PROLOG

Malam itu semua orang sudah terlelap pada malam yang bertugas menerangi sang gelap gulita. Suara yang terdengar hanya alam bernyanyi, nyanyian binatang malam yang saling menyaut. angin malam yang berhembus sangat pelan membuat kenyamanan malam itu terasa menentramkan sekali, tidak oleh salah rumah yang masih menyalakan lampu tersebut. Adu argumen dan pendapat saling keluar dari mereka satu sama lain.

Kediaman rumah khas alami dengan kayu dan tirai bambu yang asri khas alam. Menambah kesan bagi rumah ini sangat terlihat menyenangkan. Kedua pasangan suami istri itu akan keluar dari rumah tersebut, tetapi dihadang oleh wanita yang lebih tua dari pasangan muda itu yang sedikit kesulitan dengan wanita paruh baya tersebut.

"Aku bilang berhenti, kalian berdua. Minato, Kushina!" perintah wanita lebih tua kepada kedua sejoli pasangan suami istri muda itu dengan nada marah.

"Kenapa kalian berdua harus pergi!

"Akatsuki adalah buronan Rank A, bahkan Hunter hebat pun belum tentu mampu melawan mereka. Kalian hanya akan mati sia-sia, lalu apa kalian berdua tak ingin melihat naruto tumbuh. Kalian ingin membuatnya bertanya suatu hari nanti siapa orang tuanya. Pikirkan dengan baik-baik!?" kesal tsunade tanpa henti melihat naruto yang digendong oleh shizune pengawal pribadi, terdiam dan menutup mulut untuk tidak berbicara dalam hal ini asistennya.

"Aku minta maaf, ini sudah tugas kita sebagai blacklish Hunter untuk mengamankan kota. aku bisa mengerti maksud anda shishou, tapi aku hanya tak ingin orang-orang yang kusayangi terluka terutama Naruto. Oh ya, tolong berikan ini kepadanya jika dia sudah mampu menggunakan Nen!"Sesal Minato kepada bersama Kushina bersama menghampiri wanita paruh baya itu kembali, pria itu memberikan sebuah kotak hitam seukuran kotak cincin pernikahan.

"Apa ini?" Tanyanya tak mengerti mengapa Minato memberikan kotak yang sangat aneh.

"Itu hadiah ulang tahunnya, berikanlah jika naruto sudah mampu menggunakan Nen dengan baik, Shishou, maafkan aku. Aku punya permintaan 1 hal lagi tolong sekolahkan dia seperti halnya anak-anak normal lainnya!" lanjut minato berkata memohon kepada sang guru.

"Tsunade-san, aku juga punya 1 permohonan lagi. tolong katakan saja jika naruto bertanya tentang hadiah ini dari siapa, katakana saja dari teman anda!" sahut Kushina tersenyum tanpa arti begitu juga minato. Membuat Tsunade merasakan akan hal buruk menimpa mereka berdua pikirnya.

"Lalu bagaimana dengan nama marganya?" Tanya wanita itu kembali.

"Intinya aku tak ingin Naruto mengetahui tentang misi rahasia kami, lalu gunakanlah nama margaku, ini permintaanku yang terakhir" ucap wanita surai merah panjang itu dengan nada mulai serius.

"Aku ingin anda mengajarkan dia Nen ketika naruto berusia 5 tahun"

"K-kau serius Kushina?" tak mempercayai ucapan muridnya. Kedua orang itu hanya mengangguk mantap tanpa adanya keraguan dan mulai meninggalkan anak semata wayangnya.

Masashi kishimoto

Naruto x Hinata dll

Rated : T

Genre : action, romance, slice of life, school. dll

Warning : OOC, ejaan tidak sesuai EYD, banyak kata-kata membingungkan, pengulangan dan salah.

Inspirasi : Saya pinjam dulu cerita hunter x hunternya Togashi-san.

Chapter 1: Aku X yang menentukan X hidupku

Remake

10 tahun kemudian

Sinar matahari yang awalnya menerangi seluruh aktivitas manusia harus tergantikan oleh sang pemilik malam bulan, mulai terlihat redup cahaya matahari dan berganti waktu. Berhubung hari esok adalah hari minggu semua orang mulai beristirahat dengan nyaman. Terlihat tidak untuk salah satu rumah yang masih menyala lampunya.

