Unname Place
Disclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto
Warning: OOC, typo, AU
Summary: Seorang penyanyi terkenal bernama Uchiha Sasuke terdampar di sebuah tempat yang belum dikenalnya. Tempat itu dipenuhi oleh orang-orang aneh. Dan di sana, dia mendapat kejutan yang tak pernah dia duga.
X.x.X
Wajah tampan. Postur tubuh tinggi. Senyum dingin mematikan. Mata onyx. Rambut raven model emo. Kulit putih. Perawakan sedang—six pack bisa dibilang. Menyukai ketenangan dan warna biru. Kalau sudah kusebutkan beberapa ciri-ciri orang sesuai yang di atas sana, apakah kau dapat membayangkan siapa orangnya?
Belum? Baiklah. Ini kata kuncinya.
Irit kata.
Sudah? Yap! Anda tepat sekali! Uchiha Sasuke!
Seorang penyanyi muda terkenal. Orang tuanya mempunyai bisnis terbesar di kota Konoha, tidak bukan Konoha lagi, tapi Jepang. Keluarga terkaya pertama se-Jepang.
Uchiha Corp. Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi—lebih jelasnya, perusahaan ini menciptakan software-software komputer yang tentunya sangat berguna bagi masyarakat. Seharusnya Sasuke bisa menjadi penerusnya—walaupun masih ada Itachi, kakaknya—namun dia lebih memilih berkecimpung di dunia hiburan. Jabatan Presiden Direktur saat ini masih dipegang oleh Uchiha Fugaku, ayah Itachi dan Sasuke. Oke, kita mulai bercerita tentang kehidupan Sasuke.
Menjadi anak dari pengusaha terkaya se-Jepang itu enak, bukan? Tentu saja! Jangan ditanya lagi! Tapi, bagi Sasuke itu menyusahkan.
Pertama, jika dia hanya anak pengusaha, dia tidak terlalu banyak disorot—alias dikenal masyarakat luas walau author tak yakin akan hal itu. Namun, sekarang dia adalah penyanyi, siapa sih yang tidak kenal?
Kedua, dia bisa saja dikawal ke mana-mana oleh bodyguard utusan ayahnya. Oh, itu sama saja sih dengan saat ini.
Ketiga, dikejar-kejar wartawan! Itu memang risikonya, kan?
Keempat, kalau dia tidak menjadi penyanyi, mungkin dia hanya akan disibukkan dengan urusan-urusan bisnis. Tapi sekarang? Dia sibuk manggung di mana-mana. Bahkan sudah ditawari main dorama.
Dan masih banyak lagi konsekuensi yang di dapat. Dan saat ini, Sasuke baru saja akan naik ke panggung.
X.x.X
"Sasuke-kun, kau sudah siap?" tanya Karin—managernya. Tanpa banyak berbicara, Sasuke mengangguk.
"Oh ya, sebelum aku lupa, aku ingin memberitahumu sesuatu. Besok akan diadakan konferensi pers mengenai album terbarumu," tambah Karin.
"Saat aku di wawancarai, aku ingin kau berada di sampingku," ujar Sasuke. Karin terdiam sesaat. Dia menjadi sedikit salah tingkah.
"Umm ... baiklah. Ah, aku akan ke tempat Suigetsu dulu. Sukses, ya!" Setelah mengatakan itu, Karin menghilang dari ruang rias Uchiha Sasuke. Sasuke mengamati dirinya sekali lagi di cermin. Setelah merasa dirinya sudah siap, Sasuke keluar dari ruang rias dan berjalan menuju belakang panggung. Dia harus memberikan pertunjukan terbaiknya, tentu saja karena ini adalah acara konser manajemennya yang berusia delapan tahun. Sasuke menarik napasnya perlahan dan menghembuskannya.
Gaara yang merupakan temannya muncul. Dia baru saja menampilkan sebuah lagu indah miliknya. Gaara merupakan penyanyi muda, sama seperti Sasuke. Mereka berada di bawah manajemen yang sama.
Dan sekarang adalah giliran Sasuke. Sasuke naik ke panggung dengan diiringi oleh tepuk tangan penonton yang sangat riuh. Sasuke tersenyum tipis pada penggemarnya dan itu cukup membuat mereka berteriak 'Kyaa! Sasuke-kun!', 'Senyummu yang terbaik!', 'Aku jatuh cinta padamu!', dan semacamnya. Sasuke mulai bernyanyi saat para pemusik mulai mengalunkan intro sebuah lagu. Sasuke menyanyi dengan penuh perasaan. Lagu sedih yang bertemakan cinta ini mampu membuat para penggemarnya terpukau. Mereka pun ikut menyanyi layaknya Sasuke.
