong, itulah yang membuat Suho kehilangan akal sampai menarik Kris yang sedang sakit keluar dari ruang rawat.
Sesampainya di manshion keluarga mereka, Suho langsung menampar pipi Kris. Lay hanya bisa menangis dan mencoba menenangkan sang suami tapi upayanya selalu tidak berhasil.
"Brengsek! KAU INGIN MENCOBA MEMBUNUH ABEOJI INI, KRIS?!" teriak Suho kalap.
Kris sudah tidak punya tenaga lagi untuk melawan sang ayah, ia berlutut bersimpuh dihadapan orang yang sangat dihormatinya.
"Ani, Abeoji. A—aku tidak ada niat unt—"
"KAU MEMANG TIDAK BERNIAT, KRIS. TAPI DENGAN KAU MENGIDAP PENYAKIT BIADAB ITU KAU BISA MEMBUNUH, ABEOJI MU!" teriak Suho lebih kencang.
Suho terlihat menarik nafasnya dalam-dalam, ia memejamkan matanya untuk meredam emosinya sesaat dan kembali membuka matanya menatap sang anak dingin.
"Dengan siapa kau melakukannya? Katakan dengan siapa?!" bentak Suho dihadapan Kris sambil membawa anknya berdiri dari posisi bersimpuhnya dan mencengkram bahu kurus Kris.
Kris menatap ayahnya dengan air mata yang jatuh perlahan-lahan. "Demi tuhan aku bersumpah, aboeji. Aku tidak melakukan apa-apa. Aku pun tidak mengkonsumsi obat-obat bodoh itu, Abeoji. Aku bersumpah."
Suho semakin mencengkaram kuat bahu sang anak dan meninju pipi Kris, membuat Kris yang memang sudah tidak punya tenaga itu tersungkur.
"Jawaban bodoh dan jawaban mustahil. Aku tidak mau tahu, kalau sampai para kolega ku tau masalah ini, aku kan mengusirmu dan mengeluarkan mu dari daftar nama keluarga Wu."
Mendengar ucapan sang suami, Lay mencengkram lembut tangan Suho menggelengkan kepalanya sambil menangis.
"Yeobo, geumanhae. Jangan katakan hal mengerikan seperti itu, dia satu-satunya anak kita. Kau tidak bisa memperlakukannya seperti itu." Derai air mata jatuh.
Suho masih menatap Kris yang sudah tekapar di lantai dengan tajam dan dingin. "Aku tidak peduli. Anak ini hanya membawa kesialan nantinya. Jadi sebelum kesialan itu datang, jauhkan dia dari keluarga terhormat ini." Tukasnya lalu pergi meninggalkan Lay dan Kris.
Flashback End
Itulah sekelebat masa lalu yang mungkin hanya terjadi dalam waktu singkat namun, merubah semuanya. Kris, semua berdampak pada Kris. Sosok yang dulu sangat gagah dan kuat itu. Kini terlihat rapuh, tidak berdaya dan menjauhkan dirinya dari orang-orang yang dekat dengannya. Mimpi-mimpi yang Kris punya, kebahagian yang Kris punya hilang. Terlebih lagi ia tau, bahwa waktunya hanya tinggal sesaat, memiliki batas.
~LIMIT~
"Kris!" teriak seseorang dari ujung koridor kampus. Fake smile yang menjadi ciri khas namja tinggi tersebut membuat Kris dari jarak yang cukup jauh bisa tau siapa orang yang memanggilnya.
Chanyeol langsung berlari menuju tempat namja berambut emas itu. Kris yang tadi memang sedang membaca buku, melanjutkan kembali aktivitasnya.
"Yo, Kris. Wae geurae? Kau sakit?"
Kris masih fokus menatap buku yang dibacanya dan menjawab singkat, "Ani."
Chanyeol menghela nafas kesal, "Selalu jawaban singkat."
Kris berdiri dari duduknya dan mengalungkan tas ranselnya, ia berjalan pergi meninggalkan Chanyeol namun, saat ia sudah ingin pergi Chanyeol menahan tangannya. Kris sontak langsung berhenti dan menghempaskan kasar tangan Chanyeol.
"Jangan menyentuhku, Chanyeol." Tukas Kris dingin.
Kris memang tidak ingin orang-orang menyentuhnya sejak penyakit itu bersarang di tubuhnya. Kris mengeluarkan tissue dari dalam tasnya dan memberikannya pada Chanyeol.