Halaman dojo pribadi milik wanita baya, melatih seorang pemuda yang terbilang masih sangat muda itu, di usia 14 tahun memiliki kemampuan bertarung yang luar biasa dan tak normal pada saat ini. Karena kecepatan bergerak, bertahan dan memulihkan sangat luar biaasa dibandingkan manusia biasa. Memperhatikan mereka berdua yang sedang bertarung tanpa henti, melihat kearah jam yang bergerak beberapa detik lagi menuju hasil akhir.

"Cukup! Pertarungan selesai!" ujar sang asisten wanita itu yang merupakan bawahan Tsunade. Mengakhiri pertarungana mereka berdua sebagai wasit.

"Terima kasih banyak!" membungkuk satu sama lain untuk member hormat dan mulai duduk dilantai dojo.

"Tak kusangka perkembangannya sangat pesat" pikir Tsunade yang kagum melihat Naruto, merassa dilihat dirinya bertanya kepada wanita tua tersebut.

"Ada apa, Tsunade-san?"

"A-ah, tidak apa-apa, cukup latihan untuk hari ini Naruto" tukasnya menyembunyikan kegugupannya.

"Tsunade-sama, Naruto-kun, aku membawakan minuman untuk kalian berdua" ucap Shizune membawa minuman dan meletakkan didekat kedua orang yang sebelumnya latihan.

"Arigatou, Shizune"

"Arigatou, shizune onee-san"

Mengambil minuman yang ada disana untuk menghilangkan rasa haus yang melanda mereka berdua saat ini, sejenak mereka terdiam dalam pikirannya masing-masing, melihat kolam yang berisikan ikan koi yang terlihat seperti sedang bermain dan menari, mencoba menghilangkan rasa canggung diantara mereka berdua, Shizune mencoba membuka pembicaraan terlebih dahulu untuk menghilangkan kecanggungan.

"Kulihat Ren naruto-kun semakin bertambah kuat" ucap shizune memuji.

"B-benarkah?, kau terlalu berlebihan Shizune oneechan, aku masih harus belajar lebih banyak lagi tentang nen, benar kan tsunade-san" jawab Naruto kurang begitu suka dipuji, dan melihat Tsunade yang dia sudah anggap seperti ibu sendiri.

"I-iya. begitulah, jangan hanya nen saja yang kau pelajari, tetapi pelajaran sekolahpun juga harus. kau itu masih jauh dariku dalam perbandingan, apalagi soal Nen!" sindir tsunade merasa bangga sedikit. Mengacak-ngacak rambut anak muda itu dengan cengiran khas lebar wanita tua tersebut.

"Cih, Iya. aku tahu, aku akan belajar lebih giat lagi, sepertinya kau sombong sekali sebagai orang tua" kesal kepada wanita itu dengan ekspresi memanyunkan bibirnya tidak terima dengan perkataan tsunade.

"Kau ini memang masih bodoh, jadi jangan sok kuat dan hebat"ejek Tsunade tertawa kembali melihat anak itu menahan kesal karena selalu diejek olehnya.

Shizune hanya bisa tersenyum melihat ekspresi mereka yang saling memarahi satu sama lain, seperti ibu dan anak, tawa dan canda pun tak tebendungi akan kebahagiaan dikeluarga ini, Sesaat mereka kembali diam.

"Tsunade-san, boleh aku bertanya.?" Tanya naruto.

"Tentu saja, apa itu!"

Mencerna perkataan yang baik agar tidak menyinggung perasaan wanita paruh baya itu, dia pun mulai berbicara kembali.

"Kenapa hanya aku yang merasa aneh jika melihat teman-teman sekelasku bersama orang tua mereka, kenapa hanya aku hanya tinggal bersama Tsunade-san dan Shizune oneechan saja, m-maksudku, aku ingin tahu siapa ayah dan ibuku yang sebenarnya, ketika ditanya oleh mereka. aku merasa seperti berbeda dari teman-temanku disana, apa ada yang salah padaku ini. A-aku merasa… sedikit kesepian saja-… Eh" ujar Naruto dengan gugup dan hati-hati saat menjelaskan ini kepada Tsunade. Merasa cukup berat diakhir kata, iris anak surai blonde itu terlihat sedih. Sebuah tangan mendekapnya dengan erat, memeluknya dengan kuat seakan ingin berpisah dengan anak tersebut.