Sasuke hanya membawakan dua buah lagu saja. Namun, respon penonton yang paling meriah yang didapatkannya. Konser akan selesai satu jam lagi. Karena dia telah menyelasaikan tugasnya, dia memilih untuk tidur di ruangannya. Dia sangat lelah hari ini. Setelah latihan berjam-jam sebelum konser, dia memilih untuk tidur. Toh, tidak salah bukan?
X.x.X
Sasuke terbangun dua jam kemudian. Itupun karena seorang satpam yang membangunkannya. "Tuan Sasuke, bangun. Yang lainnya sudah pada pulang."
Sasuke yang masih linglung sedikit hanya berkata, "Apa?"
"Manajemen Anda sudah pulang semua, kecuali Anda."
"Apa! Sejak kapan?"
"Sejak satu jam yang lalu."
Sasuke mendecih kesal. Kemudian dia berlari menuju ruangan teman-temannya yang lain. Termasuk Karin. "Karin! Gaara! Suigetsu!"
Namun nihil. Teriakannya yang cukup keras itu mengundang gema yang memenuhi ruangan tersebut. Dia merasa sedikit aneh. Gedung konser ini saja belum dibereskan. Dia merutuki dirinya sendiri. Buat apa dibereskan? Tinggal sewa orang saja, benar?
Sasuke menendang angin dengan kesal. Dia memukul tembok di sampingnya. "Sialan!"
Sasuke memutuskan untuk berganti baju terlebih dahulu. Dia mengganti baju konsernya dengan bajunya yang biasa. Baju casual seperti baju santai pada umumnya. Dia juga mengenakan jaket lalu memakai tudungnya. Tak lupa topi dengan warna biru favoritnya. Lengkap sudah, Sasuke seperti seorang penculik anak yang sedang marak-maraknya diperbincangkan. Yah, daripada ketahuan fans lalu dikejar-kejar? Malah makin repot. Kalau begini, Sasuke terpaksa naik bis.
Sasuke keluar dari gedung tersebut diam-diam. Lalu dengan langkah yang sedikit dipercepat, dia menuju terminal. Dia tak peduli akan tatapan aneh orang-orang terhadap dirinya. Berpenampilan aneh di tengah malam? Siapa sih yang tidak berpikir macam-macam?
Sesampainya di sana, Sasuke segera menuju loket. Sasuke beruntung, ternyata dia masih bisa naik bis terakhir. Setelah membeli tiket bis yang dimaksud, Sasuke mencari bis yang akan dinaikinya. Tanpa pikir panjang, Sasuke segera menaiki bis tersebut dan duduk di depan kedua di samping jendela. Ada beberapa penumpang lainnya juga dan mereka tertidur. Mungkin sangat lelah. Lebih baik Sasuke diam saja dan menunggu bis ini berangkat.
Sepuluh menit kemudian, bis tersebut berangkat. Sasuke yang dirinya masih lelah, memutuskan untuk tidur kembali. Dan dia akan berusaha bangun sebelum bis ini sampai di terminal selanjutnya. Namun sayang, sepertinya Dewi Fortuna tidak berpihak padanya.
Sasuke terbangun di terminal terakhri dan dia tidak tahu dirinya sedang berada di tempat apa. "Hey! Ini di mana?"
"Anda berada di terminal terakhir. Kalau Anda ingin mencapai sebuah pedesaan atau pemukiman, jalanlah sekitar tujuh kilometer dari sini. Kalau begitu permisi, kami harus kembali," ujar kondektur bis tersebut.
"Apa? Tunggu dulu! Aku ikut!" seru Sasuke.
"Maaf Tuan, tidak bisa." Kondektur tersebut pun menutup pintu bis tersebut dan bis itupun melaju, meninggalkan Sasuke seorang di terminal tersebut. "Arrgh! Sialan!"
Sasuke berjalan meninggalkan terminal tersebut sambil merutuki nasib sial yang terus menimpanya. Dia berjalan agak cepat saat dia merasakan ada hawa yang tidak enak pada terminal tersebut.