"Bersihkan tanganmu dengan ini." Ujarnya pada Chanyeol.
Chanyeo menatap tissue yang Kris sodorkan padanya, akhir sebuah tawa keluar darii bibirnya. "hahahaha, Yak Kris, kau ini apa-apakan sih? Tangannku tidak terdapat kotoran, buat apa benda itu."
Kris tidak menjawabnya, ia memasukan kembali tissue tersebut. Chanyeol menatap mata Kris sedih. Ada yang aneh dengan sahabatnya semasa SMA ini. Kris lebih sering menjaga jarak.
"Kris, ada apa denganmu? Perilaku mu tiga bulan terakhir ini berbeda. Jauh berbeda, Kris."
Kris tidak menjawab, ia hanya menatap Chanyeol sesaat lalu pergi. Chanyeol mencoba menahan amarah melihat kelakuan sahabatnya itu.
Chanyeol berlari mengejar Kris, ia menyamakan langkahnya dengan sahabtnya yang tak klah tingginya dengan dia.
"Kau, ingin kemana?"
Kris tetap fokus memandang jalan dan menjawab, "Kalau ku kasih tau kau akan engikutiku dan kalau pun aku tidak beritahu, kau tetap akan mengikutiku jadi lebih baik akau diam saja."
Chanyeol tertawa, "Hm, kau sudah tau itu, Kris."
Kali ini Kris benar-benar ingin menghentikan semuanya, ia menghentikan langkahnya dan menatap Chanyeol.
"Chan, kita sudah bukan SMA. Kau urus masa depanmu, aku urus masa depan ku. Kita tidak bisa main-main lagi, Chan. Kau harus sadar itu." Jelas Kris.
Chanyeol menatap Kris intens, "Kris, aku tidak tau apa masalah yang kau alami dan aku tidak mau tau apa itu. Tapi kau berbeda Kris, kau terus berusaha menjauh, kau trerus berusaha membuatku untuk menjauhi mu. Wae?eoh?!" bentak Chanyeol.
Kris masih menatap Chanyeol intens, "Hanya tinggalkan saja kau, Chan. Aku tidak ingin saat aku pergi kau masih bergantung pada Ku seperti ini."
Keuda mata Chanyeol menyipit, sebuah kata yang menurut Chanyeol aneh 'Pergi'.
"Pergi? Kau ingin pindah keluar negeri?" tanya Chanyeol.
"Tidak hanya saj—akh! Aku harus pergi, Chan." Tadinya Kris hampir kelepasan namun, ia bisa dengan sigap memotong pembicaraannya dan pergi meninggalkan Chanyeol yang masih berdiri terpaku.
~LIMIT~
Seorang pemuda manis yang terduduk di kursi rodanya menatap pemandangan Sungai han dengan mata terbinar-binar. Huang Zitao, ia kini tinggal di Korea. setelah meninggalnya kedua orang tuanya, keluarga dari ibunya yang ada di Korea membawanya ke negeri ginseng ini. Tao, menutup kedua matanya menikmati setiap hembsan angin yang menyapu lembut wajahnya. Kedua mata bening itu kini terlihat kembali, Tao tersenyum sedih.
"Disini aku bisa memulai semuanya kembali dari awal. Mama, Baba."
Baekhyun dikedua tanganya sudah terdapat dua gelas kopi hangat, ia berjalan dengan girang kearah Tao.
"Yak!" ucapnya membuat Tao kaget.
Tao sedikit berjengit kaget karena ulah Baekhyun, Sepupunya.
"Baekhyun." Ucapnya.
Baekhyun memberikan kopi tersebut. "Mianhae. bagaimana? Korea tak kalah indah dengan Qingdao kan?" tanyanya.
Tao mengangguk manis dan meneguk segelas kopi miliknya.
"kaki mu? Sudah lebih baik?" tanya baekhyun sambil melihat kaki Tao.
"Hm, sudah lebih baik, walau dokter masih belum bisa menetapkan kapan aku bisa berjalan lagi." Jawab Tao lirih.
Baekhyun mengelus bahu Tao, menenangkan sepupunya itu. "Gwaenchana, Tao. Aku bisa menjadi kakimu. Aku akan mengantarkan kemana pun kau ingin. Aku bisa menemanimu, jangan sedih lagi ne, Panda…" ujar baekhyun diakhiri menyubit pipi Tao yang sedikit tembem itu.