Anak muda itu tak mengerti mengapa wanita paruh baya itu yang dia sudah anggap seperti ibu sendiri memeluknya, Merasakan basah pada pipinya, Naruto menyentuh wajahnya dan menghapus air matanya. Shizune yang berada disana hanya menunduk untuk tidak ikut campur masalah ini.

"T-tsunade-san apa aku telah melukaimu, a-aku minta maaf jika telah melukaimu, ki-kita lupakan saja tentang perkataanku ini ya-…"

"Naruto. Apakah kau membenci kami? Katakanlah?" selanya memotong perkataan anak itu.

"Aku tak membenci kalian berdua. Kalian berdua adalah hartaku yang sangat berarti. Mengapa aku harus benci kepada Shizune Oneechan dan Tsunade-san bisa tolong lepaskan pelukanmu, aku sesak sekali"

"Ah, Maafkan aku. Syukurlah kalau begitu, oh ya bukankah besok adalah hari kelulusanmu?" Tanya tsunade kembali ingin tahu.

"Iya, memangnya ada apa?" bingung mengapa bibinya berkata seperti itu.

"Aku akan menemani besok sebagai wakil orang tua mengambil rapotmu, tidak apa-apakan? Eh? Kenapa?" sweatdrop karena mendapatkan tatapan intimidasi tajam dari anak surai kuning jabrik itu yang melihatnya dengan sangat malas.

Tsunade hanya sweatdrop melihat sikap aneh Naruto yang seperti itu.

"Aku menolaknya! aku bisa mengambil sendiri ijazahku disekolah sendiri, aku tidak mau nanti ada orang-orang yang berpikir jelek tentangku karena sudah membawa nenek tua berusia 50 tahun. Jadi tidak usah-… ada apa Shizune oneechan?" ucapan Naruto terhenti karena mendengar suara Shizune yang menyuruhku diam untuk tidak berkata lagi dengan kode tangan menyilang.

"Naruto-kun lebih baik terima saja!" saran shizune mengingatkan.

"Ada apa memangnya shizune oneechan ?" Tanya naruto dengan tatapan polos.

"Lihat sampingmu!" pekik shizune bersembunyi dibelakang punggung naruto.

Air ludah ditelan anak muda itu, Naruto yang melihat kesamping langsung terkejut karena melihat Tsunade dengan aura suram dengan tanda perempatan siku-siku dikepalanya dengan senyum memaksa sambil membunyikan tangan-tangannya berulang kali.

"Apa yang kau katakan tadi, Kau ingin mati lebih cepat ya!" ancam wanita paruh baya.

"M-m-m-maafkan aku!" melarikan diri kedalam kamarnya, meninggalkan mereka berdua dibawah. Shizune yang melihat Naruto kabur lebih dulu hanya sweatdrop melihat tingkah dua orang yang sangat aneh pikirnya.

"E..eto, Tsunade-sama aku juga mau izin kekamarku, saya permisi dulu!" shizune meminta izin beranjak pergi.

"Shizune bisa kau carikan daftar nama sekolah SMA terbaik yang ada diseluruh daerah jepang? aku ingin memasukkan naruto kesalah satu sekolah SMA terbaik yang ada" Tanya tsunade.

"Baiklah aku akan mencarinya, aku izin pamit dulu oyasuminasai"

"Oyasumi" jawab tsunade.

Melangkahkan kakinya berjalan menaiki tangga rumah itu satu persatu, melihat sedikit celah cahaya dari kamar yang dikenalnya, mendekatkan dirinya dan mengcek pintu kamar anak muda tersebut

"Pintunya tak dikunci?" Shizune memasuki kamar laki-laki yang lebih muda darinya itu, betapa berantakkan kamarnya, menghela nafas tak tahan melihat keadaaan kamar tersebut. membereskan kamarnya dan merapihkan selimut Naruto yang sudah ada dimana. Memperhatikan wajah tan coklat khas pria itu yang tertidur dengan nyenyak tanpa ada beban sama sekali.