Sialan! Sialan! Sialan! Sialan! Sekarang, kesialan apa lagi yang akan menimpaku! Ck, menyusahkan!
Sasuke terus berjalan menuju arah yang diberi tahu oleh kondektur lagi. Baginya yang jarang berjalan kaki, baru berjalan dua kilometer saja sudah lelah. Sasuke berhenti sebentar lalu melanjutkan lagi perjalanannya.
Baru jalan satu kilometer sejak tempat dia berhenti tadi, Sasuke sudah tidak kuat. Sasuke melirik jam tangannya.
Pukul 12.30 dini hari.
Apa? Sudah jam segini? Aku harus secepatnya menemukan rumah penduduk!
Sasuke memutuskan untuk berlari saja. Dia sudah merasakan hawa tidak enak di sekitarnya. Apalagi, di sepanjang jalan di sana terdapat banyak pohon bambu dan pohon besar. Di saat seperti ini, Sasuke malah mengingat candaan kakaknya sewaktu dia kecil.
"Kalau melewati sebuah jalan yang banyak pohon bambu dan pohon besar, maka di situ adalah tempat para hantu berkumpul. Dan jika kau melewatinya saat mulai senja sampai pukul empat pagi, kau akan dimakan oleh hantu-hantu tersebut karena pada jam segitu, hantu-hantu sudah keluar dari tempatnya," ujar Itachi. Sasuke kecil hanya mengangguk menurut saja karena saat itu dia belum mengerti apa-apa.
Dan untuk saat ini, Sasuke mulai terpengaruh atas cerita kakaknya. Dia meningatkan kecepatan berlarinya. Namun dia mendadak berhenti saat dia melihat seorang nenek tua bersama seorang gadis berambut panjang sedang menyusuri jalan dengan membelakanginya. Sasuke bergidik ngeri. Dia mulai teringat pada sosok sadako.
Sasuke membuang jauh-jauh pikirannya. Dia berjalan agak lambat. Tanpa Sasuke tahu, di depannya ada ranting-ranting kering yang berserakan dan—
Krek!
—dia tidak sengaja mengijak salah satu dari ranting tersebut dan itu cukup untuk membuat dua orang di hadapannya menoleh ke belakang. Sasuke langsung berjalan mundur. Namun, kedua wanita itu malah mendekatinya.
"Anak muda, sedang apa kau di sini? Ini tengah malam," ujar nenek tua tersebut.
"Iya, apa yang kau lakukan? Lebih baik kau pulang saja," saran gadis cantik di sebelahnya. Sasuke semakin takut saat dia melihat bahwa salah satu mata gadis tersebut tertutup oleh poninya yang panjang. Gadis tersebut sedikit heran melihat tingkah Sasuke. Namun dia tersenyum setelahnya. "Kau menganggap kami ini setan, hantu, atau semacamnya, ya? Hahaha! Kami ini manusia lho! Ma-nu-si-a. Kami adalah penduduk desa. Kami ada keperluan sehingga masih ada di tempat seperti ini pada jam segini."
"Eh? Apa?" gumam Sasuke tanpa sadar. Dia memperhatikan baik-baik kedua wanita di hadapannya ini. Kalau diperhatikan baik-baik, memang seperti manusia, sih. Ya ampun Sasuke! Masa kau tidak bisa membedakan wanita hantu—atau sadako sebut saja—dengan wanita cantik—dan seorang nenek tua—? Mungkin saja Sasuke masih terpengaruh oleh cerita kakaknya yang sangat didukung oleh hawa dan suasananya.
"Aku," akhirnya Sasuke mau berbicara juga, "tersesat. Dan tadi kalian bilang kalian adalah penduduk desa? Berarti ada desa di sekitar sini?"
"Tentu saja ada! Mau ikut?" tawar gadis tersebut. Sasuke menimbang-nimbang sebentar. Daripada nanti muncul headline news yang berjudul 'Sasuke sang penyanyi terkenal ditemukan tewas di sebuah tempat yang tidak dikenal karena dimakan hantu' lebih baik Sasuke ikut saja. lagipula udara di sana dingin. Jaket yang Sasuke gunakan tidak cukup untuk menghangatkan badannya.
"Baiklah." Mereka pun berjalan kembali menuju desa yang gadis tersebut maksud. Sasuke berjalan di samping mereka—tepatnya di samping gadis tersebut.