~LIMIT~
Di malam yang kelabu ini Kris berada di dalam kamarnya. Jendela yang sengaja dibuka oleh Kris membuat gorden jendela miliknya bergoyang mengikuti hembusan angis. Kris yang sedari tadi sibuk dengan kuas dan kanvasnya, tidak memperdulikan hawa dingin yang memasuki kamarnya. Namja bersurai emas itu memiliki sifat, jika ia sudah konsentrasi terhadap satu pekerjaan, ia akan fokus dan tidak memikirkan sekitarnya. Kris seorang mahasiswa jurusan seni, ia bermmpi ingin memamerkan segala karya yang ia buat sendiri dengan tangannya diluar negeri, tepatnya kota Paris. Tapi mimpi itu dulu, kini Kris tidak pernah lagi memikirkan impiannnya itu. Rasanya semuanya sudah sirna dan percuma saja ia bermimpi kalau nyatanya ia tidak akan tau apa besok, satu bulan lagi dan beberapa tahun lagi ia masih bisa melukis.
Terdengar bunyi suara ketukan beberapa kali yang membuat Kris dengan terpaksa harus meninggalkan ktivitas terfavoritnya itu. Kris membuka pintu kamarnya dan memandang orang yang berdiri disana dengan mata hangat.
"Eomma, kau tau bukan? aku tidak suka saat aku sedang melukis seseorang menggangguku. Kau lupa?" ujar Kris hangat.
Lay tertawa melihat sang anak, "Adeul, eomma masih ingat. Sangat ingat tapi eomma gak mungkin membiarkanmu tidak makan seharian kan? Kau tidak sarapan tadi pagi, Kris." Tukasnya dengan lembut.
Kris menghela nafas, ia merasa bersalah sudah membiarkan eommanya yang tidak lagi muda itu harus membawa nampan makanan ke kamarnya. Kris meraih nampan itu dari sang ibu.
"aku sarapan tadi, di kampus." Jawab Kris. Bohong.
Lay menatap sedih sosok yang berdiri didepannya. Wajah yang dulu tampak sehat itu kini berubah, pangeran kecilnya tampak lebih kurus, kuyuh dan pucat, kantung mata yang menghitam membuat pangeran kecilnya tampak sangat menyedihkan. Lay mengelus lembut wajah Kris.
"Geurae? Tapi kau tampak kurus, nak." Lirih Lay, tampaknya air mata ingin lolos dari mata yang sudah menua itu.
Kris tertawa dan menggenggam tangan sang eomma. "Memang aku akan semakin seperti itu kan eomma. Uljima, Eomma." Ujar Kris menghapus air mata yang berhasil jatuh di pipi Lay.
Lay tersenyum dan mengangguk. "Tapi eomma tidak ingin kau kurus, kau harus makan, ne? jendela, kenapa jendelanya terbuka seperti itu? Angin malam tidak baik untukmu, Kris."
Lay berjalan masuk kedalam kamar anaknya dan menutup jendela yang terbuka lebar tadinya. Kris masih berdiri didepan pintu ia menatap sang eomma dan makanan yng ada dinampan tersebut. Jujur, kris sama sekali tidak memiliki nafsu makan, tadi siang di kampus ia merasa mual, ia mencoba mengeluarkan apa yang ada diperutnya tapi yang keluar hanya air, tidak mengeluarkannya saja Kris sudah lelah. Ia terpaksa harus berdiam diri sebentar di dalam bilik untuk memulihkan tenaganya tapi untuk malam ini, Kris tidak mungkin kan menolak dan membuang makanan yang sudha eommanya bawa hingga ke kamarnya. Kris tersenyum dan bertekad akan memakan hidangan yang dulu sebelum ia sakit, ia sangat menyukainya. Dulu.
~LIMIT~
Sehun melihat Kris turun dari mobil sportnya dengan riang dan senang ia berlari mengejar namja yang ia anggap hyung itu.
"Kris Hyung!" panggilnya sambil memukul bahu Kris saat ia sudah berada disamping namja tinggi itu.
"Wae?" tanya Kris dingin.