"Kau sudah menjadi pria yang hebat Naruto-kun, aku yakin Minato-san dan Kushina-san bangga padamu"

"Oyasumi" mengecup dahi pria itu dan menutup kembali pintu kamarnya.

KEESOKKAN HARINYA…

"Naruto ayo cepat, nanti kita ketinggalan acara perpisahanmu!" perintah tsunade.

"Iya-iya, aku turun tak perlu berteriak-teriak segala-… Eh? Bagaimana bisa?" terkejut karena melihat wanita paruh baya itu sudah terlihat muda seperti umur 30 tahun.

"Haha… Kau pasti kagum dengan teknik mempermudaku ini kan!" Bangga Tsunade yang membuat Naruto terkejut bukan main.

"Aku benci mengatakannya, tapi sebagai wanita yang berumur 50 tahun, kau sangatlah licik seperti rubah-… Aduh!" ujar Naruto yang merasa kesal kepada wanita paruh baya itu sebelumnya. Belum selesai ucapannya selesai. Sebuah pukulan bogem mentah berhasil mendarat dikepala blonde tersebut. Membuat benjolan seperti batu besar yang muncul.

"Kalau kau bicara seperti itu lagi, akan kupastikan leher mu patah kali ini, Naruto!" ancamnya mengeluarkan aura yang suram, pria itu hanya menelan ludahnya, merasakan ketakutan yang luar biasa dari orang tua tersebut

SKIP TIME

Menaiki mobil hitam sedan milik Tsunade, terparkir mobilnya dihalaman sekolah SMP anak tersebut, membuka pintunya dan keluar dari dalam mobil, berjalan menuju gedung utama sekolah Naruto, kedua wanita itu menjadi pemandangan yang cukup menghibur terutama bagi kaum laki-laki yang tergoda dengan tubuh Tsunade, sedangkan ada beberapa orang juga yang membicarakan tentang ukuran dada milik shizune. Membuatnya merasa tidak nyaman.

"Tsunade-sama, kau benar-benar curang, Makanya aku benci dengan pria disini!" Sweatdrop menangis kesal karena Shizune diejek oleh para pria yang ada disekolah Naruto.

"Oh, pantas saja Shizune oneechan tidak semangat" pikir Naruto sudah mengerti mengapa para pria berbisik-bisik tentang mereka.

"Maafkan aku, Onee-chan" Naruto ikutan Sweatdrop karena bersalah tidak bisa membantu.

Menemani Naruto sebagai walinya, setelah selesai dari kelulusannya. Secara kebetulan Tsunade bertemu teman lama, dia pun meminta waktu sebentar kepada Naruto untuk berbicara dengannya. Anak itu hanya memakluminya dan memisahkan diri dari mereka. Pria itu memutuskan untuk berjalan menuju lantai atas sekolah diatap yang biasanya digunakan untuk menenangkan diri.

Duduk disana menikmati angin sore yang berhembus, matahari terlihat meredup beberapa jam dari sekarang. Menikmati kesendiriannya saat ini tanpa terganggu oleh siapapun, bagi dirinya sangatlah berharga sekali.

"Anginnya benar-benar menyenangkan!" gumam Naruto sambil menutup mata. Menikmati hembusan angin yang mengelitik tubuhnya saat ini.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya seseorang. Merasa terkejut karena ada orang lain yang ada disini selain dirinya, memasang kuda-kuda bertarung.

"Siapa kau?"

"Mestinya aku yang bertanya. apa yang kau lakukan ditempatku biasa bersandar!" sedikit kesal karena Naruto mengambil tempat bersantainya. Merasa bersalah dia pun mengeser duduknya dan meminta maaf.

"Gomenasai" Menidurkan tubuhnya dan menutup matanya. Diam tanpa berkata apapun. Merasa sedikit bersalah karena memarahi orang itu, gadis surai pink khas daun sakura itu meminta maaf.

"Aku minta maaf, jika telah memarahimu. Namaku Haruno Sakura dari kelas 9-D, eto… kau dari kelas 9-J bukan, Uzumaki Naruto-kun" sesal Sakura kepada pria itu karena telah memarahinya.