"Oh, ya, namamu siapa? Namaku Ino. Sedangkan dia adalah Nenek Chiyo," ujar gadis tersebut sambil tersenyum. Sasuke sedikit kaget mendengarnya. Bagaimana tidak kaget? Selain anak seorang direktur dari perusahaan terkenal, dia juga, kan penyanyi muda berbakat.
"Sasuke. Panggil aku Sasuke."
"Oh begitu, ayo Nek, Sasuke, kita berjalan lebih cepat saja. Aku mulai menggigil," ujar Ino. Mereka pun mempercepat langkah kaki mereka.
"Sudah kubilang, kalau kau sebaiknya membawa jaket. Hah, kau ini," sahut Nenek Chiyo.
"Iya, iya, Nek, maafkan aku," ujar Ino sambil memperlihatkan cengirannya.
"Apa masih jauh?" tanya Sasuke tiba-tiba.
"Ah, tidak kok. Sebentar lagi juga sampai," jawab gadis tersebut.
Berarti tidak sejauh yang kubayangkan. Dna tidak sejauh yang kondektur tadi bilang, batinnya.
Tak lama kemudian—sepuluh menit kemudian—, mereka sudah sampai di sebuah desa atau lebih tepatnya pemukiman yang sepertinya jarang dimasuki oleh manusia lain. Bagaimana mau dimasuki? Tempatnya saja terpencil begitu.
Gapura yang menunjukkan desa tersebut kini—yang terbuat dari kayu—kini sudah patah di beberapa bagian. Sasuke mengernyit heran.
Tempat macam apa ini? Gapuranya saja sudah lapuk begitu. Lagipula, aku seperti merasa sedang berada di Jepang kuno.
Sasuke terus mengikuti kedua wanita tersebut membawanya berjalan. Mereka berdua berhenti di sebuah tempat yang cukup luas dibandingkan dengan tempat lainnya. Dan di sana terdapat plang yang sudah berdebu.
"Ini adalah penginapan. Aku dan nenek tinggal di sini. Tepatnya di belakang penginapan ini. Lebih baik sekarang kita segera masuk," ucap Ino. Kemudian Ino membuka pintu geser penginapan tersebut. Meskipun di luarnya tidak terlihat tidak terurus, namun di dalamnya cukup rapi dan bersih. Yah, bisa dibilang terawatlah.
"Ayo kita masuk." Mereka pun masuk. Di tempat resepsionis, mereka berhenti. Ino akan mengantarkan Nenek Chiyo kembali ke rumah sedangkan Sasuke menunggu di situ. Tak lama kemudian, Ino sudah kembali. "Akan kupanggilkan pemilik penginapa ini."
Ino masuk ke sebuah ruangan. Menurut Sasuke, sepertinya ini adalah penginapa yang bergabung dengan rumah pemiliknya. Sasuke mengambil ponselnya.
Sinyal di sini lemah, keluhnya.
Tentu saja lemah, ini tempat yang sulit dijangkau manusia. Herannya, di Tokyo seperti ini masih ada seperti ini. Tunggu dulu! Ini tidak mungkin di Tokyo! Ini pasti sudah di luar Tokyo!
Suara lantai kayu yang sedikit berdecit pun membuyarkan pikiran Sasuke. Sasuke sedikit terkejut saat melihat siapa yang Ino bawa—yang dia bilang adalah pemilik penginapan ini. Seorang gadis bermata emerald yang seumuran dengannya dengan seorang laki-laki berambut pirang yang telah sangat dikenalnya. Sasuke membelalakan matanya. Begitu juga dengan dua orang tersebut.
"Sa—Sakura, Naruto..."
"Sasuke..."
"Teme..."
X.x.X
Tsuzuku
Saya author baru untuk pairing SasuHina! Salam kenal! Mohon bantuannya, ya! Maaf buat chapter satunya belum ada SasuHina-nya. Awalnya mau nyisipin kata-kata Jepang seperti biasanya, tapi karena alurnya sedikit serius, jadi saya batalkan. Lebih baik pake bahasa Indonesia, aja. Lagipula, entar feelnya sedikit beda. Terus, penasaran nggak kenapa mereka bertiga kaget banget? Hehehe. Fic ini saya buat karena terinspirasi oleh kartun lho. Tahu nggak kartunnya apa? Tebak tebak! XD
Udah ah, minta reviewnya, ya author readers yang baik yang cakep! Hehehe.
Review
I
I
V