Sehun merasa senang saat ia rasa Kris lagi dalam suasana hati yang baik karena jika tidak Sehun tidak akan mendengar kata 'Wae?' tapi kata 'pergilah kau. Mengganggu saja.' Justru yang ia dapatkan. Sehun berdiri didepan Kris, memblokir jalan Kris. Kris hanya memandang datar namja berambut putih itu.
"Kita kan kedatangan mahasiswa baru, hyung!" seru Sehun.
Kris hanya menghela nafasnya dan berjalan berbelok menghindari Sehun yang menutup jalannya. Sehun langsung kembali mengejar Kris.
"Hyung, kali ini aku pastikan kau akan tertarik. Namja ini adik sepupu Baekhyun hyung, hyung."
"Geuraesseo?"
"ya, kau tau kan, baekhyun hyung itu sangat manis jadi kemungkinan sepupunya ini juga manis. Ia warga negara China loh, Hyung."
Kris langkahnya sempat berhenti sesaat namun, ia kembali melanjutkan langkahnya.
"Lalu?"
Sehun berdecih menyesal, "Hanya saja hyung, ia berbbeda dengan kita yang sempurna."
Lagi-lagi ucapan Sehun membuat Kris berhenti melangkah, ia memandang kearah sehun.
"M—maksudmu?"
Sebuah raut menyesal terlihat diwajah Sehun. "Dia menggunakan kursi roda, hyung. kakinya, sebuah kecelakaan besar menimpa kelurganya. Kedua orang tuanya meninggal dan dia bangun dari komanya selama 1 bulan, dokter mengatakan kakinya lumpuh, hyung. itu sedikit cerita yang aku dengar dari Luhan hyung." jelas Sehun.
Kris tanpa disadarinya ia bergumam, "Lumpuh?"
Sehun mengangguk. Kris langsung tersadar, ia kenapa ia jadi begitu peduli dengan mahasiswa baru itu? Kenapa kris jadi sangat penasaran? Kris sontak langsung menggelengkan kepalanya.
Sehun melihat Kris yang berkelakukan aneh langsung bertanya, "Hyung, neo gwaenchana? Kenapa kau menggeleng?"
Kris ia langsung tersadar dan menatap Sehun, "Ah, gwaechana,"
Kris melihat jam tangan sportnya. "Sehun, mianhae aku harus ke kelas, mata kuliah pertama sudah mulai. Aku pergi." Lanjut Kris lalu pergi begitu saja.
Sehun menatap punggung Kris dengan heran tapi sebuah senyuman tiba-tiba terlihat diwajahnya. "Kris hyung, seperti merespon berita yang ku berikan tadi, itu hal yang luar biasa bukan."
~LIMIT~
Baekhyun membantu Tao duduk di kursi roda yang baru di ambilnya dari bagasi mobil. Ia merapihkan surai tao yang berwarna keemasan dan ia berjongkok menyamakan tingginya dengan kursi roda Tao.
"Kau yakin tidak ingin hyung temani keliling kampus?" tanya baekhyun.
Tao mengangguk mantap. "Iya, hyung. aku harus bisa menjalani semuanya sendiri aku tidak ingin membenanimu." Jawab Tao dengan suara lembutnya.
Baekhyun menghela nafas, "Yasudah, kalau butuh sesuatu, telpon saja hyung, ne?"
Tao kembali menagguk imut. Baekhyun mendorong kursi roda Tao menuju pintu masuk gedung kampus namun, tiba-tiba sang kekasih mengintrupsinya.
"Baekki!" teriak Chanyeol.
Baekhyun tersenyum kearah Chanyeol yang berlaari kearah mereka, Tao hanya menatap bingung sosok tinggi yang berlari dengan fake smile tersebut.
"Eoh? Zitao? Kau zitao?" tanya Chanyeol setelah sampai di posisi mereka.
Tao mengedipkan matanya lucu dan mengangguk kaku. Melihat tingkah Tao yang menggemaskan itu, Chanyeol mencubit pipi namja berkantung mata panda itu.
Baekhyun merenggut, jujur ia cemburu melihat Chanyeol. "Yak! Jangan menarik pipinya sepeti itu."
Chanyeol tertawa dan memeluk sang kekasih, "Hahaha, ne, ne… aku tau kau cemburu. Mianhae, chagiya."
"Neo? Pacarnya baekhyun hyung?" tanya Tao polos.
Chanyeol mengangguk dan mengeuarkan fake smilenya. "Hm, aku akan menjadi kakak iparmu, Zitao."