"Kau tidak bersama teman-temanmu?"

"kenapa kau memilih disini?"

"Hei , kau tuli ya. aku bicara padamu! apa kau tidak pernah diajarkan sama orang tuamu tentang sopan santun!" sakura yang kesal karena tidak mendapatkan respon dari pria itu pun sudah naik pitam karena kesal diabaikan, Merasa terganggu pria itu beranjak pergi dan menjauhi gadis pink itu yang membuat moodnya buruk.

"Hei, aku belum selesai bicara. Kau sama sekali tidak memiliki sopan santun-…"

"Penggangu, jangan berlagak sok baik padaku, kau sama sekali tak tahu tentang hidupku dan keluargaku. Haruno Sakura. Kau benar-benar wanita yang menyebalkan!" Sela pria itu memotong perkataan Sakura dengan nada meninggi. Meninggalkannya dibalik pintu yang sudah dilewati pria tersebut.

"M-menyebalkan sekali, beraninya dia memarahiku, aku bicara benarkan. Dasar makhluk kuning bodoh!" gerutu Sakura kesal sambil menjulurkan lidahnya kearah pintu yang ditutup oleh Naruto sebelumnya.

"T-tapi, aku merasa bersalah juga kurasa, t-tunggu mengapa aku harus merasa bersalah kepada pria bodoh itu!" memikirkan perkataan Naruto yang menganggunya sebelumnya dan melihat jam.

"Waah, gawat Chiyo baasan, nanti bisa khawatir!" beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri orang yang dikenalnya.

"Sakura-chan, dari mana saja?" Tanya wanita tua tersebut..

"Sumimasen, chiyo baa. tadi aku habis berjalan-jalan ..." jawab sakura.

"Oh begitu, perkenalkan ini teman kerjaku dulu sakura-chan, namanya Senju Tsunade dan asistennya shizune mereka berada disini untuk menemani naruto" Chiyo memperkenalkan kedua orang itu kepada Sakura, betapa terkejutnya mendengar nama yang terdengar sangat tak asing baginya

"Salam kenal" jawab sakura sambil melakukan ojigi.

"Salam kenal juga Sakura-chan" jawab Tsunade.

"M-maafkan aku, bolehkah aku bertanya apakah anda orang tua Naruto?" jawab sakura to the point sedangkan tsunade langsung bungkam dengan pertanyaan sakura.

TAMAN

Pria Surai kuning blonde itu terduduk disebuah ayunan, mengerakkannya berulang kali maju mundur yang merupakan sebuah gaya gravitasi.

"Cih, kenapa aku memikirkan perkataan wanita itu!"

"Ada apa denganku ini sebenarnya, aku tidak salahkan! lagipula memang aku sudah begini sejak awal, tak ada siapapun yang mengetahui orang tuaku dan yang ku miliki hanyalah Tsunade-san dan Shizune oneechan" gumamku tak tahan lagi, menempelkan wajahku dibalik betis ku saat ini sebagai tempat bersandar.

"Apa yang harus aku lakukan?" batinnya sudah tak tahan lagi mendengarkan ucapan semua orang.

Di Sekolah SMP.

"Begitu rupanya, Aku benar-benar minta maaf!" sesal sakura mengetahui kebenaran naruto.

"Tidak apa-apa, aku bisa mengerti tentang dirimu yang belum mengetahui sifat Naruto, sakura. Oh iya aku rasa sudah cukup sampai disini, ada sesuatu yang harus kulakukan, jadi aku permisi disini Chiyo-san" Pamit lebih dulu kepada Chiyo.

"Tentu. Hati-hati dijalan Tsunade, Shizune" memperingati mereka berdua untuk hati-hati. Mereka berdua pun segera pulang kerumah masing-masing.

Jam sudah menunjukan pukul 19.00 malam, pria itu berusaha menyembunyikan mukanya yang sembab dengan mata merah yang masih terlihat akibat terlalu lama menangis, menghapusnya dengan cepat dan memasuki rumah

"Aku pulang"

"Selamat datang Naruto-kun, a-ada apa dengan mukamu?" Shizune yang melihat Naruto seperti itu khawatir, menghampirinya dan memeriksanya.

"A-aku baik-baik saja. Shizune Onee-chan"

"Darimana saja kau baru pulang sekarang!" Tsunade memarahi layaknya ibu yang kesal kepada Naruto.

"A-aku h-habis jalan-jalan sebentar" jawabnya gelagapan, bersembunyi dibalik punggung Kakaknya.

"Oh , Ambilah ini !"jawab Tsunade memberikan sebuah brosur.

"Apa ini?"

"Itu brosur sekolah SMA terbaik diseluruh provinsi dijepang, aku ingin kau yang memutuskan sekolahmu sendiri mulai sekarang, jadi pilihlah sekolah yang kau mau!".

Menunggu jawaban Naruto, dia pun sudah memutuskan memilih sekolahnya tanpa ragu, Tsunade yang melihat pilihan anak itu terkejut.

"Tokyo, apa kau yakin ingin sekolah disana. Naruto?"gumam Tsunade.

"Mengapa tidak mencari yang dekat saja disekitar Hokaido?"

"Eto,.. Aku ingin belajar mandiri disana dan aku ingin mengetahui sesuatu"

"Mengetahui sesuatu, apa itu.?"Desaknya penasaran.

"M-mengetahui tentang luasnya dunia luar, aku ingin menambah wawasan pengetahuanku" tersenyum khas lima jari seperti biasanya

"Baiklah, jika keputusanmu sudah bulat. Aku tak akan menghalangi, tapi ada syaratnya!"

"Syaratnya apa?"

"Kalau kulihat Nilai NEM rapotmu rata-rata sudah cukup baik, kurasa kau bisa mendapatkan jalur undangan jadi tidak ada masalah tentang itu. Lalu untuk Syaratnya kau harus mengalahkan aku dalam pertarungan Nen bagaimana, jika kau menang aku mengizinkanmu sekolah disana, jika kau kalah kau harus sekolah disini bagaimana?" desaknya kembali memberikan pilihan dia pun termenung terdiam berpikir. Membuka matanya dan sudah memantapkan hatinya.

"Baiklah aku menerimanya!" jawab Naruto dengan tegas, Shizune yang mendengar itu wajahnya terlihat sedih karena pria itu akan meninggalkan dirinya dan Tsunade.

Pada tengah malam pukul 00.30 malam, malam yang cukup hening diluar sana dengan bunyi makhluk malam yang menemani dalam tidur semua orang sesudah melakukan aktivitas, tapi tidak dengan sosok pria yang berada dalam ruang latihan dojo itu. Mengalirkan aura Nen untuk mempertegas Ren dalam jumlah besar. Bertahan dalam hitungan 10 menit, membuatnya sangat kelelahan. Menstabilkan nafasnya yang tidak teratur karena kelelahan.

"Masih kurang, Renku masih sangat lemah!" gerutu Naruto mencoba meningkatkan Nennya dalam jumlah besar, aura meluap bagaikan air mendidih menyelubungi tubuh pria itu, seketika tubuhnya melemah dan akan terjatuh ketanah. Terkejutnya karena Shizune menahan tubuhnya yang sudah kelelahan.

"Shizune one-chan, mengapa kau ada disini?"

"Aku mengawasimu. Aku menggunakan Zetsu untuk memperhatikanmu. Istirahatlah sebentar kau terlalu memaksakan diri menggunakan ren selama 2 jam tanpa henti!" membantu membopongnya bersama duduk dilantai dojo pribadi milik Tsunade.

"Naruto-kun?"

"Um, ada apa?"

"Apakah kau tidak suka disini bersama kami?"

"Aku suka tempat ini, aku merasa mendapatkan kebahagian luar biasa, tapi disini pula aku merasa kesepian, entah mengapa rasa penasaranku yang ingin mengetahui Tokyo mendorongku ingin kesana. Maka dari itu aku ingin kesana!"

"Begitu rupanya, Naruto-kun berjanjilah padaku!" mencoba melepaskan pria itu kali ini dengan ikhlas, memberikan tautan jari kelingking kearah Naruto.

"Janji?"