Baekhyun hanya menghela nafas lelah, kekasihnya itu memang sangat ingin menikah dengannya bahkan Chanyeol sudah pernah datang dan dengan beraninya mengucapkan 'Aku akan menikahi, putra kalian' damn! Jujur baekhyun juga ingin tapi tidak secepat itu dan jangka waktu sedekat ini, mereka bahkan baru menjalani kuliah semester kelima.
"Chan, lebih baik kita cepat masuk. Mr, Ricard ku pastikan akan marah saat ita datang disaat ia menjelaskan."
Chanyeol pun mengangguk dan mereka memasuki pintu kampus. Tao berjalan berlainan arah dengan Chanyeol dan Baekhyun karena ia harus menuju ruangan rektor dan mengelilingi wilayah kampus agar ia tau di kelas mana saja ia akan belajar.
~LIMIT~
Kris menggenggam kuas lukisnya dengan erat, sejak beberapa menit yang lau keringat dingin bercucuran di wajahnya. Kris berusaha untuk tetap kuat, dalam hati ia mengatakan 'Sedikit lagi sebentar lagi, maka kau akan keluar Kris' kata-kata itu yang terus dipikirkan olehnya.
"Baiklah, sekian untuk materi hari ini." Akhirnya sebuah kata-kata yang sedari tadi ingin Kris dengar keluar juga. Kris langsung membereskan barang-barangnya dan berusaha sekuat tenagan nuk keluar dari kelas, berharap orang-orang melihatnya baik-baik saja.
Kris berjalan bertumpu kepada dinding sepanjang koridor kampus, tangannya sebelah kiri ia gunakan untuk mencengkram kepalanya yang masih terasa sangat sakit. Melihat ia sudah mulai berada di lingkungan gedung kampus yang sepi akan mahasiswa, Kris berjalan menuju tangga gedung tersebut dan merosotkan tubuhnya pada penyangga tangga, ia mengacak-acak isi tas ranselnya. Setelah ditemukan tabung obat miliknya, Kris dengan tangan yang bergetar membuka tutup tabung tersebut. Ia menelan obat itu dengan sebotol air mineral.
Seorang namja dengan kursi rodanya ia berjalan di sepanjang koridor kampus lantai 5, Tao tersenyum riang menatap desain gedung kampus yang begitu keren, kampus ini mendesain gedung yang lebih didominasi dengan kaca-kaca besar yang membuat cahaya matahari masuk dengan leluasanya. Hingga saat ia melewati tangga sebuah tangga kayu, ia melihat seorang namja yang terlihat tidak baik-baik saja. Tao menatap namja itu dengan nanar, Kris namja itu. Ia melihat namja berwarna rambut yang sama dengannya membuka tabung obat.
Tao masih menatap dari atas karena Kris berada di anak tangga ketiga. Hingga ia melihat Kris menutup mata dengan erat menahan sakit, Tao merasa kasihan. Ia hendak ingin mendatangi namja itu namun, bagaimana mungkin ia menuruni tangga dengan kursi roda? Ia memutuskan untuk bangit dari duduknya dan duduk di lantai kampus, ia mencoba berjalan dengan menyeret tubuhnya, hingga ia tersenyum karena ia berhasil mencapai posisi namja tersebut.
Tao berkata, "Neo gwaenchana?"
Sebuah suara lembut menyadarkan Kris, ia membuka matanya dan menggigit bibirnya mengalhkan pandangannya pada namja berambut emas dan kantung mata panda yang menambah ke khas-an namja tersebut.
"Neo—nugu?" ujar Kris berusaha mengeluarkan suara dan meredam ringisannya.
"Naneun, Huang Zitao, Tao." Jawab Tao dengn wajah yang khawatir.
Kris sontak rasa sait yang ada ditubhnya menghilang begitu saja, membuatnya melebarkan matanya karena kagaet.
"Zi—Zitao?"
ToBeContinue….
Huaaaa, author kembali…. Author mencoba kembali dengan ff yang berbeda nih tapi ff sebelumnya tetap author lanjutkan kok…hihihi. Mencoba memulai di zona aman karena Author nge ship banget Kristao, jadi author harap penggambaran karakter author bisa kuasai di ff ini….
Butuh bangeeetttt review, favorite dan readers follow ff ini karena kalian menjadi sumber utama author semangat berkarya menulis… Gomawo^^