"Benar, berjanjilah padaku kau tidak akan menggunakan kekuatan Nen itu untuk kejahatan atau menyakiti orang lain dan ingatlah bahwa aku dan Tsunade-sama adalah bagian dari keluargamu. Bagaimana?" Memantapkan hatinya dan menautkan kelingkingnya.

"Aku berjanji!" jawabnya dengan cengiran khas lima jari Naruto dan mulai berlatih kembali. Seseorang memperhatikan mereka dan tersenyum dibalik tembok dojo mereka.

Hari mulai berjalan dari minggu ke tiga berlalu menuju. minggu ke enam seterusnya dan sampailah dihari puncak untuk melawan Tsunade. Berdiri saling berhadapan dengan iris saling serius satu sama lain

"Baiklah Naruto aku ingin kau bertarung dengan serius, jika kau tak serius. Aku akan membunuhmu" Nada Tsunade terdengar dingin dari biasanya dan mengeluarkan aura Nen dalam jumlah besar, menyelimuti dirinya dan membentuh angin yang cukup kuat. Daun-daun yang berada disekitarnya bergerak akibat hembusan angin wanita paruh bayah itu.

Menenangkan pikirannya, Nen mengalir dengan lembut dari tubuh anak muda itu, bagaikan air yang mengalir tenang kearah atas.

"Ren!" batin pria itu mengeluarkan aura dalam jumlah besar, membuat Tsunade dan Shizune yang berada disana terkejut bukan main.

"Tidak mungkin, Anak ini memiliki kekuatan seperti monster!" pikir Tsunade tak mempercayai dengan apa yang dilihat Tsunade saat ini. Melihat Naruto yang terlihat berbeda dan bersiap untuk memukul lawan didepannya.

"Ikimasu!" Mengumpulkan aura dalam jumlah besar ditangan kanannya. Aura terkumpul pada satu titik pada pukulan yang akan dilancarkan. Merasa geram, perasaan kesal dan marah terkumpul pada luapan tangan serangan yang akan dilancarkan.

"Naruto-kun cukup!" panggil Shizune mencoba menghentikan pria itu yang sudah kehilangan kendali sebelumnya.

"Kau melihatnya Tsunade-sama, jadi apa keputusan anda?" meminta jawaban dari tuannya sedangkan naruto hanya menghela berulang kali menstabilkan nafasnya.

"Lakukan sesukamu!"

"Kau berhasil Naruto-kun!"

"B-benarkah, syukurlah. Aku sangat lelah saat ini oneechan" jawabnya senang dan tertidur akibat kelelahan menggunakan Nen secara berlebihan.

"Benar-benar anak yang luar biasa, tapi entah mengapa aku merasa takut!" batinnya terlihat khawatir melihat Naruto.

"Shizune, persiapkan semua barang yang diperlukan Naruto!"

"Baik. Tsunade-sama" jawab shizune.

SKIP TIME.

Sore itu jam sudah menunjukkan pukul 17.00 sore. Pemberangkatan menuju Tokyo akan dilaksanakan pesawat yang akan berangkat. Pria itu berdiri disana dan menghadap kearah kedua wanita tersebut.

"Kurasa sampai disini saja kalian mengantarkan aku, Kita berpisah disini, Tsunade-san, Shizune oneechan. Aku akan pergi. Selamat tinggal. Terima kasih atas bantuan kalian selama ini. Aku benar-benar bersyukur bisa bersama kalian!" ujar pria itu mulai meninggalkan kedua wanita itu.

"Naruto!" terkejutnya pria itu karena dahinya dikecup oleh Tsunade, beberapa orang memperhatikan mereka semua. Wajahku memerah meraskan malu yang luar biasa karena dilihat oleh banyak orang

"A-a-apa yang kau lakukan, Tsunade-san!" kesalnya buru-buru masuk kedalam ruang pemeriksaan barang. Meninggalkan mereka berdua dengan perasaan malu

"Lucu sekali melihat tingkah anak itu, ayo kita pulang Shizune!" tertawa geli melihat sifat Naruto yang lucu jika sedang malu.

"Baik"

"Kuharap Kurenai-san, bisa menemukanmu Naruto-kun!" batin Shizune berharap.

Didalam Pesawat

"Tokyo, aku datang!" batinku memantapkan hati untuk datang kekota besar tersebut.

To be continue